Kategori

Saturday, September 5, 2015

Kejadian 2: 1-7

RINGKASAN PA – THE MISSION
Kejadian Pembahasan ke
Ayat Alkitab
Pembicara
Hari/Tanggal : 05
: Kej 2:1-7
: Pdt. Theofilus Sudari
: Rabu, 18 Maret 2015


AYAT ALKITAB
Kej 2:1-7, Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya (Kej 1:1-2:7)
1Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya.
2Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.
3Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
4Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, --
5belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu;
6tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu--
7ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

SHAR ING

A Ayat 4 merupakan kesimpulan dari pasal 1.
4Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, --

Dari ayat 1-3, ada beberapa kata yang ditegaskan  selesai, berhenti, memberkati dan menguduskan.
1Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. 2Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. 3Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
Dalam penciptaan hari pertama sampai ke empat, tidak ada kata ‘diberkati’.
Setelah isi bumi dan manusia diciptakan pada hari kelima dan enam, barulah ada kata ‘diberkati’.
Tetapi untuk hari ketujuh, selain diberkati, ada kata tambahan ‘dikuduskan’.

Kata ‘diberkati’ dan ‘dikuduskan’, seolah-olah mau mengangkat hari ketujuh di atas hari yang lain, hari ketujuh lebih istimewa dari hari yang lain, dan kemudian dikhususkan.
Sabat adalah sanctified day, holy day, a set apart day, a unique day.
Sampai hari ini hari Sabat jadi permasalahan, ada yang sangat mengkultuskan hari Sabat (Sabtu).
Tuhan berhenti pada hari ketujuh, bukan karena capek. Tetapi apakah Tuhan berhenti untuk menghargai hari ketujuh itu, atau berhenti untuk menghargai apa yang telah diciptakan dari hari pertama sampai keenam? Pasti ada makna lain mengapa Tuhan berhenti.

Apakah Adam dan Hawa santai-santai saja setelah diciptakan, sehingga mereka tidak perlu berisitrahat?
Hari Sabat baru dinyatakan untuk dihormati di dalam hukum Musa, dalam 10 perintah Tuhan.
Jadi apa makna hari Sabat ini? Apakah untuk kita teladani, bekerja 6 hari, berhenti di hari ke-7?
Yesus menyembuhkan orang di hari Sabat, membiarkan murid-murid memetik gandum di hari Sabat.
Ketika Dia ditegur, Yesus mengutip: Daud juga melakukan pelanggaran hari Sabat, tetapi tidak ditegur oleh Tuhan.

Mark 2:23-28, 23Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. 24Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" 25Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, 26bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu--yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam--dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?" 27Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, 28jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."
Kita diingatkan bahwa kita tidak diciptakan untuk hari Sabat. Hari Sabat itu dibuat Tuhan untuk kita. Jadi kita tidak terikat dan jadi ‘budak’ hari Sabat. Tuhan atas hari Sabat.
Jadi kita perlu lebih proposional terhadap hari Sabat. Tetap menghormati hari Sabat, tetapi tidak dengan cara yang terlalu berlebihan.

Sabat itu hari Sabtu atau Minggu? Mengapa jumlah hari itu 7 dalam 1 minggu?
Hari ke-7 adalah Sabtu, hari pertama adalah hari Minggu.
Mengapa Tuhan menciptakan manusia di taman yang indah?
Ada juga yang mengatakan, setiap hari adalah hari Sabat. Karena hari Sabat adalah untuk mengingat kuasa dan kemuliaan Allah, apakah saat Allah mencipta, saat menyelesaikan pekerjaan itu.
Ini juga jadi pola untuk kita, ketika kita sudah bekerja, kita berhenti sambil mengucap syukur akan apa yang kita kerjakan.
Sekali kita mengerjakan sesuatu harus selesai. Sekali selesai, berhenti untuk melihat ke belakang, mengucap syukur pada Tuhan karena kita bisa menyelesaikannya dengan baik.
Jadi hari Sabat adalah jadi pedoman atau pola dalam hidup, bukan hanya sekedar membuat perencanaan ke depan, tetapi juga mengevaluasi yang lalu serta mengucap syukur pada Tuhan.



PEMBAH
ASAN

Kita hidup dalam jaman materialistik, egosentrik, hedonism. Setiap hari, 24 jam kita pakai hanya untuk memikirkan hal-hal yang bersifat materi, segala sesuatu untuk aku dan kenikmatanku, bukan untuk Tuhan.

Ketika Tuhan menciptakan kita, mengapa akhirnya manusia diciptakan dan membuat Tuhan jadi susah? Bahkan Tuhan harus melepaskan AnakNya yang tunggal untuk mati buat kita.

Kalau kita tahu bahwa manusia diciptakan untuk mempermuliakan Allah, dalam 24 jam berapa % yang kita pakai untuk Tuhan?
Waktu berada dalam gereja 2 jam saja, apakah kita datang sungguh-sungguh memberi diri untuk Tuhan, sungguh-sungguh menikmati hadirat Tuhan, memandang kemuliaan Tuhan, ada interaksi yang dalam, apapun kondisi ibadah.
Jadi untuk apa kita ke gereja? Pada akhirnya kita ke gereja juga untuk diri kita, misalnya takut kita tidak diberkati Tuhan kalau kita tidak ke gereja. Mungkin di jaman ini kita sudah tidak lagi menghidupi Sabat itu.

Tuhan memberi kita ambisi dalam hidup.
Tetapi, kalau ambisi itu untuk diri sendiri, ini sudah melewati natur Tuhan menciptakan kita.
Apapun yang kita lakukan, apakah untuk diri kita sendiri atau untuk Tuhan?

Manusia makin mencintai dirinya sendiri.
2Tim 3:1-9, kita akan melihat bagaimana manusia beragama tetapi mengingkari kekuatan Tuhan.

Kalau manusia sudah tidak pernah bertanya, berarti di situ manusia sudah tidak mau pernah berubah.

Mengapa sampai Tuhan berhenti di hari ketujuh?
Ada bagian-bagian Alkitab yang menjelaskan tentang Sabat secara rinci.
Kel 20:8-11, 8Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: 9enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, 10tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. 11Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

Kej 2:1-7, kalau kita perhatikan, seolah-olah ayat demi ayat tidak ada hubungan.
Ayat 1-3, kemudian dipotong dengan ayat 4, seperti mengulang kembali ayat sebelumnya.
Kej 2 merupakan tambahan sejarah penciptaan. Menjelaskan lebih khusus tentang perihal sejarah yang langsung berhubungan dengan manusia, makhluk kesayangan Tuhan di bumi.
Kej 2:1-3, bicara soal pelembagaan dan pengudusan hari Sabat yang diadakan untuk manusia, guna meningkatkan kekudusan dan kenyamanannya. Sabat bukan muncul setelah ada 10 hukum Tuhan.
Ke-10 hukum Tuhan itu justru muncul, karena manusia telah melupakan Sabat, karena ada kata “ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” dalam Kel 20:8. Bangsa Israel pun kemudian melupakannya lagi sehingga Kel 20, diulangi kembali di Kel 31.

Kej 2:4-7, bicara soal penjelasan rinci soal penciptaan manusia sebagai pusat dari ringkasan seluruh karya Allah.

Ayat 4, Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, --
Kalimat ini seolah-olah merupakan kesimpulan dan kata-kata penutup dari cerita tentang penciptaan.
Dalam Alkitab versi bahasa Inggris dan Ibrani tidak ditulis demikian:
Versi BBE: These are the generations of the heaven and the earth when they were made.
These are the generation = inilah riwayat-riwayat selanjutnya.
Di bagian berikutnya dalam Kej 2, Tuhan membentuk rumah tangga sebagai karya penciptaan manusia.

Kej 2:8-17, bicara soal gambaran tentang taman Eden dan penempatan manusia di dalamnya di bawah kewajiban hukum dan covenant.
Kej 2:18-dst, bicara soal penciptaan perempuan dan pelembagaan aturan pernikahan.

Dalam Kej 1, sudah bicara soal penciptaan manusia.
Dalam Kej 2, diulang kembali – diingatkan kembali.
Kej 2:1-3, setelah semuanya selesai, termasuk Kej 2:5-7, ayat 1-3 bicara soal adanya Sabat.
Bumi beserta segala isinya, termasuk manusia, telah selesai diciptakan.
1Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. 2Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. 3Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.

Kata ‘berhenti’ ditulis dengan kata sabat, sabeth = istirahat, rest.
Di sinilah kata Sabat muncul pertama kali.
Tuhan berhenti karena capek atau karena sudah tidak ada lagi yang diciptakan?
Sabat = sabeth = saba = berhenti, menghentikan, mengakhiri atau pantang melakukan sesuatu.
Menghentikan, mengakhiri – berarti bisa jadi belum selesai, tetapi dihentikan, diakhiri.
Sabeth = diam, istirahat, rest, refresh, membuat jadi segar kembali.

Hal ini menunjukkan ada hari perhentian yang disengaja ketika segala pekerjan dihentikan atau diistirahatkan.
Sabat = penghentian yang disengajakan oleh Allah, hari yang dikuduskan Allah dan bagi Allah sendiri, dan kelanjutannya adalah untuk ciptaanNya.

3 kunci penting dalam Kej 2:18-1  Berhenti, Memberkati, Menguduskan.
Tuhan berhenti, memberkati dan menguduskan.

Mengapa Allah berhenti?
Berhenti = tindakan inisiatif Allah secara aktif, untuk men-Sabat-kan DiriNya sendiri.

Ketika Allah ‘berhenti’ dari pekerjaanNya, siapakah yang memelihara bumi dan isinya? Ataukah dihentikan secara total?
Inisiatif Allah untuk berhenti secara aktif, artinya sekalipun Allah ‘berhenti’ dari pekerjaanNya, Tuhan tetap memelihara bumi dan isinya. Tuhan berhenti, tetapi Dia tetap bekerja. Semua bumi dan isinya, masih dalam kendali Tuhan.
Allah men-Sabat-kan DiriNya = Allah berinisiatif membuat DiriNya sebagai puncak perhentian bagi ciptaanNya dalam seluruh karya penciptaan, pada hari yang ketujuh.
Artinya, ketika Allah berhenti, Allah bukan berhenti untuk kepentinganNya sendiri, tetapi sebagai puncak perhentiannya bagi seluruh ciptaanNya.

Untuk apa?
Allah telah menjadikan penciptaanNya secara sempurna, agar berfokus pada DiriNya, sehingga DiriNya menjadi standar yang berlaku umum untuk seluruh ciptaanNya.
Perhatikan Allah di tengah-tengah kesibukan kita, fokuslah pada Allah.

Dalam pengetahuan Allah, Allah mengerti nanti ciptaanNya akan menjadi seperti apa, sehingga Tuhan perlu berhenti secara aktif, justru menunjukkan betapa Allah merindukan ciptaanNya dapat menikmati keagungan, kemuliaan, kebesaran, kesucian, kekudusan, kasih Allah yang hanya bisa dinikmati di dalam hadiratNya.
Tujuan Allah adalah agar semua ciptaanNya dapat merasakan kedamaian, ketenangan dan kesegaran jiwa yang tiada tara di dalam DiriNya.
Jadi, berdiamnya Allah, berhentinya Allah, bukan untuk Allah sendiri.
Allah berhenti, tetapi tetap aktif, agar semua ciptaanNya dapat merasakan kedamaian, ketenangan, kesegaran jiwa, kesucian dst. Jadi Allah bukanlah Allah yang transendent, yang terpisah dari ciptaanNya.
Tetapi Allah adalah Allah yang imanent, yang begitu dekat dengan ciptaanNya, melalui perhentianNya.
Allah hadir dalam persekutuan yang intim.

Jadi, Sabat ingin mengajarkan pada ciptaanNya, ketika berhenti dari kesibukan mereka, keintiman dengan Pencipta, Sang Pemberi Berkat dan Hidup, ada persekutuan yang tidak dapat dipisahkan oleh siapapun.
Ini semacam undangan Allah kepada ciptaanNya.

Allah bukan hanya menghentikan hari itu untuk mengundang ciptaanNya, menikmati kintiman dengan Pencipta, tetapi Allah itu adalah Allah yang imanent, dekat dengan ciptaanNya.
Ketika Allah ada bersama-sama dengan kita, artinya kita akan mengalami kelegaan, sekalipun persoalan yang kita hadapi belum tentu selesai saat itu juga.

Kedua, Allah memberkati hari itu.
Hari ketujuh adalah hari yang diberkati Allah.
Diberkati = tindakan objek yang akan diberkati.
Apa yang diberkati?
Tidak terlihat adanya makhluk hidup yang diberkati, tetapi Allah memberkati waktu itu, hari itu menjadi hari yang diberkati oleh Tuhan.
Allah memberkati semuanya, tetapi ada yang terberakti, dimana Allah mengkhususkan.
Dengan memberkati hari ketujuh Allah menyediakan bagi ciptaanNya untuk menemukan penghentian mereka sendiri melalui DiriNya, melalui berkat hari Sabat, yaitu ketenangan jasmani dan rohani.
Allah menghentikan di hari ketujuh, Allah mengundang ciptaanNya, menikmati keintiman, hari itu diberkati untuk memberikan ketenangan pada ciptaanNya, baik secara jasmani maupun rohani.
Di tengah keletihan kita, membangun keintiman dengan Tuhan, ada kelegaan.
Manusia diijinkan Allah untuk masuk dalam seluruh eksistensi hadirat Allah, yang memberikan ketenangan jasmani dan rohani, membawa sukacita dalam totalitas diri manusia.
Jadi, berkat hari ketujuh adalah Allah memberi kesempatan retreat kepada kita.
Tidak hanya diundang Allah untuk mengenal Sang Pencipta, membangun keintiman untuk menikmati kekudusan, kagungan, kebesaran Allah, tetapi Allah memberkati hari itu karena hari itu menjadi retreat untuk manusia, untuk memulihkan dan mendapatkan kembali kekuatan yang baru untuk memasuki 6 hari yang kedepan.
Retreat = men-treat kembali, yang mungkin sudah capek, disegarkan kembali.

Jika kita sudah disegarkan dalam Sabat, maka hari-hari berikutnya sudah tidak akan terlihat buruk.
Hari Minggu Tuhan memberikan kesempatan buat kita untuk retreat.
Apakah kita memanfaatkan hari Minggu dengan baik? Ataukah kita salah dalam memahami Sabat?

Tuhan berhenti di hari ketujuh, bukan untuk kepentingannya, tetapi untuk Dia manusia menikmati persekutuan dengan Allah, keagungan, keintiman. Bagi Dia, manusia mendapatkan kembali kesegaran sehingga mengingat Tuhan sebagai Penciptanya.

Ketiga, menguduskan.
Kudus = a part from = dipisahkan dari.
Hari ketujuh dipisahkan dari 6 hari yang sudah ada.

Hari ketujuh dimaknai sebagai hari yang sempurna.
Orang Yahudi melihat angka 7 sebagai sesuatu yang baik, indah dan sempurna.

Menguduskan = tindakan aktif dari Allah yang mentahbiskan, mengkhususkan, memisahkan hari ketujuh menjadi hari yang kudus.
Seorang penafsir mengatakan, ketika Allah menguduskan hari yang ketujuh, ini menunjuk pada deklarasi Allah dengan ditetapkannya status khusus, dipisahkannya bagi Allah. Hari itu dikhususkan dan dipisahkan untuk Allah.
Manusia dan semua ciptaan, istirahat dari segala kesibukannya.
Orang Israel memahami konsep yang salah tentang Sabat. Pada hari Sabat, mereka berhenti dan tidak melakukan apa-apa.
Jadi semacam sesuatu yang saklak dalam kitab Keluaran. Bahkan binatang pun tidak boleh bekerja. Binatang yang bekerja cari makan pun harus dimatikan.
Mereka berkata: untuk menghormati kekudusan hari itu, Allah berhenti dari segala pekerjaanNya. Konsekuensinya, merayakan hari Sabat dengan mencontoh Allah.

Bagi Israel, Sabat adalah hukum yang mengandung konsekuensi logis, yaitu kutuk dan berkat.
Ditaati dapat berkat, dilanggar dapat kutuk. Jadi, tidaklah mengherankan, mengapa mereka sangat menjaga kekudusan Sabat.
Tetapi konsepnya berubah ketika Yesus hadir di dalam dunia ini.
Mark 2:27-28. Yesus sendiri mengatakan, manusia bukan untuk Sabat, tetapi Sabat untuk manusia.
Manusia tidak diatur oleh Sabat, tetapi seharusnya manusia menikmati hari Sabat itu.

Anak manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.
Kristus mengembalikan Sabat pada makna yang sesungguhnya, sesuai dengan kehendak dan rencana Allah Tri Tunggal, menguduskan, menghentikan, memberkati hari ketujuh bagi DiriNya.
Dengan kata lain, melalui Sabat, ini bukan hukum yang mematikan tetapi merupakan anugrah Allah.

Anugrah Allah diberikan dalam kesempurnaan Dia menciptakan manusia.
Manusia diciptakan pada hari keenam setelah semuanya lengkap.
Manusia begitu istimewa di hadapan Tuhan, sampai hari ketujuhpun diberikan secara khusus untuk manusia.
Agar manusia membangun relasi, keintiman dengan Tuhan, menimkati keagungan, kesucian, hadirat Tuhan, disegarkan kebali secara jasmani dan rohani.

Jadi hari Minggu atau Sabat, jangan dilihat sebagai konsekuensi logis dari hari Allah.
Tetapi berdasarkan suatu pertanggung jawaban iman dan moral melalui anugrah yang diberikan Allah.

Mengapa Sabat dilakukan di hari Minggu, bukan Sabtu?
Orang Yahudi memang melihat Sabat sebagai hari ketujuh.
Tetapi bagi orang-orang percaya, Sabat adalah hari pertama, hari Minggu.
Di Alkitab tidak ada penjelasan bahwa hari pertama itu adalah Senin, atau Minggu. Sabat adalah yang diatur Tuhan sendiri.
Hari Minggu adalah hari kemenangan orang Kristen, karena Yesus bangkit pada hari Minggu, tiga hari setelah kematianNya.
Oleh karena itu orang Kristen beribadah pada hari Minggu.
Dalam sejarah Alkitab, murid-murid sering berkumpul pada hari Minggu.

Kalau Sabat begitu bernilai, dikhususkan Allah, demi kepentingan ciptaanNya, supaya ciptaanNya mengenal Allah yang imanent, dapat menikmati persekutuan dengan Dia, menikmati hadiratNya, kekudusanNya.
Allah ingin me-treat kembali (retreat) bagaimana ciptaanNya yang sudah lelah itu, disegarkan dan mendapatkan kekuatan kembali.
Sehingga hari itu jadi hari yang diberkati luar biasa.
Setelah merayakan Sabat, kita menikmati berkat yang luar biasa.

Di jaman hedonism, materialistik dan egosentrik, Sabat sudah mengalami pergeseran.
Sejak keluar dari Mesir pun, Israel sudah melupakan hakiki hari Sabat.
Oleh karena itu dalam Kel 20 dinyatakan: ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.

Apakah dalam sepanjang hari Sabat, kita tidak boleh melakukan banyak hal? Tidak demikian.
Tetapi seluruh pikiran kita, nikmatilah persekutuan dengan Tuhan. Bobotnya tidak sama dengan hari-hari lain.

Dalam Kel 20:8, Allah mengingatkan lagi.
Orang Kristen menguduskan hari Sabat dengan beribadah dan melayani Tuhan.
‘Ingatlah’ = ada indikasi kita bisa lupa untuk menguduskan hari Sabat.
Lupa dalam arti apa? Bisa jadi kita ke gereja hanya secara legalistik saja.
Apakah kita ke gereja, melayani dengan motivasi yang benar?
Apakah firman Tuhan yang disampaikan sampai dalam pikiran kita dan kita lakukan?
Apakah kita ke gereja, hadir secara mekanis, tanpa persiapan bahwa kita akan menikmati Tuhan, mensyukuri anugrahNya, kembali di-retreat kerohanian kita.
Hari itu kita benar-benar mencurahkan segala pikiran kita untuk Tuhan.

Bisa jadi orang Kristen ke gereja sebagai rutinitas belaka.
Dan merasa sudah rohani ketika sudah rajin ke gereja. Tidak terjadi retreat dan kita tidak menikmati hari itu.

Apakah kita betul-betul beribadah, atau kita beribadah karena alasan yang lain, misalnya untuk mendapatkan berkat saja?

Kita bisa terjebak dengan dualisme. Beberapa orang Kristen memiliki prilaku yang berbeda antara hari Sabat dengan hari lainnya.
Pada hari Sabat, mereka menampilkan tingkah laku malaikat. Tetapi 6 hari lainnya, hidup dengan pola hidup dunia, penuh kejahatan, dosa dan penipuan.
Hati-hati dengan dualisme.
Ingatlah, bahwa ketika ke gereja, itu adalah hari perhentian, ketika Allah mengkhususkan diri untuk kita, betapa Allah menghargai diri kita, mau mengubah, memberikan paradigma baru untuk kita.

Ada orang Kristen tahu bahwa hari Minggu beribadah pada Tuhan, mereka tidak mempedulikan hari itu, lebih asyik berlibur.
Apakah kita benar-benar men-Sabat-kan diri, atau takut kalau tidak pergi ke gereja?
Atau ketika ibadah, di dalam gereja, asyik dengan diri sendiri, sibuk dengan gadget kita ketika ibadah berlangsung.

Hati-hatilah ketika kita mengabaikan makna hari Sabat.
Orang percaya, yang mengkhususkan hari Minggu, refresh kembali, evaluasi diri di hadapan Tuhan, apakah yang dilakukan berkenan di hadapan Tuhan, tersungkur, bertobat dan minta ampun sehingga menjalani hari berikutnya dengan lebih baik.

Ketika manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Tuhan, kita tidak hanya menjadi makhluk Tuhan yang istimewa, tetapi kita terlalu diistimewakan oleh Tuhan, sampai Tuhan men-Sabatkan DiriNya untuk kita, agar kita dapat menikmati keindahan dan keintiman bersama dengan Tuhan. Hari itu Tuhan mengkhususkan diri bagi kita.
Jangan sampai kita ke gereja dengan jebakan legalistik, dan tidak ada dampak dalam hidup kita.


TANYA & JAWAB

A T: Mengapa kita harus ke gereja? Padahal kita bisa mendengarkan kotbah di media lain, tanpa harus benar-benar hadir di gereja.
Tetapi kita diajarkan: datang beribadah adalah anugrah, kita datang menikmati hadirat Tuhan.
Allah tidak bekerja dan menjadi lelah, tetapi Allah berfirman dan itu jadi.
J: Jadi menikmati anugrah Allah adalah tanggung jawab moral dan iman. Allah adalah Allah yang imanent, dekat dengan kita.
Intinya bukan di kotbah, tetapi bagaimana relasi kita dengan Tuhan.
Ketika firman Tuhan disampaikan, bagaimana Tuhan memberikan anugrah pada kita mendengar dengan hati dan tindakan.

1 comment: