Kategori

Thursday, September 3, 2015

Kejadian 1: 20-23

RINGKASAN PA THE MISSION
Kejadian
Pembahasan ke
Ayat Alkitab
Pembicara
Hari/Tanggal
: 03
: Kej 1:20-23
: Pdt. Yohanes Adrie Hartopo
: Rabu, 25 Februari 2015


AYAT
 ALKITAB
Kej 1:20-23, Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya (Kej 1:1-2:7)
20Berfirmanlah Allah: "Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala."  21Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 22Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: "Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak." 23Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.

SHAR
ING

A
Bagian ini merupakan doktrin penciptaan, yang menjadi fondasi semua ilmu. Dari sinilah Allah mulai menyatakan diri sebagai sumber dari segala realitas, sehingga seluruh firman Tuhan berlaku untuk segala aspek kehidupan.
Teori evolusi berkembang sejak abad 18, ketika gerakan renaisance berkembang. Yang banyak menentang Darwin, bukan para teolog, tetapi para ahli fosil. Bukti-bukti fosil adalah paling jelas dan nyata, bahwa species itu tidak berubah bentuk. Tidak ada satu penggalian fosil pun yang bisa membuktikan ada evolusi. Ahli-ahli fosil menyatakan species itu tidak pernah berubah. Fosil yang ditemukan, akan sama dengan species sejenis yang hidup hari ini. Satu species itu mendadak muncul, bukan terbentuk secara bertahap, tidak berubah menjadi yang lebih sempurna.
Dalam semua fosil primata yang ditemukan, tidak ditemukan pita suara. Ini yang membedakan primata dengan manusia.
Jadi, teori evolusi itu tidak benar.
Ketika meneliti firman Tuhan, ingatlah bahwa kitab Kejadian adalah yang awal, dan kitab Wahyu adalah yang akhir.
Why 4:11, “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."
Tuhan yang menciptakan segala sesuatu, bukan terbentuk karena evolusi.
Mzm 1:1-6, 1Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, 2tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. 3Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. 4Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. 5Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar; 6sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Jangan mengikuti cara berpikir yang tidak benar dan menyesatkan. Ini ditegaskan dengan kata ‘tidak berjalan’, ‘tidak berdiri’ dan ‘tidak duduk’.
B
Kej 1:2, Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
Tuhan tidak menginginkan gelap, sehingga diciptakanlah terang. Tuhan juga tidak menginginkan sesuatu tidak berbentuk, sehingga kemudian Tuhan menciptakan galaksi, dsb, membuat keteraturan. Semuanya tidak boleh kosong, harus ada isinya: baik air, darat dan cakrawala.

Kej 1:22, Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: "Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak."
Dalam hal ini ada proses reproduksi. Jadi, tugas kita sebagai orang Kristen dalam kaitan seperti ini harusnya apa?



PEMBAH
ASAN

Pendahuluan: Beberapa catatan tentang latar belakang kitab Kejadian
Catatan pertama:
Kitab kejadian diakui sebagai firman Allah, dan ditulis oleh manusia.
Jadi fakta di satu sisi, kitab Kejadian merupakan dokumen tulisan manusia dari jaman yang kuno.
Kita tidak tahu kapan ditulisnya. Padangan tradisional menyatakan bahwa kitab kejadian ditulis oleh Musa. Mungkin kemudian hari ada yang menambahkan, terutama bagian catatan tentang kematian Musa. Jadi kira-kira ditulis sekitar tahun 1500 SM.
Penerima mula-mula kitab Kejadian adalah bangsa Israel yang baru keluar dari Mesir, mereka dipimpin oleh Musa untuk masuk ke tanah Perjanjian.
Kitab Kejadian ditulis untuk menjawab kebutuhan bangsa Israel yang sudah terlalu lama berada di negara asing dan diperbudak ratusan tahun. Konsep mereka tentang Allah dan kebenaran Allah sudah tercemar oleh paham-paham kafir di Mesir.
Jadi tidak menutup kemungkian, oleh karena itu Musa ingin memperkenalkan pada mereka siapa Allah yang sebenarnya yang disembah oleh bangsa Israel.
Selain memperkenalkan nenek moyang mereka, juga memperkenalkan Allah pada mereka.
Perkenalan pertama dinyatakan dalam kitab Kejadian adalah Allah sebagai Pencipta segala sesuatu.

Jadi jangan membahas penciptaan dari perspektif modern, karena bukan ditulis di jaman modern dengan istilah-istilah modern, sehingga banyak terjadi perdebatan di jaman modern ini.
Jadi kita harus membahas menurut pengertian konteks jaman itu, bagaimana cara mereka mengerti penciptaan.

Catatan kedua:
Dalam kitab Kejadian 1 dan 2, ada 2 catatan tentang kisah penciptaan: Kej 1:1-2:4a dan Kej 2:4b-25.
Kedua bagian ini kemungkinan berasal dari 2 sumber yang berbeda, tetapi saat ini sudah digabung dalam kitab Kejadian.
Memang ada perbedaan antara kedua bagian ini.
Bagian yang pertama berbicara soal penciptaan secara general, penciptaan seluruh kosmik dan isinya. Diberikan dengan gambaran hari pertama sampai ketujuh.
Bagian kedua, fokusnya kepada manusia. Dimulai dengan Tuhan membentuk manusia dari debu tanah, menghembuskan nafas hidup.
Tuhan juga kemudian menghadirkan Hawa sebagai pendamping Adam.

Di Kej 1, binatang diciptakan lebih dahulu dari manusia.
Tetapi di Kej 2, manusia diciptakan dahulu, baru kemudian dikatakan binatang-binatang diciptakan Allah, dibawa kepada Adam untuk diberi nama. Demikian juga tumbuh-tumbuhan.
Mengapa urutannya berbeda?
Dari dua catatan yang detail, fokus, urutan yang berbeda, memberikan kita pengertian agar tidak melihat urutan penciptaan di Kej 1 secara kronologis.

Catatan ketiga:
Kisah penciptaan, bukan hanya dimiliki oleh bangsa Israel saja saat itu.
Ada cerita-cerita tentang penciptaan yang dimiliki oleh bangsa-bangsa lain yang ada di sekitar Israel.
Musa dibesarkan di Mesir dan mendapatkan pendidikan Mesir. Orang Mesir punya cerita sendiri tentang penciptaan.
Pasti Musa tahu penciptaan versi Mesir.
Tidak menutup kemungkinan, Musa juga meminjam gambaran-gambaran tentang penciptaan dalam cerita bangsa-bangsa lain, tetapi diolah sedemikian rupa, memberinya makna secara berbeda.
Ada kesamaan dengan cerita-cerita bangsa lain yang tidak boleh kita abaikan dan menganggap itu cerita kafir atau mitos.

Salah satu cerita yang ditemukan: The Epic of Atrahasis.
Dewa-dewa bangsa mereka menciptakan manusia dari tanah liat, dicampur dengan darah dari salah satu dewa.
Tujuan manusia diciptakan: supaya bisa membantu pekerjaan para dewa, agar beban kerja mereka lebih ringan.
Di dalam Alkitab, Allah menciptakan manusia dari debu tanah – ada sedikit kemiripan dengan cerita ini.

Dengan banyaknya cerita-cerita penciptaan di sekitar bangsa Israel, tidak menutup kemungkinan bahwa penulis kitab Kejadian meminjam dan memakai gambaran-gambaran yang ada, tetapi diberi makna yang baru.
Setiap penulis Alkitab diinspirasikan Tuhan dalam kebebasannya, tetapi bukan berarti didikte oleh Tuhan.
Mereka menulis berdasarkan berbagai macam sumber dan pengetahuan mereka.
Mereka tidak menjiplak persis ceritanya, tetapi diberikan interpretasi dan makna yang baru.

Catatan keempat:
Kisah penciptaan khususnya Kej 1:1-2:4a, itu adalah kisah yang ditulis sebagai satu narasi kisah atau cerita, tetapi bersifat puitis.
Narasi ini ditulis dengan penyusunan sastra yang cukup unik, dengan puisi yang begitu agung.

Cara penyusunan hari ke-1 s.d ke-6, pola berpikir kita selama ini selalu berpikir                 ini adalah urutan kronologis.
Kalau kita berpikir itu urutan kronologis, akan berbenturan dengan Kej 2.
6 hari ini tidak seharusnya dimengerti dalam urutan kronologis, tetapi dimengerti sebagai jawaban untuk permasalahan bumi ini, yang ada di dalam Kej 1:2, Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
Hari ke-1 s.d 3, menjawab permasalah pertama – bumi belum berbentuk.
Hari ke-4 s.d 6, menjawab permasalahan kedua – bumi kosong.

Hari ke-1 s.d 3, Tuhan membentuk carkrawala, memisahkan air di bawah, daratan dan lautan, memunculkan tumbuh-tumbuhan.
Hari ke-4 s.d 6, kekosongan itu diisi: ikan dan burung, binatang dan manusia.

Keindahan puisi ini terlihat dalam hari ke-1, berkaitan dengan hari ke-4. Hari ke-2 dengan hari ke-5, hari ke-3 dengan hari ke-6.

Hari ke-1: diciptakan terang
Hari ke-4: diciptakan benda-benda penerang.

Hari ke-2: diciptakan pemisahan antara cakrawala di atas dan air di bawah.
Hari ke-5: diciptakan burung burung untuk terbang di cakrawala dan ikan di dalam air.

Hari ke-3: diciptakan daratan dan tumbuh-tumbuhan.
Hari ke-6: diciptakan bintang-binatang dan manusia.

Kej 1, tidak boleh dilihat secara urutan kronologis, tetapi harus dilihat sebagai paralel dan perbandingan: bumi belum dibentuk kemudian bumi dibentuk, bumi kosong kemudian diisi.
Allah menciptakan dalam keteraturan demikian.

Bahasa puitis yang digunakan: dalam setiap hari penciptaan, selalu ada formula pernulisan yang sama:
-    Berfirmanlah Allah
-    Isi Firman Allah
-    Eksekusi – dimana Tuhan mengeksekusi Firman yang Dia ucapkan
-    Penggenapan: “Dan jadilah demikian”.
-    Tuhan memberikan berkat: Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.
-    Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ke...
-            
Poin yang ingin disampaikan dalam Kej 1 adalah: Allah menciptakan segala sesuatu.

Penciptaan ada, tetapi kisah penciptaan diceritakan dengan bahasa puitis, yang diatur sedemikian rupa untuk mengungkapkan sesuatu.

Catatan kelima:
Tidak menutup kemungkinan cerita tentang penciptaan ditulis dengan bahasa figuratif, bukan bahasa harafiah.
Kita akan mengalami kesulitan ketika mencoba mengerti dengan bahasa harafiah.
Misalnya dalam Kej 2:7, ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.
Hal yang spontan muncul di benak kita secara spontan setelah membaca ayat ini: Tuhan mengambil debu tanah, mengolahnya jadi bentuk manusia dan ketika Tuhan menghembuskan nafas hidup, spontan debu tanah itu menjadi manusia dan hidup.
Jika demikian, kita memahami Tuhan punya tubuh, tangan dan kaki yang mengambil debu tanah dan membentuk manusia.
Padahal Allah tidak mempunyai tubuh, sebab Allah itu adalah Roh adanya.
Kalau Allah dikatakan berjalan-jalan, apakah itu berarti Allah berjalan-jalan seperti kita?
Semua bahasa yang terkesannya harafiah ini, digunakan agar kita dengan mudah mengerti bahwa Allah hadir.

Jadi ketika dikatakan Allah membentuk manusia dari debu tanah – benar-benar ada peristiwa dimana Allah langsung bekerja dan membentuk. Tidak demikian. Tetapi intinya adalah Allahlah yang menciptakan manusia.
Manusia adalah sesuatu yang hina seperti debu tanah dan diberikan kehidupan oleh Allah.
Manusia tidak mungkin mempunyai kehidupan jika Tuhan tidak memberikan kehidupan.

Jangan bayangkan ada kejadiannya persis seperti yang ditulis dalam Kej 1.
Ketika Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam, apakah betul-betul Adam dibedah oleh Tuhan, diambil tulang rusuknya dan dibuat Hawa? Ataukah maknanya yang ingin disampaikan, bahwa Tuhan menciptakan Hawa sebagai pasangan yang sepadan.

Ketika bicara soal hari, kita juga seringkali memperdebatkan apakah 1 hari = 24 jam, 1 hari = 1000 tahun, atau 1 hari = 1 juta tahun?
Hari ini tidak dalam pengertian yang kita mengerti, sebab hari dalam hari ini adalah bahasa figuratif.
Allah itu tidak terikat oleh waktu.
Hari ini digunakan sebagai bahasa yang sederhana agar kita bisa mengerti dengan lebih mudah.

Tuhan beristirahat pada hari ketujuh.
Ini dipakai oleh bangsa Israel untuk menyatakan hari ketujuh itu sebagai hari Sabat, sehingga umat bekerja pada hari pertama sampai keenam dan beristirahat pada hari yang ketujuh atau hari Sabat.
Apakah Tuhan benar-benar beristirahat? Tuhan tidak punya tubuh, Tuhan itu Roh.

Kej 1 adalah ditulis dengan gambaran figuratif, untuk menyampaikan kebenaran tentang Allah, tentang penciptaan.

Catatan keenam:
Kita tidak seharusnya mempertentangan Kej 1 dengan ilmu pengetahuan.
Kalau dihitung secara waktu, diasumsikan bumi diciptakan sekitar 4000 tahun SM. Sedangkan fosil-fosil yang ditemukan menyatakan bahwa bumi diciptakan jutaan tahun yang lalu.
Kej 1 tidak bisa kita bahas secara ilmiah. Karena tujuannya hanya ingin menyatakan bahwa Allah yang menciptakan segala sesuatu, segala sesuatu ada karena Dia.
Kitab Kejadian mencatat tentang siapa yang menciptakan dan mengapa itu diciptakan.
Sedangkan ilmu pengetahuan membahas tentang bagaimana sesuatu itu diciptakan, di mana diciptakan dan kapan.
Alkitab tidak memberikan jawaban yang diinginkan oleh ilmu pengetahuan.
Ini adalah dua bidang yang berbeda yang tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lain.

Catatan ketujuh:
Kej 1 harus dibaca secara teologis.
Karena itu ditulis oleh Musa untuk bangsa Israel yang baru keluar dari Mesir. Selama ini konsep mereka tentang penciptaan adalah versi Mesir. Musa memberikan pengertian yang benar pada mereka.
Musa mau memprokamirkan di tengah-tengah klaim tentang penciptaan yang ada, Musa mau meng-counter bahwa Elohim atau Yahwe, Allah Israel yang menciptakan segala sesuatu. Dia adalah satu-satunya Pencipta yang berdaulat, bukan allah atau ilah lain.
Hanya ada satu Allah dan hanya satu yang menciptakan segala sesuatu.
Dalam cerita lain, banyak dewa-dewa yang melakukan penciptaan. Bahkan ada cerita yang menyatakan bahwa para dewa itu saling bertengkar terlebih dahulu sebelum melakukan penciptaan.
Allah kita tidak ada tandingannya, tidak perlu bertarung dengan siapapun.

Ini adalah polemik penting, diberikan Musa pada bangsa Israel di jamannya dan jaman kemudian.
Di kemudian hari, bangsa Israel mengalami pembuangan di Babel.
Bangsa Babel mempunya versi mereka sendiri mengenai penciptaan. Mirip dengan penciptaan dalam Kej 1.
Bukan dewa Marduk, dewa bangsa Babel yang melakukan penciptaan, tetapi Yahwe atau Elohim.

Allah terlibat dalam penciptaan dan tidak meninggalkan penciptaan.
Ajaran lain menyatakan allah melakukan penciptaan kemudian meninggalkan ciptaan tsb.

Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, menyatakan betapa berharganya manusia di hadapan Allah. Kemudian diberikan tugas penting untuk menguasai dunia ini, bekerja di dunia ini untuk kemuliaan Tuhan.
Versi cerita penciptaan lainnya, merendahkan manusia. Manusia ditindas oleh dewa, diciptakan untuk menggantikan pekerjaan dewa.

Dalam Kejadian, ditetapkan juga tentang hari Sabat.
Pola tentang Allah bekerja dipakai untuk orang Israel, agar mereka taat akan hari Sabat. Ini adalah contoh lain dari makna teologis.

Pembahasan: Penciptaan hari kelima
Paralel hari kelima adalah hari kedua.
Penciptaan hari kedua adalah: Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Lalu Allah menamai cakrawala itu langit.
Sudah dibentuk dan disediakan, kemudian di dalam hari kelima, diisi.
Burung-burung yang terbang di langit. Ikan-ikan yang ada di dalam air.

Tuhan berfirman: Tuhan ingin menjadikan sesuatu itu ada.
Jadi burung-burung dan ikan-ikan adalah sesuatu yang dikehendaki Allah keberadaannya.

Dalam cerita penciptaan lainnya, masing-masing dewa menciptakan sesuatu yang berbeda. Mereka harus mengalahkan dewa lain atau dibantu oleh dewa lain untuk menciptakan sesuatu.
Sedangkan Allah tidak perlu bantuan apapun. Allah hanya berfirman dan jadi.
Polemik ini ditunjukkan pada bangsa Israel bahwa Allah mereka tidak sama dengan dewa-dewa bangsa lain.
Penciptaan adalah pekerjaan yang ‘sepele’ bagi Tuhan.

Tuhan berfirman dan terjadi – yang mau diperkenalkan pada bangsa Israel adalah, bahwa Allah yang mereka sembah adalah Allah yang berbicara, Allah yang berfirman. Tidak hanya bertindak dan berbuat.
Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupanya, dan hanya manusia yang diberikan kemampuan untuk berbicara. Mengapa? Supaya bisa berkomunikasi dengan Allah yang berbicara.
Adam dan Hawa diciptakan dan ditempatkan di Taman Eden. Kita juga melihat bagaimana keintiman antara Allah dengan Adam dan Hawa, bukan karena Allah terlihat fisiknya, tetapi karena suara Allah terdengar oleh mereka.
Allah itu bukan hadir dalam tubuh fisik, tetapi Allah itu Roh adanya.
Relasi antara Allah dengan manusia adalah firman yang disampaikan, bukan hanya aksi saja.

Penolakan Adam dan Hawa sampai mereka diusir dari taman Eden, terjadi karena mereka menolak suara Allah.
Tuhan menyatakan boleh makan semuanya, asal tidak buah dari pohon pengetahuan. Tetapi mereka tidak mendengarkannya.
Dosa adalah pemberontakan terhadap firman Allah.
Firma Allah adalah komunikasi antara manusia dengan Allah.
Jadi sangatlah penting untuk mendengarkan firman Allah, karena Allah adalah Allah yang berfirman.

Ayat 21, Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
Binatang-binatang laut yang besar – jadi jangan banyangkan di laut itu hanya ada ikan-ikan yang kecil saja.
Mengapa ditulis demikian?
Binatang-binatang laut yang besar, tidak hanya ikan paus atau hiu.
Ini terkait dengan cerita penciptaan versi bangsa lain.
Cerita dari Babel: sebelum dewa Marduk menciptakan dunia dan manusia, dewa Marduk harus berperang terlebih dahulu melawan satu binatang atau monster dari laut. Tidak dijelaskan binatang apa itu.
Untuk bisa menciptakan harus mengalahkan binatang besar itu. Setelah mengalahkannya dan laut yang dimengerti bangsa Babel sebagai chaos atau kekacauan, barulah bisa tercipta alam semesta.
Di cerita-cerita lain juga memiliki kemiripan, bahwa ada binatang laut besar yang merupakan tandingan dari para dewa. Para dewa selalu mengalami kesulitan dengan bintang laut yang besar, harus ditaklukkan terlebih dahulu.

Di Alkitab tercatat bahwa Allah mengalahkan binatang-binatang laut yang besar.
Mzm 74:13-14, 13Engkaulah yang membelah laut dengan kekuatan-Mu, yang memecahkan kepala ular-ular naga di atas muka air. 14Engkaulah yang meremukkan kepala-kepala Lewiatan, yang memberikannya menjadi makanan penghuni-penghuni padang belantara.
Ini adalah bahasa puitis, bahwa pada masa penciptaan, Tuhan juga mengalahkan ular-ular naga di atas muka laut.
Ada kemiripan dengan cerita-cerita di sekitar Israel.
Tetapi dalam Kej 1:21, binatang-binatang itu tidak ada apa-apanya bagi Allah, karena Allah yang menciptakannya.
Artinya, Allah jauh lebih berkuasa.
Dalam Mzm 74, diberi gambaran bahwa Allah mengalahkan mereka dan meremukkan kepala binatang itu.

Tuhan melihat semua ciptaanNya itu baik.
Sebelum adanya dosa, semua binatang, termasuk binatang besar, semuanya itu baik.
Tetapi tercemar ketika manusia jatuh dalam dosa, sehingga ada binatang yang menjadi jahat dan buas.

Ayat 22, Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: "Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak."
Pertama kali di dalam kisah penciptaan disebutkan Allah memberkati.
Di bagian sebelumnya ditulis: Allah melihat, Allah memberi nama.
Pada penciptaan hari keenam, Allah juga memberkati manusia.

Sepanjang semua yang ditulis di dalam Alkitab, tiap kali Allah memberkati, pasti orang-orang yang diberkati itu berhasil dan mendapatkan sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.
Tuhan memberikan berkat, agar berkembang biak dan bertambah banyak - ini pasti terjadi, karena Tuhan yang memberkati.
Kesuksesan apapun yang bisa kita miliki, semua itu adalah berkat dari Tuhan.
Kalau Tuhan tidak memberkati, kita tidak mungkin bisa mendapatkannya.

Binatang di air dan udara bisa bertambah banyak, karena Allah yang memberkati.


TANYA
 & JAWAB

A
T: Mengenai berkat. Yesus mengatakan bahwa kita harus memberkati, bukan mengutuk.
Berkat yang harus kita lakukan pada orang lain, apakah maknanya sama dengan berkat yang Tuhan sampaikan?
Kalau sama, selain berkat itu bermakna berkenan, ataukah sifatnya merupakan sebuah instruksi?
J: Antara Tuhan mengatakan berkat dengan kita mengucapkan berkat, tentunya ada perbedaan, karena kita bukan Allah.
Kata memberkati di PB, itu lebih punya konotasi yang berbeda dengan Allah memberkati.
Artinya lebih ke melakukan hal-hal baik.
Ketika kita dilukai oleh musuh, berkati musuhmu – artinya jangan balas dengan kejahatan, tetapi balaslah dengan kebaikan.
Jadi berbeda dengan penjelasan bagaimana Tuhan memberkati, dan itu pasti terjadi.
T: Jadi dalam bagian ini kata memberkati ada kuasa di dalamnya. Perintah itu disertai kuasa, sehingga pasti akan terjadi.
Ketika Tuhan mau naik ke sorga, Tuhan menyatakan kuasa pada kita, sebagaimana Allah Bapa telah memberi kuasa pada Yesus. Jadi seperti apakah kuasa itu?
J: Kita akan bisa menjadi berkat bagi orang lain melalui pertolongan dari Tuhan.
Tuhan Yesus bicara dalam konteks membawa jiwa. Selain itu Tuhan Yesus menyatakan bahwa Tuhan senantiasa akan menyertai kita. Jadi kuasa yang mungkin kita bisa lakukan semua itu karena ada Allah, bukan kita yang benar-benar jadi punya kuasa.
B
T: Pada hari ketujuh, Tuhan berhenti bekerja. Apakah ini berarti berhenti dari penciptaanNya. Tetapi Allah tetap bekerja memelihara ciptaanNya.
J: Jadi jangan diharafiahkan. Karena kalau Allah berhenti, Allah tidak menjaga kelestarian ciptaanNya.
Tetapi itu dituliskan dalam bahasa metafora, yang punya makna teologis bagi bangsa Israel, tentang hari Sabat.
Bukan berarti berhenti total dan tidak melakukan apa-apa.
T: Bagaimana dengan orang yang bekerja di hari Sabat? Karena orang di hari Sabat pun tidak berhenti berpikir.
J: Untuk bangsa Israel, aturan tentang Sabat memang sangat ketat. Setelah PB, aturannya sudah tidak seketat demikian.
Tetapi aturan pola bekerja dan istirahat itu, berlaku secara universal.
Istirahat untuk memuji Tuhan, me-refresh diri sendiri, bukan berarti berhenti total dan tidak melakukan apa-apa.
Pola ini Tuhan berikan pada kita agar kesehatan kita tidak hancur.
C
T: Dalam PB, Yesus mengatakan jangan memberikan barang yang kudus pada anjing dan babi. Apakah maksudnya itu?
J: Istilah anjing di sini, adalah merujuk pada anjing liar. Babi juga metafora untuk sesuatu yang kotor terus menerus, tidak pernah bersih.
Jadi intinya, jangan buang barang-barang berharga pada sesuatu yang kita tahu tidak baik.
Jadi ungkapan tsb juga merupakan metafora.


No comments:

Post a Comment