Kategori

Sunday, July 8, 2012

Roma 16: 1-27

Pendalaman Alkitab
Pembahasan    : Roma 16:1-27
Pembicara        : Pdt. Tommy Elim, S.Th
Hari/Tanggal    : Rabu, 30 April 2003

Sharing
1    Roma 16:1-16, jika kita baca sekilas terkesan sangat membosankan karena isinya melulu tentang salam kepada seseorang. Tetapi kita renungkan ayat-ayat ini kita mendapat hikmat, bahwa dalam hubungan antara teman atau antara manusia, jika nama sesorang disebut, menunjukkan hubungan yang lebih intim, lebih dekat, dan yang menerima salam merasakan ada sesuatu yang lain. Jadi bacaan tentang penyampaian salam ini sebenarnya tidak membosankan. Paulus menunjukkan sesuatu yang khusus yaitu dia menyebut nama orang yang dia beri salam satu per satu.
Saat kita bersalam-salaman, jika kita memanggil nama orang yang kita salami, akan ada sesuatu yang luar biasa.
Paulus ingin menunjukkan kasih yang nyata, ada perhatian, ingatan yang baik satu dengan yang lain, sehingga dia tidak bosan-bosannya menyebut nama orang satu per satu. Kita suka menitipkan salam secara borongan, “salam buat semua”.
Teladan Paulus ini merupakan satu kekhususan, dari hal-hal yang kecil kasih itu mengalir. Kasih tidak selalu harus mengalir dari “sungai yang besar”, tetapi juga bisa dari “kali yang kecil”. Dari hal-hal kecil yang tidak pernah kita pikirkan, bahkan hal-hal yang sering kita abaikan, kasih mengalir.
2    Ada 24 orang yang dikirimi salam. Dari 24 nama ini, ada yang budak, ada orang Yahudi, ada orang Romawi, sebagian besar Yahudi. Yang mendapat penghargaan ada 11 nama. Ini mengingatkan jika kita bertemu dengan Yesus nanti, saat nama kita tercatat di kitab kehidupan dan saat dibacakan apakah kita akan dapat pujian dari Tuhan?
Ada nama 7 perempuan yang menggambarkan bahwa peranan perempuan penting dan mereka ambil bagian dalam pelayanan.
Roma 16:12, Trifena dan Trifosa, dua saudara, arti nama mereka adalah perempuan yang halus. Tetapi mereka bekerja membanting tulang dalam pelayanan mereka. Roma 16:5, Epenetus, buah pertama dari pelayanan Paulus di Asia.
Makna yang paling dalam dari bacaan hari ini adalah rekonsiliasi, secara vertikal dan horizontal. Ada rekonsiliasi antara budak dan tuannya. Dalam Kristus ada pendamaian, antara kita dengan Allah dan antara kita dengan sesama, sehingga tidak ada perbedaan antara budak dan tuan, Yahudi dan non Yahudi, laki-laki dan perempuan.
3    Roma 16:1-16, merubah hati. Jika kita melayani di suatu tempat atau saat kita sharing seringkali kita mengharapkan rasa terima kasih dari jemaat. Tetapi Paulus melayani begitu banyak, tetapi pada akhirnya dia yang mengucapkan terima kasih. Dia tidak pernah mengharapkan terima kasih dari orang lain, tetapi dia bisa mengingat nama orang lain satu per satu, dan berterimakasih pada mereka. Berterimakasihlah pada mereka yang memberi kesempatan pada kita untuk melayani.
4    Jemaat Kristus terbagi dalam 2 kelompok:
a.    Orang-orang yang diberi salam.
b.    Jemaat yang menimbulkan perpecahan – Roma 16:17.
Salam pada setiap orang selalu disertai dengan penjelasan tentang orang itu, yang merupakan satu identitas dan penghargaan bagi orang yang disebut.
Saat kita atau Paulus menyebut Allah, identitas Allah disebut. Roma 16:25, setiap Paulus mengucapkan tentang Tuhan, dia beri identitas dan penghargaan bagi Tuhan. Apa yang Paulus lakukan terhadap Tuhan, dia lakukan juga terhadap manusia. Ini merupakan bentuk penghargaan yang jarang muncul di antara kita.
Kita cenderung melihat kekurangan orang lain, hal-hal yang berbeda dengan diri kita. Tetapi Paulus selalu melihat hal yang positif dalam diri orang lain dan menonjolkan hal tersebut. Ini sangat membesarkan hati orang yang disebut. Sebaiknya ini juga kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Paulus ternyata lebih dulu melakukan dengan melihat sisi positif orang lain.
Peranan wanita ternyata sangat penting, bahkan yang pertama kali disebut adalah wanita. Orang banyak berhasil karena ada dukungan wanita yang mau berkorban. Wanita di Indonesia sudah mulai diberdayakan peranananya dan kita juga harus memulainya dalam pelayanan di tempat ini.
5    Roma 16:1-16, kita harus belajar dari cara mereka berhubungan. Mereka berhubungan begitu erat, satu sama lain saling memperhatikan. Hubungan kita hanya erat di pertemuan, di luar ini tidak ada apa-apa.  Jadi kita perlu meneladani hubungan mereka.
Sejak dulu ada pemanfaatan nama Tuhan, dan ini ditulis dalam perikop kedua. Saat ini tidak jelas apakah kita melayani untuk diri kita sendiri atau Kristus.
Hubungan antara jemaat dari satu tempat dengan jemaat di tempat lain begitu indah. Sekretaris Paulus juga punya hati dan keberanian untuk terlibat dan ikut menitipkan salam, demikian juga teman-teman dekat Paulus. Ini membuat kita harus bercermin, apakah kita dekat pada jemaat di dalam gereja sendiri dan gereja lain. Teladan dalam Roma memperlihatkan satu kesatuan yang begitu indah yang membuat pelayanan ini berhasil. Ada pengorbanan dan sikap saling membantu. Mungkin kita membantu di gereja, acara seminar, kebangunan rohani, tetapi tidak membantu sesama kita.
6    Roma 16:1-16, Paulus tidak bosan-bosannya menyampaikan salam kepada setiap orang satu per satu. Di sini terlihat bahwa Paulus mengasihi orang lain dan bagaimana Paulus memperhatikan teman-teman sepelayanan, kasihnya tercermin kepada setiap orang, satu per satu. Dia tidak hanya titip salam melalui seseorang jika orang itu bertemu dengan mereka.
Hendaknya kita dengan kesungguhan dan perhatian kita  juga saling mengasihi dan saling melayani. Paulus mengutarakan kepada teman-teman sepelayanannya, sehingga dapat meyalani satu dengan yang lain.
Paulus juga mengajar kita untuk saling mengampuni, terhadap orang yang memiliki ajaran yang tidak sama kita, atau jika kita tidak setuju dengan pendapat orang lain, kita harus dapat saling mengampuni.
Mengasihi, melayani, mengampuni adalah makna yang  terkandung dalam salam Paulus.

Pembahasan
Kita semua sepakat pasal 16 berbicara tentang salam. Tema sentral yang menjadi topik sharing adalah tentang salam.
Roma 16:1-16, Paulus bicara mengenai salam kepada beberapa orang.
Ayat  21-24, salam dari beberapa orang kepada jemaat di Roma.
Ayat 25-27, salam dari Allah Tritunggal kepada manusia.
Ayat 17-20, ada penyimpangan dari tema sentral, Paulus memberi warning supaya kita berhati-hati karena ada sekelompok orang yang mau membuat kita hidup tidak dalam situasi bersalam-salaman, tetapi menjadi saling curiga, pecah dan menjadi batu sandungan satu sama lain.
Tema perikop ini: Christian community (komunitas Kristen).

Ada berbagai macam komunitas di dunia ini, kita kelompokkan menjadi 2 kelompok besar: komunitas Kristen dan komunitas dunia.
Komunitas dunia: komunitas dalam pekerjaan, organisiasi sosial, lingkungan RT/RW, keluarga, suku dsb.
Jika kita bandingkan berbagai komunitas ini dengan komunitas Kristen, maka timbul pertanyaan: Apa yang menjadi ciri khas dan keunikan komunitas Kristen, yang membedakannya dengan komunitas lain?
Jika tidak ada yang membedakan, maka tidak ada sesuatu yang signifikan dalam komunitas Kristen.
Komunitas Kristen sangat berbeda dengan komunitas lain. Perbedaan paling mencolok adalah dasar yang membangun komunitas tsb.
Dasar yang membangun komunitas dunia adalah tujuan untuk saling menguntungkan (mutual relationship).
Saat kita masuk dalam suatu komunitas, kita akan bertanya “benefit apa yang saya peroleh”. Kita tidak akan masuk dalam satu komunitas dan membuang waktu jika tidak mendapat benefit. Dalam komunitas RT/RW sekalipun, minimal kita bisa saling mengenal orang lain, membina relasi yang akhirnya untuk tujuan saling menguntungkan.
Dalam komunitas dunia, kita harus saling menguntungkan satu sama lain. Dalam proses untuk saling menguntungkan, ketika kita datang dalam komunitas itu, kita mulai memperhatikan, mengawasi dan bahkan mencurigai satu sama lain. Kita tidak masuk komunitas tersebut dengan langsung percaya atau menerima, langsung menjadi baik, menyambut orang dengan baik, percaya dengan orang itu dan punya hubungan yang baik dan indah dengan orang lain. Jika kita baru masuk, kita adalah orang asing, sehingga ada sikap saling mengawasi, saling memperhatikan gerak gerik orang lain.

Ketika Paulus bicara tentang salam, dan kita kaitkan dengan istilah komunitas, kita mendapati adanya komunitas yang indah. Salam-salam ini Paulus sebagian besar ditujukan pada orang-orang di kota Roma, 1-16, tetapi orang-orang ini tidak semuanya adalah jemaat di kota Roma. Ayat 1-2, Febe, melayani jemaat di Kenkrea, Kenkrea bukan di Roma, tetapi bagian dari Korintus. Kemungkinan besar Febe ini adalah orang yang sebenarnya wanita pebisnis yang berkeliling dalam perjalanan bisnisnya, dekat dengan Paulus dan mendukung pelayanan Paulus.
Priska dan Akwila juga bukan jemaat Roma, mereka adalah orang yang asing satu sama lain.
Ketika Paulus memberikan salam-salam ini, Paulus mencoba mengajak jemaat Roma, untuk membentuk Christian community,
Roma 16:16, satu kata yang menjadi ciri khas orang Kristen: bersalam-salamlah kamu dengan ciuman kudus.
Pada saat itu orang saling bersalam-salaman dengan memberikan ciuman. Ini merupakan bentuk salam dalam kultur saat itu.
Saat ini bentuk salam-salaman dalam wujud jabat tangan.
Ketika Paulus berbicara tentang salam, Paulus menggunakan istilah: bersambutlah, bersalam-salamlah kamu dengan ciuman kudus.
Ciuman kudus yang dimaksud di sini merupakan interpretasi Paulus yang bersifat di luar atau melewati hal-hal yang bersifat fisik.
Ada 2 hal yang kita harus mengerti tentang ciuman kudus:
1.    Roma 16:1-2, Menaruh perhatian, menyambut dan menerima.
2.    Roma 16:2b. Saling menerima dan mendukung karena orang itu adalah orang yang betul-betul cinta Tuhan.

Menaruh perhatian, menyambut dan menerima.
Dalam menaruh perhatian, menyambut dan menerima orang lain, ada batas-batas atau berbagai macam lapisan yang tanpa disadari mempengaruhi kita saat menerima orang lain. Biasanya kita menerima orang lain ada kategori-kategori tertentu yang menentukan, misalnya suku. Ketika kita menerima orang yang kulitnya berbeda, belum tentu kita bisa se-welcome jika kita menerima orang yang satu suku. Kategori lain: relasi keluarga. Prioritas utama pasti keluarga, jika dibanding dengan orang luar. Selain itu ada kateogori suku, kategori level strata kehidupan dalam masyarakat: kehidupan perekonomian yang baik, kurang baik atau orang dari kelompok buruh. Tanpa sadar, ketika kita menerima dan menyambut seseorang kita melihat latar belakang orang tsb. Bahkan seringkali kita menilai secara kasat mata melalui penampilan seseorang dan langsung men-judge orang tersebut dari penampilannya. Fenomena luar ini langsung menjadi kategori kita dalam menerima orang lain.
Selain itu ada batasan jenis kelamin. Jaman dulu, penerimaan antara wanita dan pria berbeda.
Kita akan menyambut orang dengan cara yang berbeda yang dipengaruhi oleh batasan dan kategori-kategori tertentu.

Paulus berkata, ketika kita bersalam-salaman dengan ciuman kudus, kategorinya adalah: menyambut dia dalam Tuhan sebagaimana seharusnya bagi orang-orang kudus. Jika orang-orang itu adalah orang yang hidup dalam Tuhan, orang-orang kudus, dari kondisi sosial,  ekonomi, budaya atau suku apapun, siapaun dia, dia adalah saudara seiman kita, kita harus menerimanya, menyambutnya dengan hangat, buka tangan lebar-lebar, jangan dengan perasaan curiga atau cemas, tetapi dengan kesungguhan hati.
Fondasi penerimaan adalah karena Allah. Ketika Allah menyambut kita, kita bukan siapa-siapa. Tuhan tidak melihat latar belakang pendidikan ataupun level sosial ekonomi kita. Karena Allah demikian maka kita juga harus seperti Tuhan dalam menerima dan menyambut orang lain. Sebagai orang Kristen, tanpa sadar, kita masih dibatasi kategori-kategori tertentu dalam menyambut dan menerima orang lain.

Konteks waktu itu dalam hal menerima dan menyambut orang lain, artinya, siapkan tempat di rumahmu untuk dia menumpang, makanan dan semua fasilitas lainnya untuk menampung dia, bukan hanya sekedar salam-salaman, tetapi membantu memenuhi kebutuhan dia, menolong dia. Orang Kristen memang harus punya spirit untuk menerima, tetapi harus bijaksana juga dalam menerima orang lain. Ada satu kasus di seorang jemaat membantu seseorang di gerejanya yang menyatakan bahwa dia sudah percaya Tuhan dan hidupnya begini dan begitu. Orang itu diberi pekerjaan, tetapi akhirnya malah menipu orang yang menolongnya.
Tetapi jangan dengan kasus seperti ini, kita menjadi kapok dan kemudian menarik satu batas dalam hal mempercayai orang lain.
Dalam kasus negatif, seringkali kita menutup hati, tidak mau menerima orang lain. Jika kita tidak menerima orang lain, kita yang akan jatuh dalam dosa kita sendiri.
Contoh: komentar dosen saya, pendeta Yung Tik Yuk tentang pengamen di Jakarta. Pengamen di Jakarta sudah menjadi pengamen yang terorganisir, yang membuat kita akhirnya tidak memiliki sense of mercy, perasaan belas kasihan pada mereka, sehingga setiap kita bertemu pengamen, kita tidak mau memberi. Beliau berkata, “Saya tahu mereka punya kelompoknya sendiri, tetapi jika karena itu saya tidak mendukung dia, saya tidak benar. Saya harus tetapi memelihara hati saya, tetap mendukung dia dengan memberi uang. Jika dia salah dalam menggunakan uang itu, dia yang bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Tetapi jika  saya takut salah sehingga saya tidak berbuat baik, saya yang bertanggung jawab pada Tuhan.”
Karena kondisi sekitar, kita sering menjadi pasif. Pasif bukan sifat Christian community. Jangan karena pengaruh-pengaruh negatif, atau karena kategori-kategori tertentu membuat kita tidak mau terima dan menyambut orang lain. Kita ada dalam satu Tuhan, saudara seiman.

Roma 16:2b. Kita harus saling menerima dan mendukung Karena orang itu adalah orang yang betul-betul cinta Tuhan. Contohnya Febe, hatinya untuk Tuhan, sehingga membantu banyak orang dan membantu Paulus.
Roma 16:3-15, orang-orang yang diberi salam dan disebutkan namanya, selalu disertai dengan komentar dari Paulus. Paulus memberi penekanan bahwa orang itu telah bekerja giat, di rumahnya ada persekutuan rumah tangga, cinta Tuhan dsb, yang berkaitan tentang pelayanan.

Roma 16:17, kita harus hati-hati pada orang-orang yang menyebut diri mereka sebagai guru-guru yang mengajar dengan kebenaran, menyampaikan Firman Tuhan, tetapi ternyata mereka adalah orang-orang yang tidak benar di hadapan Tuhan.
Orang-orang ini adalah orang yang mempunyai status kehidupan kekristenan sebagai hamba Tuhan, bukan kaum awam.
Orang-orang yang disebut dalam Roma 16: 1-16, kaum awam.
Mengapa ayat 17 adalah tentang hamba Tuhan, karena memang ada kasus demikian yang terjadi. Paulus mengingatkan kita untuk berhati-hati terhadap guru palsu. Yesus sendiri juga pernah berkata hati-hati terhadap nabi-nabi dan rasul-rasul palsu.

Mengapa bagian ini perlu kita perhatikan, karena banyak sekali orang Kristen, menyetarakan hamba Tuhan dengan malaikat surgawi. Sehingga tanpa berpikir, langsung mendukung orang tersebut, misalnya memberikan bantuan dana. Memang banyak hamba Tuhan, tetapi dalam memberi bantuan kita harus hati-hati dan menguji terlebih dahulu. Kita sering lebih cinta gereja atau hamba Tuhan daripada pekerjaan Tuhan, sehingga tidak dapat memahami dengan baik, mengoreksi ataupun melihat dengan baik. Hamba Tuhan tetap manusia, jika melihat uang dalam jumlah banyak, bisa tergoda dan akhirnya tidak bertanggung jawab dalam hal keuangan. Banyak orang-orang yang suka memberi uang pada hamba Tuhan.
Jika kita salah beri uang, kita juga bertanggung jawab terhadap penyalahgunaan uang tersebut. Apalagi kalau kita sudah tahu hamba Tuhan itu kurang bertanggung jawab tetapi kita tetap memberi uang itu, menutup mata.
Kita tidak boleh sembarangan memberi, harus bergumul, menguji dan memberi dengan penuh tanggung jawab.
Paulus punya konsep seperti itu, harus hati-hati dalam arti bijaksana, jangan sampai terjebak.

Roma 16:25-27, salam dari Allah. Ini merupakan ciri khas dari seluruh kitab-kitab pada umumnya.
Ketika Allah memberi salam pada kita, ini harus jadi satu warna dalam setiap salam kita, warna dalam christian community.
Salam dari Allah merupakan bagian yang penting. Orang berpikir, berkat tidak penting, yang penting hanya Firman Tuhan.
Berkat yang kita terima di akhir setiap kebaktian, berarti ada pengharapan akan kekuatan dari Tuhan, seperti di-charge supaya kita masuk dalam christian community dan bisa punya sikap untuk menerima dan menyambut orang lain.

Pasal 16 berisi:
1.    Salam kepada satu sama lain.
2.    Salam dari Paulus dan rekan-rekannya .
3.    Salam dari Allah.

Ketika kita hidup bersalam-salaman seperti ini dalam ciuman kudus, dengan hati yang sungguh-sungguh mau menerima, membantu dan menolong orang lain tanpa melihat kategori. Kita menjadi christian community yang membawa mutual relationship (keuntungan satu sama lain).
Ada orang yang datang ke persekutuan untuk mencari koneksi. Kita boleh saling menguntungkan, tetapi spirit-nya harus tetap Christian community. Jangan datang dengan spirit  untuk saling menguntungkan satu sama lain.
Marilah hidup dalam christian community.

Tambahan dari moderator:
Kita sudah selesai bahas surat Roma melalui pembahasan selama kurang lebih 6 bulan. Apa yang kita dapat dari keseluruhan surat Roma? Apa konsep dan pengertian yang kita dapat? Waktu pertama kita mulai baca Roma, kita sebut surat Roma adalah surat yang sangat penting.
Perjanjian Baru dimulai dengan kitab Injil yang berbicara tentang Yesus. Kemudian dilanjutkan denga Kis yang menuliskan bagaimana gereja bertumbuh dan tangan Tuhan tidak pernah meninggalkan gereja. Dalam surat Roma dituliskan tentang orang yang sudah diselamatkan, tetapi pikirannya masih pikiran lama. Roma 1: dimulai dengan Kristus. Roma 16, diakhiri dengan jemaat-jemaat. Dimulai dengan Kristus dan diakhiri dengan jemaat-jemaat

Roma 1:1-7. mulai dari Kristus.
Roma 1:16-17, berbicara tentang injil, sama dengan membicarakan tentang Kristus Yesus.
Kristus dan injil memiliki kekuatan Allah yaitu untuk menyelamatkan. Apa yang harus diselamatkan?
Roma 1-3, cerita bagaimana Allah menyatakan bahwa semua orang adalah orang berdosa. Tidak ada satupun yang tidak berdosa.
Orang Yahudi, dosanya juga disoroti. Orang Yahudi menuding orang kafir berdosa, tetapi mereka juga penuh dengan dosa.
Roma 1:18-19, semua manusia berdosa dan menolak Allah. Kita tidak mau mendengar Allah.
Roma 3:21- Roma 4, manusia dengan iman, melihat pada Tuhan, tidak bersandar pada diri sendiri. Jika kita melihat diri sendiri, tidak bersandar pada Tuhan, jika masalah timbul akan menjauhkan diri kita dari Tuhan. Orang yang beriman, tidak melihat diri sendiri, tetapi melihat Tuhan.
Dalam diri kita ada dosa warisan dari Adam dalam bentuk kejahatan, keborokan, kebusukkan dan hal-hal yang tidak berkenan pada Allah.
Roma 5-8, berbicara tentang teologi keselamatan. Dosa tidak hanya sekedar perbuatan. Tetapi dosa adalah suatu kuasa. Dalam pasal ini dosa bukan dalam arti jamak lagi, tetapi dosa dalam arti singular. Ada satu kuasa dibalik dosa itu, yang merencanakan untuk menguasai kita, sehingga kita terbelenggu dan tidak dapat lepas dari itu, yang menguasai mengikat dan membeli kita dan kita sudah menjual diri pada kuasa dosa, kita sudah takluk pada dosa itu dan menjadi budak dosa. Dosa adalah suatu kuasa yang terus menerus ingin menguasai kita, menghancurkan kita dan merebut kita, menjauhkan kita  dari Tuhan.
Roma 8:31-39, apa yang sudah Kristus lakukan di kayu salib, nama kita semua ada dalam hatiNya dan Dia menebus dosa kita.
Tuhan sudah menyelamatkan kita, dan tidak ada apapun yang dapat memisahkan kita dari Tuhan.
Roma 9-11, rencana Allah terus bekerja sepanjang sejarah. Tuhan yang berkuasa, terus bekerja dan sesuai dengan rencanaNya dan dalam rencanaNya, sejarah ada ditanganNya. Bagaimana Tuhan melakukan semuanya pada orang Yahudi , orang kafir dan orang pilihan.
Roma 11:25, rencana itu bukan hanya untuk kita, tetapi untuk orang lain juga. Sampai jumlahnya penuh, Kristus akan datang kembali. Sejarah dimulai dan akan diakhiri oleh Tuhan.
Roma 11:33, semua yang terjadi sepanjang sejarah under His control merupakan pekerjaan dan rencanaNya. Dia penuh hikmat  dan kadang-kadang kita tidak mengerti mengapa Allah menentukan seperti itu. Tangan Allah tidak pernah meninggalkan dunia ini, terutama tubuh Kristus.
Roma 11:36, segala sesuatu berasal dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia. Kita harus bersandar pada Dia, kembali pada Dia dan hita hanya memberikan kemuliaan pada Allah.

Roma 1-11 berisi doktrin.

Kita sudah diselamatkan, sehingga kita mulai berpikir harus bagaimana? Roma 12-16, aplikasi. Hal-hal yang praktis, bagaimana mengaplikasikan iman kita dalam seluruh hidup kita. Roma 12:1, mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup dan berkenan kepada Allah.
Sesudah Kristus mati di kayu salib, korban mati sudah tidak berlaku, yang berlaku adalah korban hidup yaitu diri kita sendiri, seluruh hidup kita. Kita harus punya persekutuan two way, kita bisa minta sesuatu dari Tuhan dan mendapat berkat, dan Kristus berhak untuk menggunakan waktu dan  talenta kita, pelayanan kita. Persembahan yang hidup: relasi pribadi kita, persekutuan kita yang indah dengan Kristus.
Apakah kita adalah orang yang beragama, tetapi hati kita jauh dari Kristus?
Jika kita berasal dari Allah, harus bersandar pada Dia sehingga harus mempertanggungjawabkan hidup kita pada dia.

Surat Roma dimulai dengan Kristus, injil yang kokoh, kekuatan Allah dan diakhiri dengan jemaat-jemaat (gereja).
Aplikasi iman dalam hidup kita, dalam hidup kita kita harus membangun tubuh Kristus, jemaat, gereja.
Seringkali dalam hidup kita hanya jadi orang Kristen yang sudah selamat, pegang tiket ke surga, tunggu di waiting room, tunggu dipanggil. Kita harus membangun tubuh Kristus, bangun gereja, hidup kita harus bermanfaat, tidak hanya menunggu saja.
Kita harus aktif bergereja. Jangan hanya sekedar menjalankan aktivitas agamawi.

Kita sudah selesai bahas Roma, kita harus learn something, sehingga ada perubahan dalam hidup kita.
Keselamatan dari Tuhan penting untuk membangun tubuh Kristus, karena tubuh Kristus adalah ekspresi dari Tuhan supaya orang mengenal Kristus, melalui apa yang kita katakan, lakukan, perbuatan kita.

Saat kita baca Roma 16, kita tidak dapat terpisah dari jemaat. Orang yang “membuka” rumahnya untuk membangun suatu jemaat.
Jemaat tidak harus selalu gereja dalam bentuk fisik. Jemaat paling sederhana adalah keluarga, unit gereja yang paling kecil.

Roma 16:17, peringatan agar kita teguh berdiri di atas firman. Dasar kita harus firman Tuhan.
Ada orang-orang yang bisa membawa kita jauh dari firman Tuhan, menyesatkan kita, menggoda kita.
Roma 16:25-27, rahasia Tuhan adalah Kristus dan gereja.

Pembahasan minggu depan: Surat Korintus. Diawali dengan Kis 18:1-17 kemudian dilanjutkan dengan surat Korintus.

Roma 15: 14-33

Pendalaman Alkitab
Pembahasan    : Roma 15:14-33
Pembicara        : Pdt. Kim Jong Kuk, D.Miss
Hari/Tanggal    : Rabu, 23 April 2003

Sharing
1    Kami membina, menolong dan melayani orang-orang lapisan bawah sejak 4 tahun yang lalu. Melalui pelayanan ini kami mengenal tokoh-tokoh agama lain, terutama dari kalangan muslim yang termasuk orang-orang kalangan atas. Mereka tertarik dengan kegiatan kami sebagai orang Kristen yang membagikan kasih. Kemudian mereka menawarkan untuk mengadakan pertemuan dalam bentuk dialog antar agama. Hikmat Tuhan terjadi saat dialog itu, kita mengenalkan Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat kepada mereka. Sampai saat ini sudah diselenggarakan dua kali pertemuan. Ternyata mereka punya rasa ingin tahu yang lebih tentang kekristenan. Salah seorang pembicara mengutip ayat di Mat 26:52, “Maka kata Yesus kepadanya: "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang”. Ayat ini diulas dengan menunjukkan bahwa si pembicara mengasihi orang-orang yang mau menangkap dia dengan kasih Kristus.
Dari pertemuan itu saya jadi tahu alasan mengapa mereka sensitif sekali terhadap orang Kristen dan memusuhi orang Kristen. Kita dianggap kafir karena mereka berpikir kita mempunyai tiga Allah, bukan Allah yang Esa, dan ini menjadi sandungan bagi mereka. Tapi saat pertemuan itu, pembicara menjelaskan pada mereka tentang Allah Tritunggal, sehingga rasa sentimen dan sensitif mereka menjadi lunak, bahkan mereka mengusulkan untuk mengadakan pertemuan berikutnya. Tuhan selalu membuka jalan saat kita menghadapi jalan buntu.
Roma 15:20-21. Jika ingin memancing harus di lautan yang luas, bukan di akuarium orang lain. Mencari jiwa tidak dari gereja lain, tapi cari jiwa di kalangan orang yang belum mengenal Kristus.
2    Paulus menjelaskan dasar-dasar tulisannya. “Dari Yerusalem ke Irilikum”, dalam Alkitab bahasa Indonesia arti kata ini seolah-olah merupakan rangkuman dari Roma. Padahal apa yang ingin ditulis adalah tentang perjalanan Paulus dari Yerusalem ke Irilikum, hal ini lebih jelas artinya jika kita baca dalam Alkitab bahasa Inggris.
3    Seperti judul dalam bahasa Inggrisnya, ada prinsip “dari dalam ke luar”, inside out. Jika kita pelajari perikop pertama, terutama Roma 15:14 dan dikaitkan dengan perikop minggu lalu - yang mengatakan bahwa kita harus memiliki satu suara dan satu hati – artinya penginjilan harus dimulai dari dalam dulu, harus di Yerusalem, atau di antara orang-orang yang seiman, baru kemudian mulai dilakukan keluar. Roma 15:26.
Dulu saya sering menulis renungan di bulletin kantor untuk orang Kristen dan saya yakin tulisan saya tidak dibaca oleh orang non Kristen. Sekarang bulletin tersebut dibuat tidak hanya untuk orang Kristen saja tetapi untuk umum. Selain saya, ada juga orang dari agama lain yang menulis untuk bulletin itu. Saya sering dapat respon positif dari orang non Kristen yang artinya ternyata tulisan saya mulai dibaca oleh orang non Kristen, tidak hanya orang Kristen saja.
Pelayanan pemberitaan injil. Roma 15:18, ketaatan oleh perkataan dan perbuatan, dimulai dengan pelayanan keluar melalui penginjilan dan perbuatan. Selain itu ada kata “oleh kuasa dan tanda-tanda mujizat”, yang artinya gereja atau kita dituntut untuk membuat tanda-tanda dan mujizat. Mungkin karena alasan inilah maka ada gereja-gereja yang “menjual” perjamuan kudus yang menyembuhkan. Sekalipun kita melihat itu seakan-akan menyimpang, tetapi gereja memang dituntut untuk melakukan hal itu. Baru kemudian penginjilan dilanjutkan seperti yang tertulis di ayat 20, sampai keluar ke tempat-tempat di mana orang-orang belum mengenal Kristus. Ini tidak hanya bicara tentang proses, tetapi juga bicara tentang ke mana penginjilan harus dilakukan.
Ketika yang dari dalam keluar menyangkut hal-hal rohani, maka rasul Paulus juga menegaskan ada respon dalam hal duniawi -  Roma 15:27 – ketika Tuhan menuntut kita untuk melakukan pelayanan dari dalam ke luar, Tuhan akan mengatur sesuatu dari luar ke dalam, yang ada kaitannya dengan hal-hal duniawi untuk kita. Ada respons dari luar ke dalam melalui penginjilan dari dalam ke luar.
4    Paulus menulis surat ini pada jemaat Roma yang sudah bertumbuh dan merupakan kalangan yang intelek. Saat baca Roma, mungkin kita agak ketinggalan, terseok-seok, karena tingkat kerohanian kita belum sampai pada pemahaman Paulus, karena surat Roma ditulis kepada orang-orang Roma yang intelek. Sepanjang jalan dari Yerusalem ke Irilikum, Paulus memberitahu jemaat Roma, bahwa dia melakukan kesibukan-kesibukan lain, dia menceritakan tentang apa yang dia kerjakan saat mereka tidak saling bertemu.
Ada persembahan yang diberikan oleh orang-orang non Yahudi kepada orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi perlu diberkati, ditulis di Roma 15: 27. Paulus saat itu menjadi kurir yang membawa persembahan orang-orang non Yahudi dari Irilikum ke Yerusalem.
5    Roma 15:14-21, fokus pada penginjilan. Penginjilan Paulus didasari kasih, seperti membawa persembahan ke Yerusalem. Pada saat itu jika kita flash back, bait suci masih dikuasai pemimpin-pemimpin dari kalangan orang-orang Saduki. Banyak pelayan dan imam-imam yang kehilangan kesempatan untuk melayani. Sewaktu Paulus menuju ke Yerusalem untuk membawa persembahan, Paulus teringat bahwa injil tidak hanya dapat disampaikan melalui kata-kata, tetapi harus dengan perbuatan, supaya injil bisa diberitakan oleh hamba-hamba yang kekurangan. Ini segi kedalaman dari iman Paulus. Dia selalu menjadi penerobos dalam pemberitaan injil. Kita atau gereja-gereja sekarang harus malu saat melihat bagian kitab ini, karena gereja sekarang banyak mengambil domba-damba gereja lain. Paulus dengan jelas mengatakan dia mengabarkan pada mereka yang belum pernah mendengar. Roma 15:20, jangan membangun di atas dasar yang telah diletakkan orang lain.
6    Roma 15:18. Anak-anak muda biasanya lebih pintar ngomong daripada berbuat (end result). Di sini kita diajarkan bahwa sebagai orang non Yahudi, kita taat bukan hanya karena perkataan kita, tetapi oleh karena perbuatan kita. End do and  end result must the same. Saat melihat, berpikir, berbicara, merencanakan, sering kali tidak sejalan, berbeda-beda, sehingga kesimpulan yang diambil salah dan membuat orang lain bingung. Hari ini kita diajarkan supaya perkataan dan perbuatan kita menunjukkan ketaatan pada Kristus.
7    Roma 15:14-15. Setelah begitu baik ditulis di ayat 14, muncul kata “namun” ayat 15. Jadi sebenarnya Paulus ingin mengatakan bahwa dia tidak berani menulis surat untuk memojokkan mereka, tetapi dalam diri Paulus penuh kasih karunia Allah, sehingga dia menjadi agak berani untuk mengingatkan mereka. Artinya jika ada orang yang mengingatkan kita, berarti dia punya kasih karunia dari Allah sehingga dia menjadi agak berani mengingatkan kita. Mengingatkan orang adalah hal yang berisiko tinggi, dimarahi atau dibenci. Mengingatkan dengan kasih karunia Allah berbeda dengan menghakimi. Kata “jangan menghakimi” sering menjadi sandungan. Karena tidak berani ambil risiko untuk mengingatkan orang lain sehingga kita memilih untuk diam saja. Padahal menghakimi tidak sama mengingatkan. Orang yang berani mengingatkan orang lain, ada kasih karunia Allah dalam dirinya, ada kasih terhadap orang lain, sehingga menjadi agak berani.
Roma 15:20, sekarang banyak gereja cari pasaran di tempat ramai, contohnya di daerah Kelapa Gading. Akhirnya gereja menjadi seperti bank, buka cabang di tempat-tempat ramai. Jadi di daerah yang kurang ramai, pemberitaan injil dilupakan. Buka gereja di tempat ramai disebut visi dari Tuhan, bangun gereja di Irian Jaya, dianggap belum mendapat  visi dari Tuhan.
8    Walaupun terjadi perebutan jemaat, Kelapa Gading memang butuh banyak gereja. Jangan gunakan keterbatasan kita untuk mengambil konklusi yang mengakibatkan kemampuan Yesus dan Roh Kudus disetarakan dengan keterbatasan kita. Jangan saling menghakimi, yang kuat harus mendukung yang lemah. Gembala adalah pemimpin. Ketika pemimpin berbicara, pengikut seperti di-strum oleh pemimpin sehingga mereka bisa mengikuti pemimpinnya. Meskipun di daerah Kelapa Gading gereja terus bertambah, di Irian Jaya juga gereja pasti terus bertambah.
9    Roma 15:30-33, Paulus memberikan nasihat pada jemaat di Roma. Firman Tuhan memberi nasihat pada kita semua: “bergumul bersama-sama dengan aku dalam doa”. Pelayan Tuhan tidak hanya didukung secara finansial tetapi juga harus didukung dalam doa. Ada 2 hal yaitu supaya Paulus terpelihara dalam orang-orang yang tidak taat, ayat 31 dan juga kepada orang-orang kudus yang di Yerusalem, ayat 32.
Kita harus bergumul dan berdoa untuk mendukung suatu pelayanan karena pelayanan ada dua yaitu kepada orang-orang yang tidak taat dan kepada orang-orang kudus, supaya pelayanan memberikan kesegaran pada yang orang dilayani, karena Allah adalah sumber damai sejahtera. Jadi tidak hanya memberi materi, tetapi juga perlu memberi dukungan doa.
10    Roma 15:20, memberitakan di mana Kristus tidak dikenal orang, supaya jangan membangun di atas dasar yang dibangun orang lain. Market bisnis di Indonesia banyak. Demikian juga market untuk penginjilan. Saat ini orang tidak memancing di lautan luas, tetapi memancing di akuarium orang lain. Orang Indonesia, mayoritas belum kenal Kristus, frustasi, tergoncang karena peristiwa di Bali. Kita harus masuk dengan kasih Kristus yaitu mengasihi musuh, memberikan pipi kiri jika pipi kanan ditampar. Perkembangannya akan luas karena lahan untuk memberitakan injil masih luas di Indonesia.
11    Jaringan Doa Nasional, membuat pemetaan dari gereja-gereja di Kelapa Gading yang jika disambung menjadi gambar merpati.
Roma 15:18, memimpin bangsa-bangsa lain oleh perkataan dan perbuatan. Perbuatan apa yang diajarkan oleh Yesus?
Mat 25:31-46. Yesus membedakan antara kambing dan domba. Ini adalah perbuatan yang memisahkan kambing dan domba. Domba akan datang pada Tuhan dalam doa dan bangkit.
12    Paulus merasa segala tanda mujizat berasal dari Kristus, bukan dari dia, dia hanya sebagai alat Tuhan.
Fokus pelayanan umat Kristen, memberitakan injil sebaiknya tidak diatas lahan orang, tetapi juga tidak menghakimi orang-orang yang kelihatannya memberitakan injil di atas lahan orang lain, asal jangan saling gontok-gontokan. Karena yang paling sering gontok-gotokan adalah orang-orang Kristen, antar gereja.
Kita disuruh Tuhan untuk pergi menginjili. Market di Indonesia luas. Jika kita menginjili orang supaya mereka mau ke gereja, itu pasti susah. Perlihatkan kepada orang lain hal-hal dimana Tuhan bekerja dalam diri kita. Biarlah gereja bertambah banyak.  Kita adalah bangsa yang tidak layak terima keselamatan, tetapi kita menerimanya sebagai anugrah.
13    Kita sering misundrestood dalam pembacaan pasal 15. Dalam Roma pasal 1–16, Paulus sedang menginjili orang-orang yang sudah kenal Kristus. Ada gunung yang lebih tinggi dari  satu gunung gunung tinggi. Jemaat Roma adalah orang-orang yang sudah percaya dan sangat menguasai firman Tuhan, tetapi masih perlu ditambahkan oleh Paulus. Waktu dari Yerusalem ke Irilikum, Paulus berbicara kepada orang-orang yang belum kenal Tuhan dan dia juga memberitakan hal ini kepada orang-orang yang ada di Roma.
Kita harus terus belajar, karena pengetahuan kita tentang Kristus terbatas, setiap hari perlu ditambah dan harus dibantu oleh orang-orang yang punya kemampuan dan diurapi Tuhan dan lebih mengerti daripada kita, sehingga kita bisa lebih mengerti.
14    Orang buka gereja di Kelapa Gading tidak salah. Hanya dalam membangun gereja tidak perlu selalu cari tempat ramai. Masih banyak tempat butuh gereja. Kadang-kadang ada gereja yang buka di suatu tempat karena tidak mau rugi, karena lihat potensi daerah yang begitu ramai. Tetapi jangan oleh karena satu tempat ramai, kita menjadi merasa rugi jika tidak buka gereja.
15    Roma 15:23, “…tidak lagi mempunyai tempat kerja…”, hal ini agak menggelitik. Mengapa tidak punya tempat kerja lagi? Apakah karena sudah banyak sehingga harus keluar dari comfort zone?
Karena Kelapa Gading sudah luas, sudah ada orang lain yang mengerjakan, jadi kita harus keluar dari comfort zone.
16    Daerah Lippo Karawaci memiliki lebih banyak ada gereja. Di Hong Kong, terdapat jumlah gereja yang paling banyak di dunia.

Pembahasan
Kadang-kadang kita perlu peka pada  Firman Tuhan.
Roma 15:14-33, merupakan bagian yang sangat penting karena Roma 15:14-21 merupakan satu kesaksian.
Kitab Roma merupakan kitab doktrin. Setelah ada penjelasan doktrin, kemudian dijelaskan bagaimana cara mempraktekkan iman yang kita miliki. Roma 1 sampai Roma 15:13 merupakan ajaran resmi. Roma 15:14-21 merupakan kesaksian atau sharing. Isi hati Paulus dapat dilihat dengan jelas. Paulus menyampaikannya dengan kata-kata yang lebih friendly, dia membuka isi hatinya dan pada bagian terakhir dia mengungkapkan pergumulannya.
Paulus bukan orang sederhana. Dia menguasai berbagai bahasa, pengetahuan, bahkan setelah kenal Yesus, dia dianggap sebagai seorang profesor, doktor dalam teologia, pengkothbah, penginjil dan missionaris yang luar biasa. Tetapi dengan rendah hati dia bersaksi pada orang-orang Roma, orang-orang yang memiliki tingkat intelektualitas tinggi.

Inti pembahasan hari ini: pelayanan yang melahirkan pelayanan*.

Setiap Hamba Tuhan dan anak Tuhan mendapat visi dan karunia yang berbeda.
Pelayanan saya diawali dengan mendirikan gereja lokal dan kemudian sekolah teologia. Saat itu saya punya visi bagaimana penginjilan dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Akhir-akhir ini visi saya berubah, karena ternyata Jakarta punya potensi yang luar biasa untuk kemuliaan nama Tuhan, tetapi tidak digarap. Hamba-hamba Tuhan tidak bisa bekerja tanpa dukungan kaum awam. Orang-orang awam punya potensi, tetapi tidak bisa dimobilisasikan dengan hamba Tuhan, karena mereka seringkali kurang menghormati gembala/pendeta dan sebaliknya. Fokus: membina kaum awam yang punya potensi, agar mata rohani mereka terbuka dan berbuah.
Paulus berkata dalam ayat 23, “karena aku tidak lagi mempunyai tempat kerja di daerah ini”, karena tanggung jawabnya selesai sehingga berkata pekerjaannya sudah habis.

Saya pindah dari Jogja ke Jakarta, tinggal di Kelapa Gading, saya memulai satu jemaat kecil. Filsafat saya: gereja harus seperti rumah tangga dan rumah tangga harus bisa seperti gereja, bukan mega church. Saya membuka gereja sambil membina kaum awam. Pelayanan yang luar biasa tidak ditunjukkan dengan jumlah jemaat, tetapi semangat dan kualitasnya luar biasa. Ini memperlihatkan bagaimana seorang gembala bisa mulai dari nol sehingga terbentuk jemaat, supaya pelayanan menghasilkan pelayanan baru.

Orang Yahudi sangat sombong sekali pada orang non Yahudi, tetapi dalam bacaan hari ini kita tahu bahwa orang non Yahudi menjadi berkat untuk orang-orang di Yerusalem.
Paulus punya filsafat penginjilan: world mission, penginjilan ke seluruh dunia.

Di mana Tuhan menaruhkan hati, hati kita juga harus di situ.
Paulus tahu jika dia pergi ke Yerusalem, dia akan mengalami halangan berat. Tetapi dia tetap membawa persembahan hasil pelayanannya kembali ke Yerusalem. Pengalaman-pengalaman pahit dialami Paulus, tetapi dia tetap membawa persembahan itu dan minta tolong pada Tuhan supaya dia tetap terpelihara, bukan untuk dirinya sendiri, tetapi karena masih banyak tugas yang harus dia lakukan. Bahkan Paulus punya visi untuk pergi ke Spanyol, bukan karena dia ingin jalan-jalan tetapi karena dia punya visi dan beban. Spanyol adalah kota yang sangat strategis saat itu.

Pandangan kita tidak boleh tertutup atau merasa cukup dengan pelayanan yang sekarang. Tuhan selalu menggerakkan hati kita dan memberikan visi pada kita. Orang yang ikut pimpinan Tuhan sering merasa lonely, kesepian. Meskipun kesepian, tetapi kita mendapatkan suatu kenikmatan dalam pelayanan kita pada Tuhan.

Pelayanan Paulus pada orang-orang non Yahudi. Dia orang Yahudi tetapi dia terpanggil untuk melayani orang-orang non Yahudi, orang-orang yang dianggap kafir saat itu. Risikonya memang besar. Kesepian adalah risiko, karena kesepian karena pelayanan. Jadi ada beban dan risiko.
Paulus orang Yahudi, tetapi dia sering disalahpahami. Dia merasa terpanggil untuk melayani orang-orang non Yahudi. Dia dicaci maki oleh orang sebangsanya tetapi dia tenang-tenang saja.

I a* Pelayanan itu diterima karena kasih karunia Allah, bukan insiatif dari Paulus sendiri.
I Kor 15:10. Kasih karunia yang terbesar adalah kesadaran bahwa kasih karunia dari Allah ada dalam diri kita. Karena mendapat kasih karunia Allah, Paulus tidak dapat memiliki atau menikmatinya sendiri. I Kor 15:10, bukan kesombongan, tetapi dia tidak mau mengecilkan kasih karunia Allah. Karena kasih karunia Allah yang kita terima begitu besar, jangan hanya disyukuri, tetapi tunjukkan melalui perbuatan dan pengorbanan.
Paulus profesional, punya semangat dan intelektual, tetapi dia menyatakan bahwa semuanya itu berasal dari Allah. Kata-kata Paulus,  “aku telah bekerja lebih keras dari...”, bukan merupakan kesombongan tetapi kesaksian. Kasih karunia Allah menyertai dia sehingga dia berani berkata demikian.
Paulus punya visi “dunia bagi Kristus”, visi yang lebih luas, pandangannya tidak tertutup, tidak nasionalis.
Apakah kita pernah terpikir untuk melayani ke negara-negara yang belum tersentuh oleh injil?
Filsafat Paulus: dimana pun dia melayani, dia berhasil dan kemudian dia pergi untuk melayani di tempat lain.
Pelayanan harus membuahkan pelayanan yang baru. Itu adalah beban Paulus. Pelayanan PA seperti ini baik jika di buka di banyak tempat, terutama di tempat di mana tidak ada injil. Ini sejalan dengan beban Paulus. Karunia yang Tuhan percayakan pada anda, gunakan semaksimal mungkin, sehingga kita bisa berkata seperti Paulus dalam I Kor 15:10, “aku telah bekerja lebih”.

I b* Penginjilan Paulus selalu terpusat pada kematian dan kebangkitan Kristus. Orang sibuk dalam pelayanan, sibuk dengan hal-hal fisik, tetapi tidak punya hal yang primer yang membuat dia memiliki damai sejahtera, yang dapat dia transfer ke orang lain, bahwa Yesus mati bagi dosanya dan bangkit bagi dia.
Di Tesalonika, Paulus hanya mengajar beberapa minggu, tetapi memiliki dampak besar.
Orang-orang yang belum percaya, harus mendapat anugrah bahwa Yesus sudah mati bagi dosa mereka dan sudah bangkit untuk memberikan hidup kekal. Tanpa disertai dengan anugrah Tuhan, mereka akan sulit memahami rahasia kebenaran dengan logika dan akan timbul kesan tidak masuk akal. Paulus mengenal Tuhan tidak dengan logika dan kepintarannya, tetapi dia ditangkap oleh Yesus sendiri. Kasih karunia Tuhan nampak dalam hidup Paulus. Kasih karunia Tuhan juga harus nampak dalam hidup kita.

I c* Kesombongan tidak sama dengan kebanggaan. Kebanggaan sering dibaca oleh orang lain dengan kesombongan. Kita harus punya kebanggaan sebagai anak Tuhan, tetapi kita tidak boleh sombong, jika kita tidak peka, kebanggaan kita sering dibaca oleh orang lain sebagai kesombongan.
Jika bertemu dengan orang lain, kita harus mengabarkan injil dan jangan sampai membuat mereka menjadi lemah.
Senjata Paulus adalah dari kuasa Roh Kudus, bukan kepintaran dan pengetahuan yang dia miliki.
Dalam mengerti Firman Tuhan, harus disertai dengan pimpinan Roh Kudus.
Gereja di Indonesia yang ekstrim, ada yang menitikberatkan pada hal emosi dan ada yang menitikberatkan pada hal pikiran. Keduanya saling menyalahkan, padahal emosi dan pikiran harus seimbang. Hati harus berkobar-kobar tapi basic pengetahuan juga harus luar biasa.
Paulus walaupun memiliki pemikiran yang tajam mendalami Alkitab, dia memiliki pandangan yang luas, di mana tidak ada injil dia siap untuk pergi ke tempat seperti apapun, dia tidak memandang statusnya.

I d* Tanda-tanda dan mujizat, kalau perlu Tuhan ijinkan untuk membuka suatu pintu. Tetapi tanda dan mujizat jangan menjadi sasaran yang dikejar-kejar oleh orang. Alkitab sudah perfect, jadi tidak perlu ada nubuatan, wahyu ataupun tanda-tanda lain.
Tuhan memang bisa memberi kesadaran pada kita melalui nubuat dsb, tetapi apa yang Tuhan berikan pada kita, patokannya adalah Alkitab. Saat ini banyak nubuatan yang tidak sesuai dengan Alkitab, dan itu berbahaya. Itu mungkin menolong buat diri mereka, tetapi firman yang dibaca adalah mujizat yang sesungguhnya. Untuk membuka peluang, mujizat Tuhan ijinkan untuk terjadi, tetapi mujizat jangan dijadikan sasaran dan andalan. Kita harus kembali pada Firman Tuhan.
Dalam pelayanannya, Paulus mendapat karunia misalnya karunia penyembuhan, tetapi Paulus tidak membanggakan itu, dia tetap mengajarkan hal yang primer yaitu kematian dan kebangkitan Kristus, yang seharusnya menjadi sasaran pelayanan kita juga.
Uang, kepintaran, mujizat dan tanda-tanda adalah hanya sekedar sarana, bukan sasaran. Sasaran adalah kematian dan kebangkitan Yesus.

I e* Mungkin kita melihat Paulus tidak setia, tidak konsisten, pindah-pindah terus. Dia berpindah-pindah karena dipimpin oleh Tuhan, tetapi dia menyelesaikan/menuntaskan pelayanannya terlebih dahulu baru pindah. Yoh 3:16. Allah memilih kita sesuai dengan rencanaNya. Rencana Allah untuk kita untuk menjalankan proyek Allah: Allah mengasihi dunia ini. Saat ini banyak manusia yang antri kepada maut. Pelayanan harus mengikuti rencana Allah untuk hidup anda.

I f* Kita ikut ambil bagian dalam proyek Ilahi yang sifatnya kekal dan upah kita ada di surga. Satu kehormatan buat kita jika kita dipilih untuk melayani.

I g* Paulus memiliki cara berkomunikasi yang baik, meskipun dia tegas. Dia menggunakan cara yang sangat bijaksana dan melihat dirinya sebagai alat yang dipakai Tuhan.

I h* Kristus yang mengambil inisiatif melalui diri Paulus, bukan Paulus yang ambil inisiatif.
Melalui hidupnya dia selalu mengatakan Kristus memakai hidupnya.

I i* Paulus punya potensi, tetapi dia bukan bangga pada dirinya sendiri. Dia punya kerinduan jadi perintis, mencari jiwa-jiwa yang belum disentuh oleh injil. Orang banyak buka gereja, karena punya karunia untuk mendobrak, tetapi belum tentu memiliki karunia membina.
Palulus bisa mendobrak dan membina, tetapi dia memperioritaskan dalam hal mendobrak ke tempat-tempat yang belum pernah mendengar tentang Kristus. Perbuatan Paulus yang berpindah-pindah seperti itu, tidak dimengerti oleh orang-orang pada jaman itu. Tetapi apa yang dia lakukan itu benar-benar dipimpin dan dibimbing oleh Tuhan.
Jangan terlalu cepat menilai pelayanan seseorang karena kita tidak punya hak untuk itu. Jangan saling menghakimi, karena itu adalah kesombongan. Mengasihi orang saja tidak cukup waktunya, sehingga untuk apa kita membuang-buang waktu untuk membenci orang.

II 1* Perhatian Tuhan terhadap Indonesia jauh lebih besar daripada negara-negara lain. Di mana ada jiwa, di situ ada hati Tuhan,  sehingga Tuhan mengangkat kita sebagai alat untuk menyampaikan isi hati Tuhan kepada mereka-mereka yang belum mengenal isi hati Tuhan.
Tuhan sedang mengerjakan sesuatu yang luar biasa di Indonesia. Di seluruh dunia, jumlah bisnisman yang paling banyak aktif dalam pelayanan, ada di Indonesia. Banyak pimpinan-pimpinan yang tekun dalam pelayanan dan PA. Di kantor-kantor juga banyak persekutuan. Di mana ada jiwa, di situ ada hati Tuhan. Ini dirasakan oleh Paulus, sehingga dia mau pergi ke banyak tempat, karena di situ banyak orang-orang yang berpotensi.

II 2* Yesus tahu jika Dia ke Yerusalem Dia pasti di tangkap tetapi Dia tetap pergi. Paulus juga seperti itu.

III* Jumlah utusan injil dari negara non barat lebih besar daripada negara-negara barat. Orang non Yahudi yang punya hutang dengan orang Yahudi, sekarang menjadi berkat bagi orang-orang Yahudi. Mungkin kita perlu diutus ke negara-negara lain dan kita harus berbalik jadi berkat buat mereka. Jangan hanya minta-minta tetapi harus berbagi karena ini adalah ciri orang yang benar-benar kaya.
Paulus merasa begitu bersukacita bukan karena dia membawa persembahan, tetapi persembahan yang dikumpulkan itu adalah dari orang-orang non Yahudi yang tidak kenal Tuhan. Harta yang mereka miliki selama ini mereka pakai untuk hidup mereka sendiri, tetapi akhirnya mereka mau memberikan harta mereka untuk orang-orang Yahudi yang miskin. Ini yang membuat Paulus bersukacita. Memberi persembahan merupakan kewajiban bagi orang Kristen karena harta adalah milik Allah.

Kesimpulan*

Sharing dari pemimpin pujian:
Oleh karena kasih karunia Tuhan berikan pada Paulus dengan cuma-cuma, juga pada kita, tetapi kita harus sadar, karena kasih karunia itu kita peroleh dengan tidak perlu membayar, karena Tuhan sudah bayar di atas kayu salib melalui penderitaan karena kasihNya yang begitu besar. Dia menyerahkan AnakNya yang tunggal, satu-satunya harta Tuhan, untuk menebus kita.
Yesus ketika berdoa di taman Getsemani, menyatakan sebenarnya Dia ingin cawan ini berlalu daripadaNya, tetapi Dia mau taat pada Tuhan, karena kasih karunia pada Tuhan banget besar sehingga Dia taat sampai mati.

Jika kita mau seperti Paulus yang berapi-api dan berlimpah, kita harus memberikan kasih kita kepada orang-orang. Seperti ibu tua yang sudah hampir mati, saat seorang abdi Allah meminta roti terakhir yang dia miliki, dia beri, memberi dalam kekurangan, sehingga ibu tua ini mendapatkan roti yang berlimpah-limpah, tidak pernah habis. Jika kita mau belimpah, kita harus memberi perhatian dan kasih kita pada orang lain, jangan simpan sendiri.
Beri apa yang ada dalam kita, yang kita sudah terima dari Tuhan walaupun kita kekurangan, maka kasih itu akan melimpah-limpah.


Roma 15: 1-13

Pendalaman Alkitab
Pembahasan    : Roma 15:1-13
Pembicara        : Pdt. Kim Jong Kuk, D.Miss
Hari/Tanggal    : Rabu, 16 April 2003

Sharing
1    Kalau baca Roma 15:1-13, Paulus mengajak orang percaya dan tidak, bahwa kita harus memuliakan Tuhan. Yesus tidak mencari pribadi-pribadi, tetapi mengajak kita untuk memuliakan Tuhan. Dalam ayat 9, ada alasan kita memuliakan Tuhan yaitu karena rahmatNya. Firman Tuhan yang kita peroleh, kita kembalikan pada Tuhan. Arus Firman Tuhan, dan berkat kita terima, dan kita perlu menaikkan ucapan syukur dalam kehidupan kita. Ayat 13, Roh Kudus yang menguatkan kita, kemampuan untuk memuliakan Tuhan. Tanpa Roh Kudus, ibadah akan berakhir dengan sia-sia.
2    Baca dari artikel bahasa Mandarin, yang menguraikan secara khusus Roma 15:1-3, menganjurkan kita, ketika kita disakiti orang lain, anggap saja orang itu sedang sakit, sehingga kita bisa lebih toleran, lebih sabar dan bisa menerima, sehingga memungkinkan kita dapat berdoa bagi orang tersebut, untuk karakter, pembawaan dan kerohaniannya.
3    Ada istilah lemah dan kuat. Ketika terima Kristus, kita ada dalam proses pertumbuhan. Setiap orang punya proses pertumbuhan yang beda-beda, sehingga terjadi ada yang sudah kuat, ada yang masih lemah. Di ayat 6, kita dituntut, dengan satu hati dan satu suara untuk memuliakan Allah. Kita harus punya satu hati dan satu suara, meskipun kita berbeda-beda. Ayat 1, yang kuat wajib menanggung kelemahan orang-orang yang tidak kuat.
Masalah: saling menerima, bagaimana? Ayat 2, membangun, mencari kesenangan sesama untuk membangunnya. Tidak mudah untuk memperhatikan kebutuhan orang lain. Menjadi orang Kristen sama seperti menjadi seorang pedagang. Matsusitha berkata, dengan melihat adanya kebutuhan orang, kita berusaha memenuhi.
Bukan cuma kebutuhan, tetapi mencoba membuat hati orang lain senang dan hal ini memang tidak mudah. Saling menolong, membantu, membangun, ada persekutuan yang bukan sekedar seperti persekutuan yang dianalogikan dengan sapu lidi disatukan dan diikat, tetapi lebih seperti sebuah tikar yang dianyam, sehingga kuat sekali. Sapu lidi hanya tergantung ikatan.
Ini yang diharapkan rasul Paulus, persekutuan, yang terdiri dari orang yang kuat dan lemah, dapat saling menyenangkan, sehingga menjadi satu hati dan suara dan memuliakan Allah. Jika kita ingin bersatu, seperti Yesus bersatu dengan Allah, orang lain akan memuliakan Allah, bangsa-bangsa akan memuliakan Allah ketika melihat orang Kristen bersatu. Bersatu bukan seperti sapu lidi, diikat oleh satu organisasi, tetapi dianyam satu sama lain, betul-betul bersekutu, ada persatuan yang kuat.
4    Roma 15:6-7, Tuhan menerima kita, Tuhan tidak membedakan kita dengan melihat warna kulit, Tuhan tidak membedakan apakah kita berdosa atau tidak, semuanya Tuhan terima. Di mata Tuhan tidak ada perbedaan satu sama lain. Tuhan mau kita seperti yang ditulis dalam ayat 6, memiliki satu hati dan satu suara. Tuhan tidak ingin kita bersatu dalam sesuatu yang kita mau, misalnya golongan tertentu, ajaran gereja tertentu. Kita memang berbeda, tapi harus punya satu hati menyembah dan mencari Tuhan, melayani Tuhan, dalam nama Yesus Kristus. Itu yang Tuhan rindu supaya kita yang berbeda-beda menjadi satu hati dalam satu pelayanan.
Persekutuan ini terdiri dari bermacam golongan, ajaran agama, tetapi dapat bersatu memuji melayani, belajar, meningkatkan pengetahuan rohani, supaya rohani dapat bertumbuh.
Tuhan sewaktu menciptakan Taman Eden, pasti di Taman Eden tidak hanya ada satu jenis bunga. Pasti Tuhan menciptakan Taman Eden dengan bermacam-macam bunga sehingga Taman Eden kelihatan lebih indah. Walaupun kita bermacam-macam denominasi, agama, ajaran, Tuhan mau kita seperti bunga-bunga itu, mengeluarkan keindahan masing-masing supaya taman menjadi menarik, supaya orang dapat melihat Tuhan melalui pelayanan kita. Tuhan mau kita punya satu hati, satu suara, hanya Yesus yang kita sembah. Hal-hal yang lain tidak dipersoalkan oleh Tuhan.
Minggu ini adalah minggu sengsara Yesus, kita renungkan bahwa Tuhan itu menderita oleh karena kita, menderita bukan karena Dia memilih apakah kita baik atau tidak. Kita berdosa, kita datang dan mendapat keselamatan. Tuhan mau setelah kita mengenal Dia, kita lebih lagi mengasihi Dia. Bagaimana dalam kehidupan kita, kita memikirkan kebaikan Tuhan, setia melayani Tuhan, lebih mengasihi Yesus.
Ketika kita merenungkan Yesus yang menderita, bahkan segala milikNya, Dia serahkan semuanya, hanya untuk menyelamatkan kita, mengasihi kita, walaupun kita adalan orang yang berdosa. Hukuman dosa adalah mati, tetapi di hadapan Tuhan, kita tidak ada bedanya, Dia tidak membedakan kita, Dia tidak memisahkan kita apakah kita berdosa atau tidak, dari golongan satu atau golongan lain. Yesus tidak membedakan, Dia mau kita bersatu dalam satu hati, satu suara untuk mencari Tuhan, mengenal Dia. Dia mau menyelamatkan kita, supaya kita tidak hanya menyelamatkan diri kita saja, tetapi kita lebih mengasihi Dia, melayani Dia dengan lebih sungguh, satu hati dalam melayani Dia, mencari jiwa, dalam berbuat sesuatu, supaya orang lain melihat Yesus dalam hidup kita. Karena dalam Tuhan ada perubahan dalam hidup kita, kita menjadi orang yang baru karena Yesus, melalui kita orang mencari Yesus, orang mengaku Yesus adalah Allah yang hidup, orang datang bermazmur, mengenal Yesus. Kita harus mengasihi Yesus terlebih dahulu, agar orang-orang dapat datang mengenal Yesus melalui kita.
5    Dulu saat saya dalam keadaan yang sangat susah, Tuhan yang sempurna datang pada saya, membangunkan saya.
Tidak mudah hidup di dunia. Di sekolah kita diajarkan supaya semua orang secara individu harus jadi jagoan. Dalam setiap ulangan kita selalu berpikir untuk mengalahkan orang lain. Sehingga setelah kita lulus sekolah, kita menjadi manusia yang sangat selfish, tidak peduli pada orang lain, hanya memikirkan diri sendiri. Saat kita dapat nilai bagus di sekolah, kita bangga, karena kita berpikir kita menjadi orang kuat. Saat menjadi pemimpin, kenyataannya tidak semua bawahan adalah orang pintar. Ini contoh si kuat dan si lemah dalam kehidupan nyata. Pemimpin dalam perusahan sebagian besar adalah lulusan terbaik dari universitas, tetapi tidak dapat memimpin bawahannya, karena dengan mentalitas kepintarannya, dia berusaha memaksa bawahannya punya mentalitas yang sama dengan dia, padahal bawahannya memiliki mentalitas yang jauh lebih rendah.
Tetapi pelayanan Kristus lain, Dia yang sempurna, punya nilai 10. Saat Dia datang, mungkin kita cuma punya nilai kecil, tetapi ketika Dia bersama-sama dengan kita, Dia mengangkat kita, Dia tidak melihat kesempurnaan yang Dia miliki, Dia mau bersama-sama dengan kita mulai dari nilai yang kita miliki, supaya di kemudian hari nilai kita meningkat.
Roma 15, harus disimpulkan sebelum maksud dan tujuan Roma ditulis:
a.    Bagaimana menyambut saudara-saudara yang lemah - Roma 14:2.
b.    Jangan menghina satu dengan yang lain - Roma 14:3.
c.    Jangan menghakimi saudaramu - Roma 14:4.
d.    Jangan membuat temanmu jatuh dalam dosa - I Kor 8:7-13.
e.    Bagaimana menjadikan yang lemah dalam kasih Kristus dan memiliki kasih Kristus - Roma 14:14-23.
f.    Harus selalu memperlihatkan spirit dalam Kristus. Kita yang kuat harus memperlihatkan bahwa kita punya spirit Kristus, berjalan bersama-sama dengan Kristus. Di tempat ini ada yang lemah ada yang kuat, masing-masing punya kekuatan dan kelemahan yang berbeda-beda. Jika kita kuat, jangan buat saudara lain jatuh.
6    Roma 15:3, jujur dalam kehidupan ini, aktivis, hamba-hamba Tuhan, gembala sidang atau pendeta, karena kita manusia, tanpa sadar, saat kita melayani dengan baik, pujian datang. Tetapi saat lemah, jatuh, karena sikon, bukan direncanakan, sehingga jatuh, orang akan mencerca.
I Taw 16:22, seringkali dalam kehidupan kita sebagai aktivis, saat jatuh. Kristus juga tidak mencari kesenanganNya sendiri.
Saat ada teman-teman yang jatuh, berdoa pada Tuhan untuk menolong, menguatkan dan meneguhkan dia. Yosua, saat Musa mati, dalam Yos 1, kata “kuatkan dan teguhkanlah hatimu”, diulangi 4 kali untuk menguatkan Yosua.
Seringkali saat kita melihat teman-teman kita jatuh, kita tidak doakan, tetapi kita justru menunjuk dan membuat dia semakin terperosok. Tuhan memberi kekuatan untuk mendoakan bahkan untuk mengambil kesulitan teman kita.
Masa-masa sengsara Yesus, Yesus sedang diombang-ambingkan, Dia dicaci maki ketika kita masih berdosa, Dia melakukan misiNya dengan kasih yang luar biasa. Jangan menghina apalagi menghakimi. Ambil waktu untuk berdoa.
7    Roma 15:1, kita harus belajar Alkitab lebih dalam, karena sikap kita yang sekarang menentukan respon kita terhadap apa yang terjadi. Pendapat umum, kultur, personal decide, terkadang lebih mempengaruhi kita, bukan perkataan dari Tuhan. Kita harus baca dari Alkitab, supaya sikap kita menjadi lebih baik.

Pembahasan
Roma 15, merupakan satu kebenaran Firman Tuhan yang dilakukan oleh Yesus Kristus sendiri. Kita sudah mempelajari kitab Roma 1-14, dengan tema: kita dibenarkan oleh Tuhan, bukan kita yang memiliki kebenaran, kita dibenarkan oleh Tuhan dengan kasih karunia dan anugrahNya.
Roma 15, merupakan kesimpulan dalam kitab Roma, bagaimana sesungguhnya cara kita hidup.
Ada istilah lemah dan kuat dalam Roma 15, tetapi kata kuat dan lemah jangan disalahartikan. Manusia tidak dapat menilai siapa yang kuat siapa yang lemah, siapa yang lebih kuat. Memang dunia ini dunia persaingan, sehingga tanpa sadar, dalam watak kita ada persaingan dan keinginan untuk lebih unggul, pintar dan hebat. Konsep itu sudah tertanam dalam hati kita, walaupun kita sudah mengenal Tuhan. Sehingga kita sering secara tidak sadar membandingkan diri kita dengan orang lain dalam berbagai faktor. Inilah yang sering membuat terjadinya perselisihan satu dengan yang lain.
Apa yang ditulis dalam Roma 15, tidak dapat lepas dari doa yang Yesus naikkan sebelum Dia naik ke salib, yang merupakan dasar, fondasi, isi hati Tuhan, kerinduan Tuhan, untuk kita. Yoh 17:1-26, fokus pada ayat 21-23 yang menjadi fondasi dan kebenaran dari pesan yang ada dalam Roma 15. Doa syafaat Yesus dibagi atas 3 bagian:
1.    Untuk diri sendiri.
2.    Untuk murid-murid.
3.    Untuk umat Kristiani pada umumnya.
Kesatuan dan persatuan antar murid Yesus dan antar anak-anak Tuhan, merupakan kerinduan hati Yesus. Kesatuan itu merupakan satu persekutuan dari hati ke hati. Dalam doa ini, kita dapat melihat betapa besar kasih Yesus. Relationship antar kita dengan Tuhan diibaratkan seperti Gembala dan domba, tidak hitung-hitungan, penuh kasih sayang dan pengertian. Kesatuan antara murid-murid akan membawa dunia menjadi percaya.
Tujuan kedatangan Yesus ke dunia adalah supaya dunia percaya Yesus sebagai Mesias dan juru selamat.
Kesatuan dan sikap saling menerima, merupakan implikasi dan aplikasi dari iman dari seseorang.
Sikap kita yang saling menerima, merangkul dan saling memperhatikan, merupakan bukti bahwa kita sungguh-sungguh mengenal hati Tuhan. Tidak sama dengan konsep saling menerima, merangkul dan memperhatikan dalam hal duniawi.
Orang dunia saling menyenagkan dan memperhatikan. Misalnya jika merasa letih dan capek, mereka pergi minum-minum. Kesannya lebih menyenangkan, tetapi berbeda dengan konsep orang Kristen. Konsep menyenangkan, menerima dan memperhatikan dunia beda dengan yang ada dalam Yesus. Orang-orang yang berkumpul karena mengkonsumsi narkoba, kadang-kadang lebih kompak dari persekutuan orang percaya. Orang-orang gang juga siap mati untuk temannya. Itu satu kebanggaan bagi mereka.
Kesatuan untuk menyenangkan satu sama lain, bukan dengan sikap duniawi, tetapi ada hakekat kekristenannya. Yesus berkali-kali mengungkapkan kesatuan, saling menerima, supaya dunia percaya.
Sikap dan tingkah laku kita terhadap dunia sangat penting. Jangan munafik.
Yoh 17:23, melalu kesatuan, saling menerima, menolong dan persekutuan yang indah merupakan bukti bahwa mereka sungguh-sungguh memiliki hati Tuhan.

Mengapa Paulus mengatakan kita yang kuat wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat? Apakah Paulus merasa dia kuat?
Apakah kita yang membaca firman ini juga kuat? Siapa yang kuat dan lemah?
Pengertian “yang kuat” bukan dinilai dari sudut pribadi manusia, tetapi orang yang kuat adalah yang sudah dikuatkan oleh Yesus.
Kuat bukan penilaian dari duniawi. Kita sungguh-sungguh mengenal Tuhan, lahir baru, memiliki iman yang benar, mengasihi Tuhan adalah orang yang kuat, karena Yesus ada di dalam hati kita. Pengertian kuat jangan diartikan dengan cara membandingkan diri dengan orang lain, sebab dari situ bisa timbul kesombongan, sifat yang mementingkan diri sendiri.

Mengapa masih ada sikap mementingkan diri sendiri dalam diri orang yang sudah Kristen?
Kita kuat karena kita mengenal Tuhan, anugrah dan pengorbanan Tuhan. Kita kuat bukan dari hasil latihan kita, tetapi karena Tuhan telah menyelamatkan kita. Kita tidak kuat, tetapi dikuatkan oleh Yesus. Di mana ada Yesus di satu ada kekuatan.

Bila kita melihat, orang Kristen dari latar belakang Yahudi dan kafir, ada suatu gap. Orang Kristen Yahudi merasa belum puas, merasa mereka adalah orang Kristen kelas satu, yang lain kelas dua, ada semacam diskriminasi. Maka Paulus mengatakan, secara lahiriah, historical background, mungkin kita kuat, tetapi orang yang benar-benar sungguh-sungguh kuat adalah orang yang mengasihi Tuhan.

Tanda dari persekutuan yang sejati, yang menjadi bukti bahwa kita sungguh-sungguh meyadari kasih Tuhan, adalah adanya sikap saling memperhatikan – care. Kita yang sudah dikuatkan oleh Tuhan, yang sungguh-sungguh mengenal hati Tuhan, harus memiliki kewajiban untuk peduli pada adik-adik rohani kita. Sikap peduli itu penting, pastoral care, dimana pendeta yang lebih senior yang lebih bijaksana harus peduli pada pendeta yang lebih muda.
Sambil kita bertumbuh, kita harus peduli pada adik-adik rohani, ada mentorship, harus jadi mentor, memberi pengarahan yang baik, sehingga ada win-win dalam kehidupan rohani, karena kita satu keluarga besar.
Keluarga sifatnya berbeda dengan organisasi. Sumber kehangatan dalam keluarga adalah kasih, perhatian, pengertian. Implikasi dan aplikasi dari kasih adalah sikap yang peduli, memperhatikan dan memikirkan. Tetapi kita tidak boleh mengasihi dengan mentolerir orang yang malas. Care, peduli dalam arti perlu disiplin dan ketegasan.
Care berarti menanggung kelemahan dengan kasih, jangan menyerang dengan kritikan.
Ada sikap understanding dan care seperti Yesus care pada kita, itu yang harus kita teladani.

Roma 15:2, istilah membangun yang ditulis sifatnya sangat positif. “Membangun” merupakan satu proses pertumbuhan, melalui peranan dan mentoring kita kepada adik-adik rohani, kita akan bertumbuh bersama-sama, saling membangun. Ketika kita bertumbuh, Tuhan akan bersukacita. Jika kita bertengkar, saling kritik, Tuhan akan sedih. Jangan menyalib Tuhan lebih dari satu kali.

Teladan yang ajaib dalam hal yang kuat menolong yang lemah dapat kita lihat dalam pribadi Yesus. Yesus menanggung segala kelemahan kita. Ini dapat kita kaitkan dengan hal mengampuni. Bagaimana kita bisa mengampuni jika kita tidak memahami orang lain. Ketika kita melihat dengan belas kasihan Yesus, kita akan dapat memahami orang lain.

Roma 15:3, Yesus bukan hanya menanggung dosa manusia, tetapi relationship dan misunderstanding orang-orang Yahudi yang begitu membenci Dia, Yudas Iskariot yang menghianati dan menjual Dia, Petrus yang jatuh bangun dan menyangkal Yesus. Hal-hal seperti itu adalah hal yang berat bagi Yesus secara manusia, sepertinya semua orang meninggalkan Dia, murid-murid secara tidak langsung melemparkan batu dan membebani Yesus.
Petrus berani menyangkal Yesus. Tanpa pimpinan Roh Kudus, kita tidak akan bisa kuat. Orang yang kuat secara manusia, suatu ketika bisa jatuh atau bangkrut. Orang yang memiliki hati Tuhan adalah orang yang kuat. Bukan karena keahlian, pintar, menguasai Firman Tuhan, memiliki kedudukan ataupun pendidikan, sehingga seseorang itu dikatakan kuat.
Standar dasar untuk menolong orang yang lemah adalah Yesus.
Alkitab, Firman Tuhan, merupakan sumber kekuatan bagi kita.

Roma 15:4, sebenarnya kita tidak sanggup menolong orang lain karena seringkali sebelum memikirkan orang lain kita sudah emosi, sebab ada sifat bersaing yang tertanam dalam hati kita.
Ada 2 istilah penting dalam ayat ini : ketekunan dan penghiburan dari kitab suci:
1    Ketekunan – buah Roh. Ketekutan dan kesabaran merupakan kekuatan dan bukti dari kedewasaan iman kita. Ketekunan dalam bahasa Yunani  hupumone, yang artinya hidup di bawah sesuatu yang berat. Di dunia semua sangat cepat dan butuh kecepatan, sehingga membutuhkan adanya ketekunan. Kita belajar ketekunan melalui Firman Tuhan.
2    Penghiburan. Seorang Kristen yang punya visi, sering mengalami kesepian. Disaat kita mau mengikuti jalan yang benar, tetapi saat melihat semua orang ikut jalan lain yang kelihatannya enak, kita merasa kesepian. Dalam keadaan demikian ada penghiburan dari Firman Tuhan, bukan penghiburan dari dunia seperti di diskotik, minum-minum, jalan-jalan.
Orang yang sungguh-sungguh merasakan ada penghiburan dalam Firman Tuhan, dia sudah dewasa. Kita harus kembali pada Firman Tuhan
Orang yang merasakan ada penghiburan dalam Firman Tuhan menunjukkan kedewasaan dalam Tuhan.
“Saya tidak dapat menolong orang lemah, tetapi Firman Tuhan yang menolong saya untuk menolong orang yang lemah”.
Penghiburan bukan dari dunia, uang ataupun jabatan. Bahkan jabatan yang semakin tinggi makin kesepian. Penghiburan yang sejati adalah yang dari Tuhan.
Orang yang sungguh merasakan ada penghiburan dalam Firman Tuhan, komitmennya selalu didasarkan pada Firman Tuhan. Apa yang Firman Tuhan sarankan akan diikuti.

Kita tidak akan sanggup menolong orang lain dengan kekuatan kita sendiri. Tetapi karena Tuhan memerintahkan kita untuk menolong orang lain, di situ ada kekuatan dan ada berkat.
Contoh: semalam suntuk Petrus tidak dapat ikan, tetapi karena menurut perkataan Tuhan, dia mau dan dia mendapat banyak ikan.
Yesus yang menanggung seluruh dosa kita, tetapi dia tetap mau menghibur kita.

Ketekunan adalah sikap hati yang sangat penting.
Roma 15:4, kekuatan untuk mengasihi orang yang lemah adalah Firman Tuhan.
Roma 15:5-6, merupakan suatu doa. “Memuliakan Allah”, kesatuan untuk memuliakan Allah. Kita akan mampu menanggung kelemahan orang lemah denga cara: kembali pada Firman Tuhan dan kembali pada doa.
Doa memiliki kekuatan yang luar biasa. Sepanjang hari kita harus awali dengan doa. Tanpa doa, kualitas hidup akan berbeda, karena Tuhan memampukan kita.
Sebelum Yesus memulai pelayananNya, Dia berdoa puasa selama 40 hari.
Sebelum meninggalkan dunia, Dia juga berdoa di taman Getsemani.
Perlu ada balance life dalam kehidupan rohani. Kegiatan pelayanan jangan terlalu ekstrim dibandingkan dengan doa. Doa harus seimbang dengan kegiatan pelayanan.

Roma 15:7, merupakan satu aplikasi untuk dapat menerima satu dengan yang lain, tetap untuk kemuliaan Allah. Melalui saling mengasihi, menerima, dunia tahu bahwa Yesus diutus oleh Allah, Yesus mengasihi orang-orang. Melalui hidup kita dunia mengenal Kristus adalah sesuatu yang memuliakan Allah.
Acceptance, saling menerima, adalah sikap yang harus dimiliki orang Kristen, karena itu merupakan perintah dari Tuhan, karena kita diterima oleh Tuhan, kita tidak berhak menolak manusia. Kita dilayani oleh Tuhan sehingga kita harus melayani sesama kita.

Roma 15:8-12, merupakan isi hati Tuhan, bukan Tuhan mementingkan orang Israel, tetapi orang Israel hanya dipilih sebagai alat, agar bangsa-bangsa lain dapat mengenal Allah. Kasih Allah terhadap semua bangsa sama, baik terhadap bangsa Israel maupun kafir.
Orang Kristen dari latar belakang Yahudi, mereka bersyukur karena mereka dipilih Allah, karena mereka juga harus menyelamatkan bangsa-bangsa yang lain.

Roma 15:13, juga merupakan doa. Ada ditulis siapa sesungguhnya Allah yaitu Sumber Pengharapan, orang yang punya pengharapan hidupnya tidak pesimis.
Allah adalah Sumber Pengharapan, sasaran pengharapan kita, bukan puji-pujian dari orang-orang di sekitar kita.
Allah adalah Sumber Ketekunan, Penghiburan dan Pengharapan. Ini tidak dapat dijualbelikan, karena merupakan anugrah dari Tuhan.
Semakin kita dekat dan mengenal Tuhan, sifat-sifat itu makin kelihatan dalam hidup kita.
Ada istilah-istilah yang bernilai dan penting bagi rohani kita dalam ayat 13: pengharapan, sukacita, damai sejahtera, iman, kekuatan Roh Kudus yang berlimpah-limpah dalam pengharapan, kepenuhan dalam pengharapan.

Orang yang kaya iman adalah orang yang care pada semua orang-orang dari latar belakang yang berbeda-beda.
Untuk bisa care pada orang lain, perlu kesabaran, ketekunan, pengertian dan bahkan kita harus siap mengampuni mereka dan mendoakan mereka.
Ada beberapa tahap pengampunan: pemahaman, pengorbanan, penerimaan, penghapusan, baru kemudian terjadi persekutuan kembali.
Kebanyakan orang Kristen berhenti sampai penghapusan, tidak mau kembali ke persekutuan, tidak mau memulihkan persekutuan.
Kasih Kristus atau pengertian yang ditulis dalam Roma 15, menyatakan bahwa pengampunan tidak hanya berhenti sampai tahap penghapusan saja, tetapi dalam pengampunan harus kembali pada persekutuan. Dalam proses itu memang butuh banyak pengorbanan. Saat kita berkorban, ingat pengorbanan Kristus.
Kembali pada Firman Tuhan. Yesus selalu berdoa, maka kita juga perlu belajar berdoa.

Roma 14: 13-23

Pendalaman Alkitab
Pembahasan    : Roma 14:13-23
Pembicara        : Pdt. Julius Ishak Abraham, MSc.
Hari/Tanggal    : Rabu, 09 April 2003

Sharing
1    Roma 14:13, diawali kata “karena itu”, sehingga perikop ini tidak terlepas dari perikop sebelumnya.
Ada 2 hal dari perikop sebelumnya yang berkaitan dengan perikop ini:
a.    Roma 14:3, “…sebab Allah telah menerima orang itu”. Kita harus saling menerima dan membangun di antara jemaat, karena Allah telah menerimanya.
b.    Roma 14:12, memberi pertanggungan jawab tentang diri sendiri pada Allah. Tidak perlu mengurus pertanggungan jawab orang lain dengan Allah.
Kita tidak boleh saling menghakimi dengan alasan kedua hal di atas. Dengan dua dasar tersebut, kita masuk ke perikop ini yaitu untuk tidak memberi batu sandungan. Contoh: Ibu saya berasal dari Tapanuli Selatan, sebagian besar keluarganya adalah orang muslim, sehingga sekalipun kakek masuk Kristen, kakek dan ibu tidak memakan daging babi. Sedangkan ayah saya berasal dari Tapanuli Utara, dari latar belakang orang yang makan daging babi. Ayah dan ibu saling menghargai dalam hal makan daging babi ini. Sebagai anak, saya belajar menghargai ibu seperti ayah. Setelah belajar Firman Tuhan, maka saya makan daging babi bukan dengan alasan karena suka, makan jika ada, dan menghargai orang yang tidak makan. Ini contoh bagaimana di sebuah keluarga yang pada jaman sekarang ada seperti itu.
Apalagi pada jaman dahulu, orang Israel tidak makan daging babi, orang Kristen non Israel makan.
Paulus menulis tentang ini agar kita sebagai orang Kristen kita harus saling menghargai, menghormati, menerima dan membangun.
2    Roma 14:14. Saat membaca ayat ini ada sesuatu yang hilang. Jika baca di kitab bahasa Inggris, “sesuatu” yang dimaksud adalah tentang makanan. Paulus menyinggung banyak tentang makanan. Roma 14:17, hal kerajaan Allah bukan tentang makanan, tetapi kebenaran, sejahtera, sukacita berkaitan dengan kerajaan Allah. Orang Israel terikat tentang peraturan mengenai makanan yang ditulis di Imamat 11. Paulus menekankan bahwa bukan makan-minum yang utama, tetapi yang utama adalah kebenaran di depan Tuhan yaitu yang benar, yang menyenangkan Tuhan, damai sejahtera dan mengasihi sesama saudara, peace and love. Sebab Yesus adalah Raja damai, peacemaker. Terhadap diri sendiri ada sukacita yaitu sukacita oleh Roh Kudus.
3    Roma 14:13b, “lebih baik menganut pandangan ini”, artinya yang lain tidak lebih baik daripada hal ini yaitu jangan membuat saudara kita jatuh dan tersandung. Paulus mengambil contoh tentang makanan. I Kor 8, jika makan sesuatu yang membuat saudara lain tersandung, sebaiknya kita tidak makan.
Yang ingin diungkapkan dalam perikop ini, bukan hanya tentang makanan saja, tetapi termasuk kehidupan kita sebagai perluasan dari hal makanan. Prakteknya misalnya seperti ini, “saya bisa cari celah untuk menghindari hukum, tetapi jika perbuatan saya dilihat oleh orang yang imannya lemah dan dia akan jadi jatuh, maka saya tidak akan lakukan”.
Apa yang kita lakukan, harus kita renungkan, apakah kita membuat orang tersandung atau membuat orang imannya lemah dan menjadi jatuh. Jika perbuatan kita membuat saudara lain tersandung, jangan lakukan.
Hal ini jangan hanya diterapkan dalam hal makanan saja tetapi diperluas dalam hal melakukan apa saja.
4    Roma 14:17, bukan hanya makan-minum yang ditekankan, tetapi soal kebenaran. Dalam hidup kita sebagai anak Tuhan, apakah kita sudah berjalan dalam kebenaran, ini merupakan tantangan besar. Jika kita mau dengan jujur merefleksi diri, sering kali kita membuat orang lain jatuh karena perbuatan dan tingkah laku kita. Persekutuan seperti ini penting, karena setiap baca atau dengar Firman Tuhan itu menjadi refleksi diri. Kita selalu bisa mencari celah yang menyatakan kita tidak bersalah, tetapi dalam hati kecil kita, kita tahu motivasi kita bukan seperti itu.
Roma 14:20, jangan merusak pekerjaan Allah oleh karena makanan. Bukan hanya merusak dengan makanan, tetapi dengan segala yang kita perbuat. Kita tahu sesuatu tidak benar, tapi kita cenderung mencari celah untuk membenarkan diri. Bahkan dengan tahu banyak Firman, kita sering menggunakan Firman untu mencari celah dengan tujuan membenarkan diri. Oleh karena itu kita harus hati-hati, dan dalam hal ini kita butuh pertolongan Roh Kudus. Jika melakukan sesuatu tidak ada sukacita dari Roh Kudus, kita harus berhati-hati.
5    Roma 14:19, merupakan himbauan, mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan berguna untuk saling membangun. Ayat ini berbeda dengan ayat-ayat lainnya yang mengunakan kata “janganlah”.  Ayat ini ditulis dengan menggunakan kata “marilah”.
6    Kehidupan kekristenan kita bukan hanya dalam hal makanan, tetapi dalam seluruh aspek kehidupan kita. Paulus menceritakan tentang kebebasan Kristen yang perlu disertai dengan tanggung jawab. Dalam Kristus kita telah dimerdekakan, tetapi bukan freedom tanpa tanggung jawab. Tanggung jawab adalah kasih yang ditulis di Roma 14:15. Dalam Roma 14:15-16, ada 2 pihak tentang kebebasan:
a.    Ayat 15, orang yang punya iman kuat, jangan menyakiti saudara lain yang lemah imannya. Jadi orang yang punya iman yang kuat, punya tanggung jawab untuk mengasihi mereka iman yang lemah.
b.    Ayat 16, “apa yang baik” adalah kebebasan dalam Kristus. Kebebasan dalam Kristus, jangan biarkan kita sampai difitnah oleh orang yang imannya lemah.
Iman yang kuat bertanggung jawab mengasihi yang lemah, agar yang imannya lemah tidak menjelek-jelekkan kita. Bagi orang yang imannya kuat agar tidak menyakti hati orang yang imannya lemah, dan bagi orang yang imannya lemah tidak memfitnah orang yang imannya kuat. Freedom and obligation. Obligation adalah mengasihi sesama dan mengasihi Tuhan.
7    Saya merima SMS dari seseorang yang berisi: “Orang fasik mereka-reka yang jahat, tetapi Tuhan merencanakan yang baik. Di surga tidak ada tempat bagi pemabuk. Bertobatlah.” Membaca ini, saya berpikir bahwa artinya saya menjadi batu sandungan bagi orang tersebut atau sebaliknya orang tersebut menjadi batu sandungan bagi saya.
Kita orang-orang beriman, karena kita memiliki Kristus, ketika kita jadi batu sandungan bagi orang lain, orang yang beriman, kita seharusnya berhenti sampai di situ. Jika kita berani berdiri di atas mimbar, pasti banyak kritik yang datang, karena memang sulit menjalankan prinsip-prinsip Alkitab. Menjadi pemimpin di dunia maupun gereja juga sulit. Kita harus siap menghadapi kritikan yang membangun ataupun yang menjatuhkan.Sedikit banyak kita pasti menyandung dan disandung oleh orang lain. Jika kita disandung, kita kesal. Tetapi jika kita yang menyandung, seringkali kita tidak merasakan apa-apa.
Karena siap hidup dalam teknologi, kita harus siap menerima kritikan melalui semua media, salah satunya melalui SMS.
Sebelum mengurus orang lain, urus diri sendiri terlebih dahulu. Artinya perbaiki diri dulu, baru mengurus orang lain.
Surga dengan dunia berbeda. Orang hidup di dunia bergantung pada makan-minum. Jika ingin dihormati dalam hal makan-minum itu salah. Paulus mengatakan, layani Tuhan dulu, baru kita akan mendapat penghormatan orang lain.
Papa saya berkata jika kita kaya, banyak “semut” yang datang, karena uang itu seperti gula. Tetapi jika uang semakin banyak, tidak ada “semut” yang berani mendekat. Papa saya orang yang belum percaya, juga punya prinsip-prinsip hidup untuk tidak boleh menjadi batu sandungan bagi orang lain. Kita ada di posisi sekarang bukan karena keinginan kita, tetapi kita telah ditunjuk, ditempatkan Tuhan demikian, sehingga kita harus melayani dengan posisi kita sekarang.
Pertanyaan: Dalam Kej 6, binatang-binatang yang tidak haram dan yang haram harus dimasukkan ke dalam bahtera Nuh atas perintah Tuhan. Mengapa sebelum hukum Taurat dideklarasikan, Nuh disuruh membawa binatang yang haram juga ke dalam bahtera?
8    Saya membaca artikel yang ditulis oleh John Maxwell tentang dunia impian, di mana manusianya tidak saling menjatuhkan. Dia sudah mencari-cari kondisi seperti itu tetapi tidak menemukannya.
Roma 14:19 merupakan kesimpulan dari perikop ini. Dengan kata mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera. Inilah yang mungkin dimaksudkan Maxwell sebagai dunia impian, di mana kita semua saling membangun. Atau ayat ini merupakan utopia, dimana kita akan menuju ke sana. Ini merupakan permintaan Paulus untuk menciptakan dunia impian. Tidak ada orang lain yang menjatuhkan dengan sengaja atau tidak sengaja (batu sandungan).

Pembahasan
Yang dikemukakan adalah contoh-contoh hidup sederhana, tetapi dibaliknya ada prinsip-prinsip yang sangat mendasar.
Roma 13:8, dengan judul perikop “kasih adalah kegenapan hukum Taurat”.
Paulus menerangkannya pada Roma 13:10, “kasih tidak berbuat jahat….. kasih adalah kegenapan hukum Taurat”.
Paulus adalah orang yang benar-benar tulus beragama, sama seperti kita. Paulus ingin kita menyadari secara mendalam bahwa kehidupan beragama dalam Taurat sama sekali berbeda dengan kehidupan beragama dalam injil.
Hal yang sangat mendasar yang Paulus ingin sampaikan, Roma 13, agar orang Kristen jangan saling menghakimi.

Di bumi ada 4 hukum yang berlaku: 2 hukum kedagingan, 2 hukum roh. Dua hukum kedagingan dapat kita baca di Kej 4:23-24 yaitu hukum Lamekh dan hukum Kain. Hukum Kain, menuntut balas sampai tujuh kali. Hukum Lamekh menuntut balas sampai 77 kali. Saat ini keris Jawa, badik orang Bugis, mandau, mencirikan masih adanya kehendak untuk menuntut balas. Cerita-cerita dari negeri Tiongkok, juga sering menceritakan tentang menuntut balas sampai 7 turunan.
Tuhan melihat dunia begitu busuk dengan kedagingan, karena ada unsur menuntut balas. Tuhan mulai mengadakan perubahan yang dilakukan dengan latihan. Untuk latihan pertama, hukum Taurat diturunkan oleh Allah. Meskipun masih ada menuntut balas, tetapi prinsip satu balas satu diberikan sebagai latihan. Galatia 3:24, Tuhan tahu Taurat bukan hukum sempurna, tetapi kita perlu dilatih pelan-pelan. Taurat adalah hukum yang akan menuntun kita sampai Kristus datang.
Hukum yang pertama yang diturunkan Allah untuk memberantas hukum kedagingan adalah hukum Taurat. Sesudah itu, Kristus datang dan kita tidak lagi menuntut balas tetapi memberi, not to take, but give. Ini merupakan dasar yang paling teguh dari pemikiran yang menyeluruh dalam Alkitab. Ini dimungkinkan jika Kristus membuat kita lahir baru. Orang Kristen seyogyanya hidup seperti itu, seperti yang dikatakan John Maxwell hidup dalam dunia impian. Tetapi utopis bukan dunia impian. Kita akan masuk dalam kerajaan 1000 tahun, saat itu jelas iblis dipenjara, sehingga kita bisa sampai pada dunia impian.

Orang Kristen tidak boleh sama dengan orang beragama. Orang beragama menilai melihat apa yang dilihatnya, cocok atau tidak dengan hukum yang tertulis, yang sebenarnya kebanyakan merupakan hukum yang mematikan.
Paulus berkata, Roh menghidupkan, jadi pakai hukum Roh, sehingga kita tidak bisa saling kritik, karena kritik ditujukan pada jaman agama. Kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik. Karena jika demikian, kita masih boleh menghakimi dengan cara saling menuding atau saling mengkritik. Alkitab tidak mengenal hukum kritik. Alkitab mengenal: untuk datang, tegur, menasihati.

Orang Kristen, suka menyatakan ada kasih di dalam dirinya, bahwa dirinya sudah berubah sejak jadi Kristen. Tapi sering mengancam agar orang tidak menggangunya, dan jika ada orang yang mengganggu dia, dia akan balas lebih lagi. Balas satu dengan satu adalah hukum Taurat. Balas satu lebih dari satu kali adalah hukum Kain, balas lebih dari tujuh kali adalah hukum Lamekh.

Kita tidak dapat menjadi hakim atas orang lain, kita diselamatkan oleh anugerah. Kadar anugerah, tidak sama untuk setiap orang.
Setelah kita kenal Kristus, kadar anugerah kita meningkat. Ukuran Allah: lihat persentase, bukan lihat nilai. Itu adalah mengukur berdasarkan kadar, bukan berdasarkan modal. Jika kita mengkritik dengan melihat modal kita salah, karena kita tidak tahu kadar orang lain seberapa. Kita diselamatkan karena kasih anugrah, bukan karena melakukan Taurat.
Roma 14:14, jangan pamerkan kebebasan kita.
Prinsip take and give harus benar-benar diperhatikan, memikirkan dasar untuk menghormati orang yang lemah adalah kasih.

“Aku merdeka untuk memperhambakan diriku kepada Kristus”. Merdeka dan memperhamba adalah dua kata yang bertolak belakang. Kita memperhambakan diri karena kita merdeka. Maksud Tuhan dengan memperhamba adalah memberi diri. Paulus adalah orang yang paling berpengalaman tentang hidup beragama. Dia adalah orang besar, anggota San Hedrin, warga negara Roma yang punya kedudukan tinggi, orang Farisi, orang suci dan sebenarnya dia bukan orang jahat.  Ada golongan Kristen atau gereja yang lebih cenderung agamais ke Taurat. Ada gereja yang menekankan hukum-hukum Taurat dan agama. Ada juga yang terlalu moderat. Ekstrim kanan dan kiri seperti ini tidak baik.
Kebebasan kita dalam Kristus yang menjadi perhatian kita, “aku merdeka untuk memperhambakan diriku kepada Kristus”.

Contoh yang diberikan Paulus dalam perikop ini memang hanya tentang makanan, karena adat Yahudi sangat keras tentang hal makanan. Tetapi maksud Paulus sangat luas, yaitu mencakup tindakan hidup, gerakan kita. Paulus hanya ambil contoh tentang makanan – Roma 14:17.

Manusia adalah makhluk yang terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Jiwa adalah pikiran, soul, mind. Roh ada di hati kita, jantung hati kita, sumber perasaan kita. Kita manusia cenderung memilih mana yang lebih berat dari ketiga hal ini, tubuh, jiwa atau roh. Gaya hidup manusia dipengaruhi oleh ketiga hal ini. Jika manusia belum dikuasai Firman Tuhan dan Roh Kudus, manusia cenderung mengukur segala sesuatu dengan memberatkan pada hal kedagingan.
Contoh: Firman Tuhan mengatakan bahwa istri adalah penolong bagi suami. Pikiran Allah tidak sama seperti kita. Seseorang sering menganggap dia sebagai istri yang menjadi penolong suami, membantu suami dalam pekerjaan suami, dalam perkara daging.  Seringkali Firman Tuhan tidak diterjemahkan dengan baik dan sering diterjemahkan pada hal kedagingan.
Allah berbicara mulai dari perkara roh, jiwa baru kemudian tubuh. Tetapi manusia menanggapi Firman Tuhan, diawali dengan daging/tubuh, baru kemudian jiwa, roh bahkan sering ketinggalan. Kesalahan mendasar adalah menerjemahkan Firman Tuhan dari segi lahiriah. Kita harus meneropong segala sesuatu dari sisi rohani. Roh terlebih dahulu.

Yang Paulus maksud adalah satu pembaharuan yang mendasar oleh Firman Tuhan dan Roh Kudus. Bukan soal makan-minum, tetapi pembaharuan yang mendasar oleh Firman Tuhan dan Roh Kudus, sebab ayat 17 mengatakan bukan soal makan minum tetapi hal yang berkaitan dengan Roh Kudus: kebenaran, damai sejahtera, sukacita oleh Roh Kudus.
Dalam Tabernakel, semua peralatan dilapisi dengan emas. Baik dari kayu, besi, emas, perak, maupun tembaga, semua dilapisi dengan emas. Sama seperti itu kita yang “dibuat dengan berbagai bahan”, jika dilapisi emas semua menjadi sama. Roh Kudus menjadi pembaharu dalam hidup kita.

Dalam gereja sering ada ajaran sesat yang tidak disadari. Contoh: Orang baru kenal Tuhan, membeli Alkitab, dengan kesimpulan agama. Dia beli, pulang ke  rumah, baca semua dengan prinsip jika dia menjalani hukum agama dia akan sukses. Alkitab adalah hal yang Ilahi, kudus, tinggi dan  mulia yang menimbulkan keinginan kuat untuk hidup lebih baik.
Hukum agama Saul coba melakukan sasaran Allah tetapi dengan power manusia. Orang Yahudi percaya Taurat, kitab nabi-nabi dan zabur. Orang Kristen percaya, Taurat, Zabur, kitab nabi-nabi, dan injil.  Dalam hukum Saul tidak ada faktor power untuk menjalankan will yang datang dari Allah. Orang selalu mengatakan tergantung manusianya, power manusia untuk mencapai target Allah adalah sesuatu yang tidak mungkin. Power yang ditulis oleh Paulus, merupakan perkara rohani yang datang dari Roh Kudus dan merupakan ajaran yang datang dari Allah.
Taurat: Target Allah, mesin manusia. Injil: target Allah, mesin Allah, sehingga will and power-nya balance.

Roma 7, Paulus ingin menangis, apa yang dia pikir baik, dia tidak lakukan, tetapi yang jahat itu yang dia lakukan. Dalam kehidupan agamanya tidak ada power. Ada perubahan yang mendasar dalam hidup Paulus, sehingga dia sungguh-sungguh hidup berkenan pada Allah dan manusia dengan hidup dalam Roh - Roma 14:18-19.
Jadi yang Paulus bicarakan bukan soal ukuran daging, tetapi soal ukuran rohani.
Roma 14:20, Paulus orang yang paling ahli untuk saling meruntuhkan ketika dia masih bernana Saulus, muruntuhkan bahkan membunuh. Sejak kenal Kristus dia tahu hukum yang membangun.

Pemikiran John Maxwell, merupakan harapan kita juga, saling memberi, tidak saling menuntut. Tuhan mau kita melatih diri untuk berbuat lebih baik lagi. Sempurna dalam kerajaan 1000 tahun. Tuhan tidak mengukur berdasarkan agama.
Secara mendasar Paulus menyampaikan prinsip yang sangat dalam, yang dia alami dalam kehidupan beragama sebelum dia hidup dalam Kristus dan sesudah. Filipi 1:20-22, kesimpulan Paulus, “sebab yang sangat kuridndukan dan kuharapkan adalah… Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, baik oleh matiku… Karena bagiku hidup adalah Kristus, mati adalah keuntungan”. Roma 14:22, “memberi buah”, berbuat untuk orang lain, tidak berpusat pada diri sendiri.

Seandainya injil tidak pernah ada, wajah dunia akan seperti apa? Meskipun kita sama seperti orang-orang lain, tetapi kita mendapat hukum baru yang akan terus diubahkan dan disempurnakan dalam kerajaan 1000 tahun, sehingga siap untuk bersama-sama dengan Allah.

Manusia kecenderungannya adalah untuk berbuat dosa. Setiap saat kita harus sadar bahwa kita adalah makhluk yang lemah.
Paulus mengatakan, setiap dia lemah dia menjadi kuat. Jika orang menanggap dirinya kuat, dia akan menjadi lemah. Jika sungguh-sungguh sadar kalau kita lemah, kita akan bersandar pada Sumber Segala Kekuatan, disitulah dia akan menjadi sungguh-sungguh kuat. Orang yang kuat adalah orang yang menyadari dirinya lemah dan bersandar pada Sumber Segala Kekuatan.
Jangan saling menghakimi, tetapi pikirkan tentang diri sendiri untuk tidak jadi sandungan, dengan kasih. Hukum yang baru, saling mengasihi seperti Aku mengasihi kamu, hanya dapat dilakukan oleh Roh Kudus dalam kehidupan kita. Saling mengasihi saja bisa dilakukan oleh daging.
Dalam kehidupan beragama, kita harus ingat bahwa Paulus orang yang sangat beragama, apakah kita terjebak dalam kehidupan agama, atau sudah diperbaharui oleh Roh Kudus.

Pertanyaan
1    Mengapa Nuh diperintahkan Allah untuk membawa binatang yang haram juga ke bahteranya?
Jawab:
Tujuan Allah pada waktu itu, agar semua makhluk diselamatkan, karena Allah punya planning yang luas tentang binatang-binatang itu. Secara ilmiah, binatang yang haram dan halal, tidak dapat hidup sendiri-sendiri. Tujuannya Allah belum sampai pada kesucian tetapi adanya kehidupan yang berkelanjutan. Tujuan Allah adalah adanya kehidupan yang berkelanjutan. Nuh dipilih, karena dia bergaul dengan Allah – Kej 6.
Binatang itu menjadi haram kalau dimakan, tetapi kalau tidak dimakan binatang itu berguna untuk keseimbangan alam. Haram kalau dimakan manusia.
Kata “haram” dalam bahasa Indonesia, berbeda dengan haram dalam bahasa aslinya, bahasa Arab. Dalam bahasa Arab, haram berarti tidak baik atau kurang baik. Tetapi haram dalam bahasa Indonesia diartikan kafir, berkaitan dengan dosa, sesuatu yang menyebabkan kita masuk neraka.
Kata “haram” sebaiknya diterjemahkan dalam bahasa yang wajar yaitu hal yang kurang baik, bukan berarti haram adalah dosa.
Kalau itu dimakan oleh manusia tidak baik untuk tubuh, bukan berarti berdosa, tetapi berguna untuk keseimbangan alam, yaitu untuk menyatakan keagungan Allah. Seandainya semua yang haram harus ditumpas, maka manusia juga harus ditumpas.
Ada mahasiswa kedokteran tingkat VI yang bertanya seperti ini:
a.    Tuhan maha tahu, sehingga Tuhan pasti tahu apa yang terjadi. Mengapa saat mendirikan taman Eden ada pohon pengetahuan, padahal jika tidak ada, Adam dan Hawa tidak akan jatuh dalam dosa.
Jawab: Tuhan menjadikan manusia bukan sebagai boneka, tetapi punya hak pilih, punya kebebasan, bukan jadi mesin yang mati, tetapi jadi orang yang punya hak, menjadi allah kecil di atas bumi. Manusa yang berbuat salah dengan memakan buah itu.
b.    Mengapa sekarang Tuhan masih menghukum dunia, tapi Nuh masih dipertahankan, tidak ditumpas, karena keturunan Nuh juga masih bisa berbuat dosa.
Jawab: Kita tidak tahu bahwa anak yang kita lahirkan akan bikin susah, tetapi kita tidak akan tumpas karena mengasihi anak kita sendiri, apalagi Tuhan. Tuhan mengasihi makhluk ciptaanNya, baik yang halal maupun yang haram.
2    Roma 14:14. “Najis”, apakah ini artinya kita setelah terima Yesus dan dimerdekakan, jika kita berpikiran najis, kita akan menjadi najis.
Jawab:
Terimalah segala sesuatu berdasarkan keyakinan iman kita. Iman setiap orang berbeda-beda. Prinsip: Jika makan sedikit halal, makan banyak haram. Orang jika terlalu ekstrim mengatakan tidak boleh makan ini dan itu. Semua kita boleh makan, tetapi tidak semua yang kita makan itu berguna. Saat makan sesuatu, kita harus berpikir apakah itu berguna buat kita atau tidak.
Iman Paulus sangat perkasa, Paulus makan apa saja. Tetapi ada orang-orang yang masih berpegang pada ketentuan Taurat.
Allah punya dispensasi, tergantung motivasi dan suara hati kita. Panglima dari Naaman, dia hanya minta satu dispensasi, dia minta ijin untuk bersujud, saat rajanya bersujud menyembah berhala. Sebab jika dia tidak tunduk, dia akan dihukum.
Bagi Paulus, segala sesuatu makanan tidak ada yang najis. Tetapi jika ada orang yang menganggap sesuatu najis, jangan lakukan. Iman orang tidak perlu dihukum, tetapi dibimbing supaya berubah dan imannya meningkat. Membimbing, bukan menghukum.
Mengapa orang Amerika memaksakan demokrasi pada orang-orang Arab? Orang Arab dari kecil sampai tua, hanya tahu hukum Taurat, sehingga bentuk negaranya harus otoriter, karena hukum Taurat seperti itu. Mengapa memaksakan gaya Amerika yang dipengaruhi oleh injil? Harusnya membuat/menginjili orang Arab jika mereka sudah mengerti, baru kemudain membimbing mereka. Mereka tidak tahu injil. Rela mati berjihad, karena mereka punya keyakinan seperti itu. Kita harus mengubah, meningkat, bukan menghukum. Jika sudah mengerti hukum, baru melanggar, kita boleh hukum. Tetapi jika orang tidak tahu hukum, jangan dihukum.
3    Nuh diperintahkan untuk mengumpulkan semua binatang. Tuhan punya planning yang luas untuk menjaga keseimbangan seluruh kehidupan, salah satu untuk menyatakan keagungan Tuhan, virus termasuk binatang. Mengapa virus diciptakan?
Jawab:
Mengapa Tuhan menciptakan binatang haram? Tuhan menciptakan kesimbangan dalam hidup. Dalam tubuh banyak jenis bakteri, ada yang baik, ada yang tidak baik. Virus dipakai Tuhan untuk membuat keseimbangan dalam diri manusia dalam pertobatannya, virus berguna supaya manusia selamat rohaninya.

Sharing dari Moderator:
Delapan  tahun yang lalu, saat saya baru bertobat tiga tahun, saya sedang giat ingin memberikan kesaksian bagaimana Tuhan mengubah hidup saya. Saat itu di Palembang, sambil memberi kesaksian dalam satu persekutuan, ada orang yang menyatakan hal yang tidak baik tentang saya. Dia mengatakan saya berhutang pada dia dan saya tidak bayar, dan dia minta agar orang-orang untuk tidak mempercayai saya. Ternyata orang itu adalah majelis gereja, dan ternyata majelis gereja juga bisa memberi sandungan bagi orang yang sedang memberi kesaksian. Setelah saya selidiki, ternyata saya ada terikat kontrak dengan orang tersebut, dalam kontrak memang disebutkan, jika saya tidak jadi membeli perusahaannya, saya harus membayar sekian persen. Orang dunia beranggapan, jika tidak jadi beli selesai, tidak perlu bayar.
Dia menyatakan saya tetap berhutang sesuai dengan kontrak, karena tertulis hitam di atas putih. Saat itu saya malu sekali, dan saya teringat pada Zakeus yang juga dipermalukan di depan umum. Saat itu Zakeus membuat banyak batu sandungan, karena dia pemungut cukai.
Melalui kejadian itu saya dapat mengasihi dia dan memperbaiki diri.
Ketika kita jatuh, menjadi sandungan atau disandung, dalam Kristus selalu ada waktu untuk memperbaiki kesalahan kita. Apa yang kita alami akan Lebih berarti kalau kita hidup dalam Kristus. Jangan takut dunia mempermalukan kita, Allah mengijinkan karena Allah ingin berperkara dalam hidup kita.

Tambahan dari Pemimpin Pujian:
Ada dua macam sandungan, kita tahu, tetapi kita lakukan, tidak baik. Ada yang kita tidak sadar tetapi kita lakukan.
Seringkali, kita sudah tahu, tetapi kita tetap langgar.

Roma 14: 1-12

Pendalaman Alkitab
Pembahasan    : Roma 14:1-12
Pembicara        : Pdt. Kim Jong Kuk, D.Miss
Hari/Tanggal    : Rabu, 26 Maret 2003

Sharing
1    Orang yang menerima Yesus datang dari berbagai latar belakang, jadi di sini terjadi multi culture. Ketika orang dengan budaya yang beda-beda - seperti di Indonesia misalnya - mereka menerima Yesus, akan timbul permasalahan misalnya dalam hal makan dan hal menentukan hari seperti yang ditulis dalam bacaan hari ini. Kita sering kali menjadikan hal-hal seperti itu sebagai sesuatu yang prinsip.
Perikop ini mengingatkan kita, bahwa justru bukan hal seperti itu yang prinsip, tetapi bahwa Yesus yang sudah mati dan bangkit, sehingga menjadi Tuhan bagi orang yang hidup dan mati, sehingga dikatakan di Roma 14:8, “Kita hidup untuk Tuhan dan mati juga untuk Tuhan”, dengan demikian baik hidup mati kita adalah milik Tuhan.
Roma 14:5,12. Sering kali situasi dan kondisi mempengaruhi keyakinan kita, tetapi ayat ini mengatakan bahwa jangan biarkan perbedaan culture maupun situasi dan kondisi mempengaruhi keyakinan kita.
2    Roma 14:12. Suatu hari kita pasti akan mengalami kematian dan bertemu dengan Allah. Pada saat itu kita memberi pertanggungjawaban kita pada Tuhan. Bagaimana pada saat kita menghadap Tuhan dan Tuhan bertanya apa yang telah kita lakukan di dunia? Banyak orang berprinsip, hidup di dunia dengan berbuat baik saja sudah cukup.
Jika kita hidup di dunia dalam waktu yang begitu singkat, sekitar 70-80 tahun, apakah kita hanya sekedar datang untuk lewat dan pergi saja? Semua kita percaya bahwa segala sesuatu ada rencana Tuhan di dalamnya. Kita datang ke dunia ini juga karena rencana Tuhan. Rencana Tuhan untuk kita adalah ada dalam Roma 14:8, bukan hanya sekedar berbuat baik dalam hidup. Kita datang ke dunia dengan rencana Tuhan, hidup di dunia untuk Tuhan. Tuhan memberikan kemampuan, talenta, supaya tidak kita pendam, tidak digunakan untuk diri sendiri, tidak hanya dengan berbuat baik, Tuhan mau kita melipatgandakan talenta yang Tuhan berikan, bukan mengembalikannya pada Tuhan begitu saja, sebagai apapun posisi kita di dunia, pemimpin, kepala keluarga, guru, ataupun profesional. Tuhan mau kita hidup dan mati untuk Tuhan demi kemuliaan Tuhan, sehingga kita bisa mengatakan bahwa kita telah melakukan sesuatu untuk Tuhan, mempertanggungjawabkan hidup kita pada Tuhan. Agar Tuhan dipermuliakan dalam hidup kita, kita harus hidup dan mati untuk Tuhan.
3    Ada 2 hal pokok, yang dipercakapkan: makan, minum dan hari mana yang paling utama.
Ada kecenderungan bagi anak-anak Tuhan memperdebatkan hal-hal yang sifatnya tidak prinsip, bukan berarti makan minum tidak perlu, tetapi itu bukan yang utama. Roma 14:1, orang-orang yang percaya juga masih mempunyai tingkat iman yang berbeda-beda, jangan sampai kita dalam kehidupan kekristenan menilai dari hal-hal yang tidak prinsip. Mungkin ada orang yang mempermasalahkan kita tidak boleh makan ini dan itu, mengapa kebaktian harus Minggu bukan Sabtu dsb, memperdebatkan hal-hal yang tidak perlu.
Masalah utama adalah masalah keselamatan. Yang penting iman kita pada Yesus, dimana keselamatan yang paling utama. Jika ada hal-hal demikian pun – seperti makan, minum dsb - tidak perlu diperdebatkan.
4    Roma 14:8. ternyata di nisan kuburan orang Kristen banyak tertulis ayat ini. Apa guna kita menulis ayat ini di nisan, apakah selama hidup kita tidak melakukan Roma 14:8, sebelum ditulis di nisan, mengapa tidak kita lakukan sendiri, bukan ditulis untuk orang lain.
5    Roma 14:1, “terimalah orang yang lemah imannya…”. Apa yang ditulis dalam ayat ini sering terjadi, tidak di kalangan orang yang tidak seiman, bisa terjadi dalam satu gereja. Ada gereja yang sangat liberal, terbuka dengan pendapat yang masuk dan mengadakan reformasi, banyak juga gereja yang ortodoks dan begitu konservatif. Dalam gereja ada yang berkata tingkat imannya belum sampai di sana.
Tahun 2000, terjadi kles antara gereja di Jakarta Utara, ada gerakan penginjilan untuk millenium baru. ada satu gereja yaitu gereja Advent, dinyatakan oleh banyak gereja bahwa gereja ini tidak dapat dimasukkan dalam kelompok penginjilan.
Yang masih mereka lakukan sama seperti yang ditulis dalam Imamat 11, sehingga kelompok ini mau di-exclude-kan. Kemudian perwakilan dari kelompok penginjilan datang bertemu dengan ketua sinode mereka. Seringkali kita melemahkan orang lain, gereja lain, aliran lain, tetapi setelah kita berdialog kita dapat melihat hal yang lain. Jika kita selama ini menganggap mereka lemah, sebaiknya mereka diberikan kesempatan untuk membangun. Jangan menghakimi saudara, gunakan dalam kehidupan bergereja.
6    Iman yang kuat dan iman yang lemah. Jika kita terpengaruh dengan orang yang suka berjudi, iman kita lemah. Tetapi jika orang yang berjudi terpengaruh karena kita, artinya iman kita kuat. Ada beda pendapat tidak masalah, asal kita masih memakai “baju” Yesus yaitu kebenaran, pelayanan, kasih dan rendah hati. Yesus pun bergaul dengan pencuri. Jadi kita tidak boleh menuntut untuk bergaul dengan orang tertentu. Di gereja manapun pasti ada beda pendapat, tidak masalah selama kita masih memiliki kasih.
7    Kita takut bicara, karena kita diminta untuk jangan menghakimi saudara, meskipun saudara kita berbuat salah.
Menghakimi yang dimaksud adalah menjatuhkan atau menghina. Peneguran, pemberitahuan, nasihat bukan hal menghakimi, dan ini tetap harus kita lakukan. Jadi perikop ini tidak kontradiksi.
Kita sering cari muka, memilih untuk tidak berbicara.
Jika tahu saudara lain berbuat sesuatu yang salah, kita harus tegur, jangan hanya diam, karena Tuhan akan minta pertanggungjawaban kita, bukan pada orang itu.
Kita harus mengerti lebih mendalam. Kita harus saling membangun, bukan menjatuhkan.
Ini sangat tidak kontradiksi, tetapi paralel. Jika kita menganggap itu kontradiksi, serta masalah menegur, memberitahu serta menasihati kita anggap sama dengan menghakimi, kita akan menjadi orang apatis, masa bodo, dan cenderung berkata “Itu urusan dia”. Jika masalah seperti ini tidak dilihat dengan jelas, ini membuat kita jadi batu sandungan. Dalam menegur, memberitahu dan menasihati, kita harus berbicara dengan tulus dan dengan kasih, bukan berbicara dibelakang orang tersebut, ajak berdialog 4 mata, berbicara dengan baik. Jika kita mengasihi seseorang pasti dengan tulus kita akan memberitahukan dengan baik.
Roma 14:4. hamba orang lain jangan dihakimi, karena dia punya tuan sendiri. Tuhan tidak senang jika kita menjelek-jelekkan hamba Tuhan. Hamba Tuhan akan dibenarkan/dihakimi oleh Tuhannya sendiri.
8    Roma 14:10, dalam satu forum, biasa kalau kita beda pendapat. Dalam forum yang saya ikuti sejak tahun lalu, suatu ketika saya punya pendapat lain. Sejak itu saya merasa pendeta yang memimpin kelompok ini, terkesan mau menyingkirkan saya. Dalam selipan naskah-naskah saya, saya menemukan surat yang menjelek-jelekkan beberapa orang, termasuk saya. Hamba Tuhan itu bicara manis dengan saya, tetapi ternyata di belakang menjelek-jelekkan. Saya bertanya, apakah beliau punya ganjalan dengan saya, tetapi di depan saya dia bilang tidak.
Tidak setiap hamba Tuhan itu berkenan di hadapan Tuhan. Banyak gereja punya pasukan doa, tetapi tidak semua pasukan mengerti apa inti doa. Bahkan kadang-kadang ada kata-kata yang tidak patut diucapkan oleh hamba Tuhan.
Mungkin saya mengalami hal ini karena saya pernah menegur seorang hamba Tuhan yang lain dengan berbicara empat mata. Mungkin Tuhan tidak senang karena hamba Tuhan ditegur anak buahnya. Mungkin apa yang saya alami ini adalah buah dari apa yang pernah saya tabur.
Jadi seperti apapun, jangan menghakimi ataupun menghina hamba Tuhan.
Jika kita memberi teguran secara tulus, kita akan lepas dari tanggung jawab tsb.

Pembahasan
Dalam perikop hari ini banyak prinsip-prinsip yang berhubungan dengan iman. Jika kita sungguh-sungguh punya iman, bagaimana aplikasinya dalam hidup sehari-hari, ini yang akan dibahas dalam bacaan hari ini.
Banyak orang punya iman, tapi bentuk iman tidak sehat. Dia merasa benar, padahal kebenaran yang diperdebatkannya adalah hal yang sifatnya subjektif, akibatnya lebih banyak timbul perselisihan di gereja daripada pertemuan lain.
Orang dunia, jika berselisih diselesaikan dengan cara minum-minum (bir), dan setelah itu perselisihan beres.
Dalam gereja, tidak pernah tidak ada konflik. Seringkali jika di depan orang, seseorang akan berbicara dengan manis, tapi dalam hati ada kebencian dan dendam.
Mengapa timbul istilah iman yang lemah dan kuat dalam Roma 14? Manusia tidak dapat menilai siapa yang imannya kuat atau lemah, hanya Tuhan yang tahu. Jika manusia yang menilai, akan sangat berbahaya.
Roma 14:12. Dengan menggunakan seluruh waktu yang kita miliki untuk mengasihi sesama tidak akan cukup waktunya. Jadi jangan habiskan waktu untuk berselisih. Kalau Tuhan sudah menerima kita, siapa yang akan menolak kita. Penerimaan merupakan wujud dari kasih Allah, Yoh 3:16, kita di mata Tuhan punuh dengan kelemahan, tetapi dengan dasar kasih, kita diterima oleh Tuhan.
Kita sebenarnya tidak punya hak untuk menghakimi, menghina dan membanding-bandingkan kita dengan orang lain, karena Tuhan telah menerima kita. Tidak ada alasan untuk tidak menerima satu sama lain, meskipun dengan alasan ada perbedaan.
Kolose 2:16-17. Memang masih banyak orang diikat oleh berbagai ketentuan-ketentuan atau hukum Taurat, bahkan itu digunakan untuk mengukur iman seseorang. Banyak orang yang belum sungguh-sungguh dimerdekakan oleh injil, sehingga terjadi perselisihan karena mengatakan apa yang mereka ketahui itu yang mereka anggap benar.
Yesus tidak menghina/menghakimi sehingga kita juga harus demikian. Karena Yesus menerima kita, maka kita juga harus menerima. Menerima bukan berarti menerima dengan begitu saja atau menerima segala-galanya.
Hal-hal yang sekunder jangan sampai menjadi masalah yang memisahkan satu dengan yang lain.
Roma 14:4, manusia suka menghina dengan menggunakan istilah menghakimi.
Tuhan menerima dan menjaga. Tuhan menjaga anak-anaknya yang masih lemah.
Jika kita sungguh-sungguh mau melayani, bentuk pelayanan kita harus dalam wujud menerima.
Manusia dewasa ini frustasi, karena tidak diterima di mana-mana, karena mungkin dia di mata manusia punya kelemahan, padahal dia sudah diterima Tuhan.
Yang kita harus lakukan adalah menerima kemudian melindungi dan menjaga orang-orang yang lemah ini. Harus saling menerima dan menjaga satu sama lain.  Manusia jaman sekarang haus akan perhatian. Orang yang jatuh dalam dosa biasanya langsung dikucilkan. Yesus tidak mengucilkan, tetapi menerima dengan kasih sayang.
Roma 14:5-9, kita adalah milik Tuhan, semuanya untuk Tuhan, semua tujuan/target untuk Tuhan, karena Roma 14:9.
Kita perlu ingat, apa yang kita miliki, sejak kita mengenal Tuhan bukan milik kita sendiri, tetapi milik Tuhan. Jika kita merasa ini milik kita, timbul persaingan satu dengan yang lain, kita mau mempertahankan kehormatan, harta sehingga timbul permasalahan.
Yang lemah, yang kuat, jelek, baik, adalah milik Tuhan. Orang tua punya kasih yang sama terhadap semua anaknya, bagaimanapun keadaan anaknya itu, demikian juga Tuhan.
Kesehatan, bakat, talenta, harta, semua bukan milik kita ,tetapi milik Tuhan, sehingga jangan sekali-kali kita mencuri kemuliaan Tuhan.
Yesus Kristus adalah satu-satunya hakim tunggal. Karena Dia adalah pemilik sehingga Dia yang dapat menghakimi, apakah seseorang itu berbuat salah atau benar.
Roma 14:1-12, merupakan sikap kita terhadap sesama dan terhadap Tuhan.
Selama kita merasa harta , kekayaan dan kedudukan adalah milik kita, kita akan cenderung menghakimi dan bahkan menolak orang lain. Padahal kita juga milik Tuhan. Jika kita merasa semua yang kita miliki adalah milik Tuhan, hidup kita akan selalu penuh ucapan syukur.

Siapa yang lebih berkuasa, yang lebih memiliki, yang lebih powerful dsb adalah hal yang sekunder, bukan hal yang primer.
Jadi kita tidak punya hak untuk menghakimi sesama dan mengukur iman.
Sebenarnya perbedaan itu adalah hal yang indah, karena dengan perbedaan kita dapat saling melengkapi.
Prinsip hidup: saling merangkul dan menerima.
Semua target selalu pada Tuhan. Apa yang dilakukan dan dipikirkan harus dicek apakah berkaitan dengan kemuliaan Tuhan atau tidak. Apakah yang kita lakukan, meskipun baik, berkatian tidak dengan kemuliaan Tuhan.
Kita tidak perlu memikirkan pandangan orang lain terhadap kita di dunia ini, yang penting adalah apakah yang kita lakukan di dunia ini berkaitan dengan kemuliaan Tuhan atau tidak.
Orang yang baru menerima Tuhan, mungkin saja belum dapat menghilangkan semua kebiasaan lamanya, misalnya masih merokok dan sebagainya. Tetapi kita jangan sampai terlalu menghakimi mereka akan kebiasaan lamanya itu, karena jika demikian, mereka akan merasa dikucilkan. Kita jangan terlalu meng-cut karena mereka akan terluka, kita harus memberitahu mereka penuh dengan kasih. Menegur dan mengingatkan tidak masalah.
Jika yang kita lakukan keji di mata manusia, jika memuliakan Tuhan, berharga di mata Tuhan. Ini lebih baik daripada kita melakukan yang baik di mata Tuhan, tetapi tidak memuliakan Tuhan.
Jadi jangan bergantung pada penilaian manusia.

Marilah kita saling mengasihi dan melayani, itu saja waktunya tidak cukup.
Rela mengalah terhadap hal-hal yang tidak sekunder.
Banyak hal-hal dalam doa yang cenderung memikirkan kita, pikirkan orang-orang yang masih kekurangan jasmani dan rohani, miskin, kekurangan gizi dsb, karena di situ ada nilai dari apa yg kita pikirkan.

Sharing dari Moderator
Roma 14:10b-12.
Ada seorang imigran dari Rusia datang ke Amerika pada saat dia berumur wajib ikut wamil. Saat training, pada akhir hari ada satu parade, dimana komandan militer akan datang dan mengadakan inspeksi. Karena imigran itu tidak mengerti bahasa Inggris. Menjelang parade terakhir, teman-temannya khawatir kalau-kalau komandan akan tiba-tiba bertanya pada imigran itu. Jadi mereka memberitahu jawaban dari pertanyaan yang biasanya ditanyakan padanya, ada 3 pertanyaan:
1.    Sudah berapa  tahun anda di tempat ini. Jawab: 2 tahun (2 years).
2.    Anda ini umur berapa? Jawab: 20 tahun (20 years).
3.    Tempat ini bagaimana? Makan, tidur, tinggal, baik atau tidak? Jawab: keduanya baik (both).
Dia menghafalkan ketiga jawaban itu secara berurutan. Saat passing operate, ternyata sang komandan berhenti di depan imigran dan bertanya. Namun pertanyaan 1 dan 2 ditanyakan terbalik, namun dijawab sesuai urutan yang dihafalkannya. Saat ditanya berumur berapa, dia menjawab “2 years”. Sang komandan tidak senang, tetapi melanjutkan pertanyaan berikutnya yaitu sudah berapa lama di tempat ini, dia menjawab “20 years”. Sang komandan marah dan berkata “kamu pikir saya bodoh atau apa”, dan si imigran menjawab both.

Satu hari kita akan menghadap Tuhan. Kita kadang-kadang lupa, bahwa Tuhan pasti akan bertanya pada kita.
Kita perlu bersyukur sebagai orang Kristen kita tidak akan tanya apa-apa, karena Tuhan mengenali kita sebagai milikNya. Saat kita bertemu Tuhan, saat Tuhan kembali ke dunia, Tuhan menyambut kita seperti mempelai wanita, dengan lemah lembut. Untuk orang yang belum kenal, Tuhan datang dengan murka, kemarahan yang luar biasa.
Saat kita bertemu dengan Dia, kita mempertanggungjawabkan diri kita, bukan orang lain.
Namun dalam hidup ini, kita sering lebih memikirkan dan marah pada orang lain daripada diri kita sendiri.

Sebetulnya ada 2 macam orang: orang yang beriman kuat, orang yang beriman lemah, dalam konteks dua-duanya adalah orang yang percaya. Jangan gunakan ayat ini untuk membandingkan masalah iman dengan agama lain. Ayat ini ditulis bukan dalam konteks beda kepercayaan.
Patokan Tuhan: yang beriman dan yang diterima adalah jika percaya dan terima Kristus.
Orang yang beriman lemah, bukan berarti tidak diselamatkan, hanya iman kurang sempurna. Walaupun dia sudah diselamatkan, dia selalu merasa dia tetap harus melakukan hal-hal yang baik. Jadi masalah orang yang imannya lemah bukan merujuk pada hal  menerima mereka yang berdosa. Mereka merasa bahwa keselamatan mereka belum sempurna sehingga mereka harus melakukan kebaikan untuk menyempurnakan.
Ada orang tidak mau makan makanan yang sudah dipersembahkan pada dewa. Ada juga orang yang dalam kondisi apapun, dia merasa harus tetap ke gereja.
Karena merasa iman mereka belum sempurna, mereka merasa masih harus melakukan ritual, legalistis dan hal-hal lain yang dianggap dapat mempererat hubungannya dengan Tuhan.

Di dalam konteks tentang makan dan hari-hari tertentu, keadaan saat ini tidak separah dulu, tetapi sebenarnya aplikasinya sama saja.
Ini berbicara tentang hidup berjemaat. Bagaimana cara hidup kita, sikap kita?
Kita tidak usah berpikir  terlalu jauh. Contoh sederhana adalah hidup suami-istri. Dalam hidup suami-istri pasti ada yang lebih kuat dan lebih lemah. Seperti apakah sikap kita?
Sikap utama: terimalah. Ini adalah sikap orang Kristen, sikap hidup, etika hidup dengan sesama.
Dalam Alkitab, kita diminta tidak hanya sekedar terimalah, tetapi lebih daripada itu harus melangkah lebih jauh yaitu memberi diri. Sifat penerimaannya aktif, yaitu dengan cara memberi diri dalam kasih. Hidup berjemaat: saling memberi diri.
Memberi diri bukan berarti bukan memberi diri begitu saja. Kita tetap mau orang yang lemah untuk maju.
Saling memperbaiki. Ego seringkali menutup hal ini.
Sambil menerima, kita sambil doakan, mendidik, mendukung, mengharapkan, mendoakan pada Tuhan supaya ada perubahan yang lebih indah lagi. Jadi tidak terima secara buta atau mentah-mentah. Tidak hanya terima, tetapi juga memberi diri dalam kasih.
Jika istri memberi diri pada suami, bukan berarti suami lebih superior, lebih mampu, tetapi memberi diri merupakan sikap orang Kristen. Yesus juga memberi diri untuk di salib di kayu salib, namun dalam hal ini tidak berarti bahwa Yesus tidak superior.
Tahta pengadilan Allah bukan berbicara tentang masalah keselamatan bisa hilang atau tidak.
Pada saat kita datang pada Tuhan, apa yang kita bawa, mas, perak dan permata atau, kayu, jerami dan rumput kering.
Kita harus lebih daripada sekedar memberi diri, harus secara aktif memberi kasih Agape.
Harus jauh daripada sekedar menerima. Mulai dengan menerima. Hal ini adalah hal yang sangat indah.
Roma 14:8, kita sudah diselamatkan dan bebas, tetapi kebebasan kita dalam memilih, harus pilih Kristus.
Dalam sikap kita menghadapi masalah demi masalah, mulai dari jemaat yang paling kecil, keluarga, orang tua, anak.
Apakah ada sikap menerima dalam diri kita? Sudah melangkah lebih jauh dengan saling memberi diri, memberi kasih Kristus?