Pendalaman Alkitab
Pembahasan : Roma 12:9-21
Pembicara : Ev. A. Chang, S.Th
Hari/Tanggal : Rabu, 05 Maret 2003
Sharing
1 Roma 12:20, ada orang yang tidak dapat melakukan Firman Tuhan ini. Banyak orang yang jika memberi kepada yang susah, ada saja alasan untuk tidak memberi. Bagaimana supaya kita dapat melakukan Firiman Tuhan ini, tidak hanya mendengar, tetapi juga melakukan.
Ayat 21 lebih sulit lagi dipraktekkan. Ini penting agar kita dapat melakukan Firman Tuhan, tidak hanya menjadi pendengar.
2 Behaved as a Christian. Jika baca buku Jesus among the God, Kristen adalah agama yang tidak populer, karena orang yang sudah menjadi orang Kristen tetapi hidupnya tidak berubah, dan sepertinya tidak akan pernah berubah. Kita harus melihat makna yang tersembunyi.
Ayat-ayat ini gamblang sekali. Jika dikaitkan dengan sebagaimana seharusnya:
a. Kita harus punya tujuan dalam hidup. Banyak orang tidak tahu tujuan hidupnya. Roma 11:36 adalah tujuan. Jika kita punya tujuan semua kemuliaan bagi Tuhan, maka kita bisa berangkat menuju tujuan itu
b. Harus susun action plan, hidup harus terorganisir. Orang cenderung tidak disiplin dalam memenuhi action plan. Kita berpikir perubahan dapat terjadi dengan sendirinya. Pedoman untuk susun action plan: step by step. Roma 12:4,16. Ukuran iman ini adalah biji sesawi, bisa jadi besar, tetapi pertumbuhannya pelan. Kita harus mengubah sifat buruk kita step by step, tidak mungkin spektakuler.
c. Harus sadar bahwa semua perbuatan kecil akan punya hasil yang besar di kemudian hari. Ahli meteorologi percaya bahwa kepakan sayap kupu-kupu di Singapura punya andil terhadap topan yang terjadi di Los Angles.
d. Kita harus meneladani Yesus. I Pet 2:21. Yesus meninggalkan “jejak” di bumi untuk kita ikuti.
e. Kita diminta untuk menjadi teladan. I Tim 4:12. dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian. Dengan mendengar dan membaca Firman Tuhan, yang dapat kita resapi hanya sedikit. Tetapi jika kita lakukan, pemahamannya mencapai/mendekati 100%
f. Minta bantuan Roh Kudus untuk perubahan. Beda orang antara orang yang belum terima Yesus dan sudah terima Yesus, saat berbuat dosa, orang yang belum terima Yesus biasa-biasa saja. Tetapi yang sudah terima Yesus akan merasa bersalah, karena ada pimpinan Roh Kudus. Jadi kita butuh pimpinan Roh Kudus setiap saat.
g. Harus belajar be your self.
3 Roma 12:13,14,20. kita hidup di tengah-tengah banyak musuh. Ayat 14, kutuk dan berkat adalah dua hal yang berkebalikan. Jika orang mengutuk kita, dibalik kutuk itu ada berkat.
Aplikasi Roma 12:20. “Memberi makan” pada lapisan bawah, orang yang paling menderita. Dengan demikian, kita yang semula dianggap seteru, membuat “bara api di atas kepala mereka”. Kita memberi tidak hanya sekali dua kali, tetapi sering. Akhirnya komunikasi kita dengan mereka menjadi lebih baik. Karena mulai dari lapisan bawah, maka pemimpin-pemimpinnya akan ikut berdamai dengan kita. Terjadi persekutuan. Dengan pendekatan seperti ini, orang lain dapat melihat kasih kita, yang merupakan rahasia Kristiani. Orang Kristen banyak kelemahan, tetapi dengan mempraktekkan ayat ini, kita dapat menjadi teladan.
4 Pengeritan kasih sangat luas. Kasih bukan untuk dihafalkan, tetapi untuk diterapkan, karena kita adalah milik Allah. Siapa yang tidak mengasihi, tidak mengenal Allah, karena Allah adalah kasih. Bagaimana kita dapat menerapkan kasih, memberi tanpa mengharapkan pujian atau umpan balik? Kasih = tanpa pamrih. Kasih tidak hanya terbatas pada orang-orang Kristen saja, tetapi untuk semua orang.
a. Kita harus lahir baru, hidup harus berubah.
b. Ada kerinduan. Minta agar kita dapat menyenangkan hati Bapa. Dalam melakukan sesuatu, cek apakah itu menyenangkan hati Bapa atau tidak. Ini memang berat, tetapi mulai dengan hal-hal yang kecil. Mulai dari diri sendiri, keluarga baru kemudian pada orang lain.
5 Roma 12:11. Bagaimana kita dapat menyala-nyala dalam melayani Tuhan? Kita harus menyerahkan seluruh jiwa dan roh kita pada Tuhan. Hanya 20% dalam dunia ada di dalam Kristus dan melayani Tuhan. 80% orang Kristen tidak melayani Tuhan, hanya terima Firman Tuhan. Nasihat untuk hidup dalam kasih, supaya kita dapat melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh dan menyala-nyala. Kita dapat melayani Tuhan dengan menyala-nyala karena kita merasakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Jiwa raga kita tidak cukup jika kita berikan pada Tuhan untuk membalas kebaikanNya. Oleh karena itu kita menyala-nyala dalam melayani Tuhan. Serahkan waktu demi untuk Tuhan, sebab semua datang dari Tuhan.
6 Roma 12:19-20. Fokus 19b. Kesaksian pribadi: Saat bertobat 1984, saya bekerja di satu perusahaan. Salah seorang staf saya adalah seorang majelis gereja, tetapi dia mau merebut kedudukan saya sehingga setiap saat dia berusaha menghembuskan hal-hal yang tidak baik. Mengampuni orang itu sulit, karena bertemu setiap hari. Saat bisa mengampuni, orang tersebut semakin menjadi-jadi. Doakan. Saya berpikir, mengapa harus didoakan? Masih banyak orang yang harus didoakan. Waktu berpuasa, kuasa Tuhan bekerja, akhirnya saya bisa mendoakan orang itu, tetapi perbuatannya lebih menjadi-jadi lagi. Minta berkat untuk orang tersebut. Singkat cerita, setelah bergumul selama 3 minggu, saya dapat melakukan ketiganya: mengampuni, mendoakan, dan meminta berkat bagi orang tesebut. Setelah itu, orang itu sakit, anaknya juga sakit, hubungannya dalam pekerjaan dengan orang lain juga tidak baik. Akhirnya dia minta bantuan saya dan saya memberikan pertolongan padanya, tanpa mengharapkan imbalan dari dia. Ada kuasa Tuhan bekerja, saat kita memberi kesempatan pada murka Allah untuk bekerja. Kita tidak selalu dapat melakukan hal ini, kita bisa karena ada pertolongan Roh Kudus.
7 Roma 12: 9-13, Paulus memberikan 12 tips tentang practical teaching pada kita. Ayat 14-21, seperti apa orang-orang Kristen berprilaku terhadap sesama. Ada rangkaian yang progressive, mulai ayat 9-17: jangan balas kejahatan dengan kejahatan, kalahkan kejahatan dengan kebaikan. Kesaksian: Jumat lalu, saya berada di sebuah LP di Malang, melayani seorang ibu yang divonis hukuman mati, yang grasinya di tolak. Kami melayani beliau, selain itu memberikan dia benang untuk membuat kerajinan tangan di waktu luangnya. Hasilnya kami bawa untuk dijual dan hasil penjualannya kami kembalikan. Uang tersebut tidak pernah dia gunakan sendiri, tetapi diberikan pada napi lain. Dalam kesusahan, tidak punya apa-apa, tetapi dia bisa memberi untuk orang lain. Hari itu ada sekitar 120-an orang menangis untuk dia. Mereka menangis karena dia pernah menangis untuk mereka. Alkitab dia sudah baca 7 kali, setiap bagian Alkitab yang dia sudah baca, diberikan pada mereka. Ada banyak Firman Tuhan yang hidup, lebih dahsyat daripada Firman Tuhan di atas mimbar, yang kita dengar secara monolog, yang sulit kita terapkan. Saat dia minta keringanan, justru sipir penjara yang Kristen yang menghalangi dan dia mendapat bantuan dari sipir penjara dari agama yang berbeda. Ada banyak belas kasihan dari orang yang tidak percaya.
Pembahasan
Roma 12:9-21. Buat satu sketsa di posisi mana kita dapat bergumu, sbb:
Roma 11:36, segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, bagi Dia, kemuliaan sampai selama-lamanya.
Roma 12:1-2, persembahkan tubuh, pembaharuan budi.
Roma 12:3-8, talenta, karunia.
Roma 12:9-21, kasih. Berkaitan dengan 2 aspek yang sangat besar: believer dan unbeliever
Ayat 9-16 (Christian to Christian) Ayat 17-21 (Christian to Others)
Antar Kristen dengan Kristen (believers). Bukan dengan sesama Kristen, tetapi dengan orang tidak percaya (unbelievers).
Pembahasan selanjutnya, dilanjutkan tentang NATION, pemberian pada kaisar.
Pemikiran Paulus yang dituangkan dalam kitab Roma, sangat sistematis, tertata dengan baik.
Judul perikop ini dalam Alkitab bahasa Inggris: behave like a Christian. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan, yang mungkin sudah kita praktekkan, misalnya memberi, mengampuni. Firman Tuhan ini menyangkut aspek yang sangat besar yaitu:
Tuhan
Saya Orang lain
Sulit mempraktekkan apa yang ada di bacaan hari ini, karena waktu kita membaca ayat-ayat tersebut, semua yang dijabarkan adalah sesuatu yang terkesan simple saat baca. Jika kita lihat demikian saja, hanya baca, maka kita merasa sulit mempraktekkannya.
Jadi pasti ada satu rahasia kehidupan kekristenan, sehingga semuanya itu hanya dapat dilakukan if we know something beyond, karena jika tidak ada sesuatu yang sebelum ini, impossible kita dapat melakukannya.
Untuk mengetahui yang something beyond itu, gali dengan menggunakan kata tanya: who, when, what, why, how.
Jika tidak ada Roma 12:1-2, tidak mungkin untuk melakukan yang dalam Roma 12:9-21.
Stimulan pikiran berdasarkan apa yang telah di-sharing-kan:
1. Seteru lapar, berdasarkan Fiman Tuhan kita harus memberi makan pada mereka. Ini sulit. Mengapa?
Apakah kita sudah mencapai aktualisasi diri? Satu aspek mungkin kita bisa lakukan. Tetapi jika menghadapai sesuatu yang lain, belum tentu bisa melakukannya. Jika kita sudah capai aktualisasi diri, kita pasti bisa.
2. Dalam kasus-kasus tertentu kita bisa mengampuni. Yang ditulis dalam Roma 12:9-21, orang yang sudah mengalami itu, sudah melakukan prinsip inkarnasi Yesus, memberi tanpa mengharapkan balasan, forgiveness. Karena jika kita mengharapkan balasan, maka kita akan painful jika apa yang kita harapkan kita tidak terima. I forgive him - selesai, apapun yang orang lain perbuat pada kita, kita tidak usah peduli, yang penting I forgive him. Jangan mengampuni dengan syarat, jangan harapkan apa-apa, trully forgive, jangan dengan condition.
3. Sudah jadi Kristen tidak berubah.
4. Berkati orang yang menganiaya, jangan mengutuk. – tertulis di Roma. Tetapi jika kita baca di Efesus, ada kata-kata kutuk yang ditulis oleh Paulus. Terkesan kontradiksi, karena di Roma ditulis jangan mengutuk.. Yang harus kita ketahui dan mengerti: jangan mengutuk tidak boleh mengutuk. Jangan kuatir tidak boleh kuatir.
5. Love must be practice, janganlah imanmu kendur, pembalasan adalah hakKu dst.
Fokus kita ada di bagian Christian to Christian dan Christian to Others.
Konsep tetang Kasih: GOD IS LOVE, LOVE IS NOT ALWAYS GOD.
Pernyataan ini sama dengan pernyataan: kuda adalah binatang, binatang tidak selalu kuda. Jika kita tidak memahami konsep ini dengan benar, itu berbahaya. Contoh: God is love and love is God, adalah konsep yang dipakai oleh aliran Children of God.
Saat berbicara tentang kasih subjeknya harus Tuhan, bukan kasih sebagai subjek, karena ada beberapa jenis kasih.
Bagaimana menjalankan hal-hal seperti yang tertulis di ayat 9-21, kelihatannya tidak mungkin kita dapat melakukannya. Sudah mencoba, tetapi sulit, selalu gagal. Mengapa? Harus ada integrated thinking. Integrasikan Firman Tuhan dengan hidup kita sehari-hari. Integrasikan Firman Tuhan yang dipelajari dengan realita yang sulit diterima. Saat kita bisa meng-combine, Firman Tuhan terintegrasi dengan hidup kita dan ada sesuatu yang berubah. Jika kita bisa integrated banyak hal, akan terbentuk suatu raksasa rohani dalam diri kita dan kita akan sampai pada tahap aktualisasi diri. Ini memang tidak mudah.
Integrated thinking: melihat Firman Tuhan yang kita baca, dikaitkan dengan kehidupan kita.
Kita harus mencoba mengkaitkan Firman Tuhan yang dibaca dengan hidup kita. Jika tidak bisa, kita cenderung mengatakan yang kita baca di Alkitab, tidak sama dan sama sekali berbeda dengan yang terjadi di dunia nyata.
Contoh: di gereja, saat mendengar kothbah kita merasa senang, diberkati dan dikuatkan, tetapi begitu kembali ke hidup sehari-hari kita menghadapi realita yang pahit sehingga tidak dapat mengintegrasikan Firman Tuhan itu ke dalam kehidupan kita.
Integrated thinking, dapat melahirkan sesuatu yang baru yang membuat kita bisa melakukan apa yang ditulis di ayat 9-21.
Berapa banyak di antara kita yang bisa seperti ini? Bagaimana agar kita dapat memiliki integrated thinking?
Setiap hari kita harus berpikir, pikiran kita harus bergerak dengan aktif dan dinamis, sehngga bisa muncul integrated thinking.
Contoh: saat di lampu merah, kita melihat anak kecil minta-minta uang. Integrated thinking akan dengan cepat bergerak, yang ditandai dengan cepatnya pikiran kita dapat distimulasi oleh faktor lingkungan. Untuk bisa seperti ini, syaratnya kita harus menjadi seorang thinker. Jika kita tidak suka berpikir, integrated thinking ini tidak muncul. Kita hanya akan menjadi orang Kristen yang biasa-biasa saja.
Integrated thinking, menjadikan pikiran kita berbeda. Setiap hal yang terjadi, bisa menstimulasi kita untuk berpikir tentang Tuhan.
Contoh: saat melihat akuarium, melihat ikan yang ada di dalamnya, kita berpikir bahwa ada suatu hikmat yang sangat besar sehingga ikan bisa seperti itu. Akhirnya kita bisa memuji kebesaran Tuhan – ada integrated thinking. Melihat suami, istri atau orang lain yang disekitar kita, kita bisa melihat Tuhan di situ. Setiap hal kita harus lihat seperti itu. Makan, melihat cara makan, bisa belajar sesuatu.
Jadi integrated thinking, pikiran tidak pernah berhenti. Saat melakukan apa saja, pikiran tidak pernah berhenti bekerja, bergerak terus. Kita harus melatih pikiran kita untuk seperti itu. Jika kita berhasil, kita akan dapat masuk ke dalam level kerohanian yang luar biasa. Kita akan dapat melihat segala sesuatu dengan cara yang berbeda.
Kejahatan dibalas dengan kejahatan = sifat setan.
Kebaikan dibalas dengan kebaikan = sifat manusia.
Kejahatan dibalas dengan kebaikan = sifat Ilahi.
Bagaimana kita bisa membalas kejahatan dengan kebaikan, memiliki salah satu sifat Ilahi itu?
Kita bisa melakukan hal yang lebih jahat daripada orang yang bukan Kristen, sesudahnya kita biasanya akan kaget.
Karena kejahatan dibalas kebaikan adalah sifat Ilahi, kita harus menggunakan konsep pemahaman Ilahi.
Perjanjian Lama: mata ganti mata, gigi ganti gigi.
Perjanjian Baru: Yesus mengajarkan love your enemy, because he will tell you your weakness. Enemy adalah aset yang paling berharga, karena dia teliti dan terus memperhatikan gerak-gerik kita. Dia banyak mengkoreksi diri kita.
Sebagai seorang true believer, kita dituntut untuk sampai tahap aktualisasi diri. Jika kita sekarang fokus pada harta, popularitas dsb, kita belum sampai pada tahap aktualisasi diri. Jika kita fokus pada harta, tanyakan pada diri sendiri, sampai berapa banyak harta yang mau kita cari? Berapapun banyak harta yang mungkin dapat kita peroleh, never satisfy, karena kerohanian kita tidak ikut “naik”. Kerohanian tidak akan pernah “naik”, jika fokus pada hal-hal seperti itu.
Mazmur 23 (M23). Daud memiliki semua, baik harta, kekuasaan dsb. Tetapi di Mzm 23:6, ada sesuatu yang berbeda yang Daud tulis, yang artinya, semua yang dia miliki tidak membawa dia lebih dekat pada Tuhan, bahkan dengan kuasa dan hartanya, dia membunuh orang. Jadi dia meminta wisdom - kebajikan dan kemurahan. Daud sampai pada pemahaman Firman Tuhan yang cukup dalam. Kebajikan dan kemurahan dari Tuhan, itu yang paling berharga bagi Daud. Bagaimana dengan kita?
Manusia memiliki keinginan besar untuk menjadi kaya, populer, mengeruk harta dan keuntungan. Ini boleh-boleh saja, tetapi harus dikendalikan, first priorty yaitu kerohanian tidak boleh ditinggalkan.
Berkaitan dengan ini, seorang hamba Tuhan tidak boleh bisnis, karena dalam menjalankan tugasnya sebagai hamba Tuhan, dia akan menguras tenaga dan pikiran dalam kapasitas yang besar untuk mengungkapkan kebenaran, berpikir setiap hari, bahkan setiap menit. Saat jemaat datang berbakti, mereka harus mendapat sesuatu yang fresh. Dengan demikian tidak ada kesempatan untuk berbisnis. Kebenaran Firman Tuhan itu begitu dalam, untuk mengintegrasikan semua butuh waktu untuk menggalinya. Sebagai hamba Tuhan, setiap Firman Tuhan yang dibaca harus diintegrasikan ke dalam scope: gereja, keluarga, distrik, bangsa, benua, dst. Ini bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Pengkothbah dengan Firman Tuhan yang dibawakannya harus integrated. “What do you speak, you must try to learn to apply it. If you don’t (try to), don’t speak about that”. Apa yang dia dikatakan, dia juga harus belajar mengaplikasikannya. Jika tidak, jangan bicara tentang hal itu. Hamba Tuhan dituntut untuk seperti itu, harus ada disiplin, jangan hanya berbicara supaya orang mendengar, tetapi tetap harus melakukannya. Untuk dapat melakukannya, Fiman itu harus berintegrasi dalam kehidupannya.
Pemberita Firman Tuhan dengan pembaca berita berbeda. Pemberita Firman Tuhan: Firman Tuhan berintegrasi dengan pemberita Firman itu. Saat learn Bibble, jika Firman Tuhan itu berintegrasi dengan pemberita Firman, sebelum berbicara tentang Firman Tuhan, dia akan berpikir terlebih dahulu, apakah dia melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan Firman Tuhan itu atau tidak.
Jika tidak ada integrasi antara Firman dengan pemberita Firman, dia akan lupa dan berpikir yang penting tetap kothbah dan tampil seperti hero di depan mimbar.
Jika integrated, keuntungannya, pikiran terbentuk menjadi suatu kesatuan yang besar yang terintegrasi, sehingga saat pemikiran baru masuk dan yang dapat merusak apa yang sudah terintegrasi (dasar yang sudah terbentuk), akan ditolak. Berani melawan: say no. Jadi kita harus punya basic yang kuat. Dengan demikian maka kita akan hidup bagi untuk orang lain, living sacrifice, mempersembahkan hidup untuk Tuhan dan orang lain.
Pemberita dengan berita tidak ada kaitan. Pemberita Firman menjadi satu dengan berita yang disampaikan.
Everything you do you think about God. Sebelum melakukan sesuatu, minta Tuhan agar kita melakukan yang baik. Jika kita melatih hal ini, kita akan masuk dalam suatu dimensi yang berbeda. Jika kita baca Alkitab, kita mengiyakan, mengerti. Tetapi tidak cukup hanya sampai di situ. Saat baca, kita harus berada di dalam Firman Tuhan itu, sehingga God is trully speaking, kita dapat sesuatu yang personal dari kitab suci.
Kebanyakan hamba-hamba Tuhan yang besar sudah masuk ke dimensi ini, sudah berada dalam Firman. Saat itu ada risiko sangat tinggi. Jika ego mendominasi, bisa menyimpang luar biasa, misalnya karena jemaat sudah ribuan karena punya kharisma, ingin populer, kemudian mungkin saja menciptakan ajaran yang tidak benar. Tetapi di sisi lain, kita akan melihat segala sesuatu dengan perspektif yang berbeda. Contoh: Jika orang lain berbuat sesuatu pada kita, setiap saat kita mengerti dan memahami mengapa dia berbuat demikian dengan lebih mendalam, 2 kali lipat.
Mengapa sulit melakukan yang tertulis di Roma 12:9-21, karena kita tidak masuk dalam dalam Firman tersebut. Jika kita masuk dan hasilnya tidak perfect kita mungkin bisa keluar lagi karena kita just a human. Tetapi mesikpun kita sudah keluar, kita masih bisa masuk lagi. No body is perfect. Ini memang sulit, tidak mudah. Saat kita masuk ke dalam Firman, bisa saja kita terima kepahitan saat mempraktekan tentang kasih.
Pertanyaan
1 Satu kali pernah dengar, penafsiran Roma 12:20. Orang yang menafsirkan itu mengatakan bahwa isi ayat ini kejam sekali.
Mungkin saja kita seperti orang ini, bahkan belum sampai ke integrated thinking, tetapi sudah salah menafsirkan. Orang Kristen yang berpikir seperti itu, sungguh menyedihkan.
Jawab: Firman Tuhan tidak boleh ditafsirkan secara hurufiah. Seringkali orang berkothbah dengan menafsirkan dari secara hurufiah.
Contoh: Saat baca tentang Maria dan Elisabet, ada kata “mandul”, dan yang dieksplorasi dalam firman yang dibawakan hanya kata mandul itu – kata mandul dialegoriskan dengan banyak hal. Mandul secara fisik dikaitkan dengan mandul rohani dsb. Dia hanya melihat what is written, tidak melihat perikop tersebut dengan suatu pemikiran yang integratif.
Contoh lain: jika kita menafsirkan Firman Tuhan secara hurufiah dan menerapkannya, untuk Firman Tuhan: “Jika mata jahat, cungkil, tangan jahat dipotong”, maka semua orang akan cacat – cukup berisiko.
Pikiran kita harus terintegrasi, cepat dalam berpikir. Contoh: saat berbicara tentang kutuk, pikiran kita dengan cepat berpikir tentang “kutuk” di bagian Alkitab yang lain. Di Roma, Paulus menulis jangan mengutuk, tetapi di Efesus Paulus mengutuk. Mengapa demikian? Kapan boleh mengutuk? Ini mengindikasikan pikiran kita mulai meningkat dari level analisis ke sintesis, kapan boleh mengutuk kapan tidak, apa artinya kutuk, Yesus pernah mengutuk pohon ara dst. Pikiran harus bergerak saat membaca segala sesuatu. Ini merupakan integrated thinking. Saat nonton TV, membaca, dsb, dapat menstimulasi pikiran kita, pikiran kita tidak pernah santai.
2 Roma 12:18 ada kata “sedapat-dapatnya”, yang membuat seakan-akan ayat ini tidak mandatory, tidak harus.
Jawab: “Sedapat-dapatnya”, karena penulis mengerti tentang sifat human dan itu sulit dilakukan. Jika gagal, paling tidak kita sudah mencoba dan harus tetap berusaha. Tetapi tidak boleh hanya diusahakan sedapat-dapatnya, karena ada keharusan di sisi lain.
3 Bagaimana kita dapat masuk ke dalam Firman, bersatu dengan Firman?
Jawab: Ilmu homeletika, ilmu berkothbah:
a. Systematic theology: doktrin Allah sampai akhir jaman, ada 8 doktrin.
b. Bibblical theology: bicara mengenai Alkitab, hubungan antar kitab.
c. Exegetical theologi: belajar penggunaan kata di Alkitab dalam bahasa Yunani dan Ibrani. Grammer dalam bahasa Yunani dan Ibrani sangat rumit, dan masing-masing hal punya kata tersendiri. Contoh. Yesus disalib, kata “disalib” ditulis dalam aorist tense, yang artinya only happen once and never happened again.
d. Historical theology.
e. Practical theology.
Dengan menguasai ke-5 aspek ini, dan jika kita dapat mengintegrasikannya, kita akan think global, not local, sehingga apa yang kita pelajari dari Firman Tuhan masuk ke semua aspek kehidupan, semua perspektif dan semua lapisan.
4 Apakah hati kita layak atau tidak di hadapan Tuhan? Bisa berkothbah, tetapi kelakuan tidak sama dengan yang dikothbahkan. Bagaimana kita dapat melatih diri supaya apa yang kita kothbahkan dapat kita pertanggungjawabkan?
Jawab: Saat mempersiapkan diri, kita harus berpikir, harus belajar bergumul: Apakah saya sudah melakukannya? Jika kita belum lakukan, lebih baik tidak usah kothbah. Paling tidak kita sudah try. Jika kualitas rohani kita belum sampai, jangan coba, karena kita hanya bisa berbicara/berkothbah dengan begitu hebat, orang lain mungkin menerima berkat, tetapi kita belum tentu dapat berkat dari situ.
Perjalanan rohani harus sesuai dengan kapasitas rohani, kita berbicara juga seperti itu, tidak mungkin loncat.
Cara berkothbah tidak boleh diadopsi dari pembicara lain, harus belajar sendiri, karena jika kita mengadopsi, kita cenderung hanya mengadopsi fenomena, bukan isinya. Jika ingin mengadopsi harus adopsi sisi kerohanian, jangan adopsi fenomena orang lain. Be your self. Sekali kita terjebak dengan adopsi fenomena, sulit untuk keluar dari situ
5 Aktualisasi diri merupakan proses yang terus-menerus. Bagaimana jika kita gagal dalam satu proses, bahkan mungkin kita menjadi batu sandungan?
Jawab: Menjadi batu sandungan menurut perspektif siapa? Jika kita doing good, orang mengatakan kita batu sandungan, jangan cepat menerima. Satu fakta, Yesus juga menjadi batu sandungan bagi orang Yahudi. Kita bisa saja benar, hanya orang melihat dari perpektif yang beda, karena ini merupakan sesuatu yang sifatnya subjektif. Atau mungkin saja memang kita menjadi batu sandungan. Jika memang demikian, biasanya ini jelas. Jadi kita harus dapat membedakan.
Konsep berpikir: Either or, Neither nor, Both. Pilih A atau B? Kita bisa pilih keduanya, tidak memilih satupun atau hanya memilih salah satu. Kita cenderung dijebak oleh paradigma orang lain yang berusaha menjebak ktia, yang memaksa kita harus memilih. Padahal kita punya pilihan sendiri.
No comments:
Post a Comment