Pendalaman Alkitab
Pembahasan : Roma 16:1-27
Pembicara : Pdt. Tommy Elim, S.Th
Hari/Tanggal : Rabu, 30 April 2003
Sharing
1 Roma 16:1-16, jika kita baca sekilas terkesan sangat membosankan karena isinya melulu tentang salam kepada seseorang. Tetapi kita renungkan ayat-ayat ini kita mendapat hikmat, bahwa dalam hubungan antara teman atau antara manusia, jika nama sesorang disebut, menunjukkan hubungan yang lebih intim, lebih dekat, dan yang menerima salam merasakan ada sesuatu yang lain. Jadi bacaan tentang penyampaian salam ini sebenarnya tidak membosankan. Paulus menunjukkan sesuatu yang khusus yaitu dia menyebut nama orang yang dia beri salam satu per satu.
Saat kita bersalam-salaman, jika kita memanggil nama orang yang kita salami, akan ada sesuatu yang luar biasa.
Paulus ingin menunjukkan kasih yang nyata, ada perhatian, ingatan yang baik satu dengan yang lain, sehingga dia tidak bosan-bosannya menyebut nama orang satu per satu. Kita suka menitipkan salam secara borongan, “salam buat semua”.
Teladan Paulus ini merupakan satu kekhususan, dari hal-hal yang kecil kasih itu mengalir. Kasih tidak selalu harus mengalir dari “sungai yang besar”, tetapi juga bisa dari “kali yang kecil”. Dari hal-hal kecil yang tidak pernah kita pikirkan, bahkan hal-hal yang sering kita abaikan, kasih mengalir.
2 Ada 24 orang yang dikirimi salam. Dari 24 nama ini, ada yang budak, ada orang Yahudi, ada orang Romawi, sebagian besar Yahudi. Yang mendapat penghargaan ada 11 nama. Ini mengingatkan jika kita bertemu dengan Yesus nanti, saat nama kita tercatat di kitab kehidupan dan saat dibacakan apakah kita akan dapat pujian dari Tuhan?
Ada nama 7 perempuan yang menggambarkan bahwa peranan perempuan penting dan mereka ambil bagian dalam pelayanan.
Roma 16:12, Trifena dan Trifosa, dua saudara, arti nama mereka adalah perempuan yang halus. Tetapi mereka bekerja membanting tulang dalam pelayanan mereka. Roma 16:5, Epenetus, buah pertama dari pelayanan Paulus di Asia.
Makna yang paling dalam dari bacaan hari ini adalah rekonsiliasi, secara vertikal dan horizontal. Ada rekonsiliasi antara budak dan tuannya. Dalam Kristus ada pendamaian, antara kita dengan Allah dan antara kita dengan sesama, sehingga tidak ada perbedaan antara budak dan tuan, Yahudi dan non Yahudi, laki-laki dan perempuan.
3 Roma 16:1-16, merubah hati. Jika kita melayani di suatu tempat atau saat kita sharing seringkali kita mengharapkan rasa terima kasih dari jemaat. Tetapi Paulus melayani begitu banyak, tetapi pada akhirnya dia yang mengucapkan terima kasih. Dia tidak pernah mengharapkan terima kasih dari orang lain, tetapi dia bisa mengingat nama orang lain satu per satu, dan berterimakasih pada mereka. Berterimakasihlah pada mereka yang memberi kesempatan pada kita untuk melayani.
4 Jemaat Kristus terbagi dalam 2 kelompok:
a. Orang-orang yang diberi salam.
b. Jemaat yang menimbulkan perpecahan – Roma 16:17.
Salam pada setiap orang selalu disertai dengan penjelasan tentang orang itu, yang merupakan satu identitas dan penghargaan bagi orang yang disebut.
Saat kita atau Paulus menyebut Allah, identitas Allah disebut. Roma 16:25, setiap Paulus mengucapkan tentang Tuhan, dia beri identitas dan penghargaan bagi Tuhan. Apa yang Paulus lakukan terhadap Tuhan, dia lakukan juga terhadap manusia. Ini merupakan bentuk penghargaan yang jarang muncul di antara kita.
Kita cenderung melihat kekurangan orang lain, hal-hal yang berbeda dengan diri kita. Tetapi Paulus selalu melihat hal yang positif dalam diri orang lain dan menonjolkan hal tersebut. Ini sangat membesarkan hati orang yang disebut. Sebaiknya ini juga kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Paulus ternyata lebih dulu melakukan dengan melihat sisi positif orang lain.
Peranan wanita ternyata sangat penting, bahkan yang pertama kali disebut adalah wanita. Orang banyak berhasil karena ada dukungan wanita yang mau berkorban. Wanita di Indonesia sudah mulai diberdayakan peranananya dan kita juga harus memulainya dalam pelayanan di tempat ini.
5 Roma 16:1-16, kita harus belajar dari cara mereka berhubungan. Mereka berhubungan begitu erat, satu sama lain saling memperhatikan. Hubungan kita hanya erat di pertemuan, di luar ini tidak ada apa-apa. Jadi kita perlu meneladani hubungan mereka.
Sejak dulu ada pemanfaatan nama Tuhan, dan ini ditulis dalam perikop kedua. Saat ini tidak jelas apakah kita melayani untuk diri kita sendiri atau Kristus.
Hubungan antara jemaat dari satu tempat dengan jemaat di tempat lain begitu indah. Sekretaris Paulus juga punya hati dan keberanian untuk terlibat dan ikut menitipkan salam, demikian juga teman-teman dekat Paulus. Ini membuat kita harus bercermin, apakah kita dekat pada jemaat di dalam gereja sendiri dan gereja lain. Teladan dalam Roma memperlihatkan satu kesatuan yang begitu indah yang membuat pelayanan ini berhasil. Ada pengorbanan dan sikap saling membantu. Mungkin kita membantu di gereja, acara seminar, kebangunan rohani, tetapi tidak membantu sesama kita.
6 Roma 16:1-16, Paulus tidak bosan-bosannya menyampaikan salam kepada setiap orang satu per satu. Di sini terlihat bahwa Paulus mengasihi orang lain dan bagaimana Paulus memperhatikan teman-teman sepelayanan, kasihnya tercermin kepada setiap orang, satu per satu. Dia tidak hanya titip salam melalui seseorang jika orang itu bertemu dengan mereka.
Hendaknya kita dengan kesungguhan dan perhatian kita juga saling mengasihi dan saling melayani. Paulus mengutarakan kepada teman-teman sepelayanannya, sehingga dapat meyalani satu dengan yang lain.
Paulus juga mengajar kita untuk saling mengampuni, terhadap orang yang memiliki ajaran yang tidak sama kita, atau jika kita tidak setuju dengan pendapat orang lain, kita harus dapat saling mengampuni.
Mengasihi, melayani, mengampuni adalah makna yang terkandung dalam salam Paulus.
Pembahasan
Kita semua sepakat pasal 16 berbicara tentang salam. Tema sentral yang menjadi topik sharing adalah tentang salam.
Roma 16:1-16, Paulus bicara mengenai salam kepada beberapa orang.
Ayat 21-24, salam dari beberapa orang kepada jemaat di Roma.
Ayat 25-27, salam dari Allah Tritunggal kepada manusia.
Ayat 17-20, ada penyimpangan dari tema sentral, Paulus memberi warning supaya kita berhati-hati karena ada sekelompok orang yang mau membuat kita hidup tidak dalam situasi bersalam-salaman, tetapi menjadi saling curiga, pecah dan menjadi batu sandungan satu sama lain.
Tema perikop ini: Christian community (komunitas Kristen).
Ada berbagai macam komunitas di dunia ini, kita kelompokkan menjadi 2 kelompok besar: komunitas Kristen dan komunitas dunia.
Komunitas dunia: komunitas dalam pekerjaan, organisiasi sosial, lingkungan RT/RW, keluarga, suku dsb.
Jika kita bandingkan berbagai komunitas ini dengan komunitas Kristen, maka timbul pertanyaan: Apa yang menjadi ciri khas dan keunikan komunitas Kristen, yang membedakannya dengan komunitas lain?
Jika tidak ada yang membedakan, maka tidak ada sesuatu yang signifikan dalam komunitas Kristen.
Komunitas Kristen sangat berbeda dengan komunitas lain. Perbedaan paling mencolok adalah dasar yang membangun komunitas tsb.
Dasar yang membangun komunitas dunia adalah tujuan untuk saling menguntungkan (mutual relationship).
Saat kita masuk dalam suatu komunitas, kita akan bertanya “benefit apa yang saya peroleh”. Kita tidak akan masuk dalam satu komunitas dan membuang waktu jika tidak mendapat benefit. Dalam komunitas RT/RW sekalipun, minimal kita bisa saling mengenal orang lain, membina relasi yang akhirnya untuk tujuan saling menguntungkan.
Dalam komunitas dunia, kita harus saling menguntungkan satu sama lain. Dalam proses untuk saling menguntungkan, ketika kita datang dalam komunitas itu, kita mulai memperhatikan, mengawasi dan bahkan mencurigai satu sama lain. Kita tidak masuk komunitas tersebut dengan langsung percaya atau menerima, langsung menjadi baik, menyambut orang dengan baik, percaya dengan orang itu dan punya hubungan yang baik dan indah dengan orang lain. Jika kita baru masuk, kita adalah orang asing, sehingga ada sikap saling mengawasi, saling memperhatikan gerak gerik orang lain.
Ketika Paulus bicara tentang salam, dan kita kaitkan dengan istilah komunitas, kita mendapati adanya komunitas yang indah. Salam-salam ini Paulus sebagian besar ditujukan pada orang-orang di kota Roma, 1-16, tetapi orang-orang ini tidak semuanya adalah jemaat di kota Roma. Ayat 1-2, Febe, melayani jemaat di Kenkrea, Kenkrea bukan di Roma, tetapi bagian dari Korintus. Kemungkinan besar Febe ini adalah orang yang sebenarnya wanita pebisnis yang berkeliling dalam perjalanan bisnisnya, dekat dengan Paulus dan mendukung pelayanan Paulus.
Priska dan Akwila juga bukan jemaat Roma, mereka adalah orang yang asing satu sama lain.
Ketika Paulus memberikan salam-salam ini, Paulus mencoba mengajak jemaat Roma, untuk membentuk Christian community,
Roma 16:16, satu kata yang menjadi ciri khas orang Kristen: bersalam-salamlah kamu dengan ciuman kudus.
Pada saat itu orang saling bersalam-salaman dengan memberikan ciuman. Ini merupakan bentuk salam dalam kultur saat itu.
Saat ini bentuk salam-salaman dalam wujud jabat tangan.
Ketika Paulus berbicara tentang salam, Paulus menggunakan istilah: bersambutlah, bersalam-salamlah kamu dengan ciuman kudus.
Ciuman kudus yang dimaksud di sini merupakan interpretasi Paulus yang bersifat di luar atau melewati hal-hal yang bersifat fisik.
Ada 2 hal yang kita harus mengerti tentang ciuman kudus:
1. Roma 16:1-2, Menaruh perhatian, menyambut dan menerima.
2. Roma 16:2b. Saling menerima dan mendukung karena orang itu adalah orang yang betul-betul cinta Tuhan.
Menaruh perhatian, menyambut dan menerima.
Dalam menaruh perhatian, menyambut dan menerima orang lain, ada batas-batas atau berbagai macam lapisan yang tanpa disadari mempengaruhi kita saat menerima orang lain. Biasanya kita menerima orang lain ada kategori-kategori tertentu yang menentukan, misalnya suku. Ketika kita menerima orang yang kulitnya berbeda, belum tentu kita bisa se-welcome jika kita menerima orang yang satu suku. Kategori lain: relasi keluarga. Prioritas utama pasti keluarga, jika dibanding dengan orang luar. Selain itu ada kateogori suku, kategori level strata kehidupan dalam masyarakat: kehidupan perekonomian yang baik, kurang baik atau orang dari kelompok buruh. Tanpa sadar, ketika kita menerima dan menyambut seseorang kita melihat latar belakang orang tsb. Bahkan seringkali kita menilai secara kasat mata melalui penampilan seseorang dan langsung men-judge orang tersebut dari penampilannya. Fenomena luar ini langsung menjadi kategori kita dalam menerima orang lain.
Selain itu ada batasan jenis kelamin. Jaman dulu, penerimaan antara wanita dan pria berbeda.
Kita akan menyambut orang dengan cara yang berbeda yang dipengaruhi oleh batasan dan kategori-kategori tertentu.
Paulus berkata, ketika kita bersalam-salaman dengan ciuman kudus, kategorinya adalah: menyambut dia dalam Tuhan sebagaimana seharusnya bagi orang-orang kudus. Jika orang-orang itu adalah orang yang hidup dalam Tuhan, orang-orang kudus, dari kondisi sosial, ekonomi, budaya atau suku apapun, siapaun dia, dia adalah saudara seiman kita, kita harus menerimanya, menyambutnya dengan hangat, buka tangan lebar-lebar, jangan dengan perasaan curiga atau cemas, tetapi dengan kesungguhan hati.
Fondasi penerimaan adalah karena Allah. Ketika Allah menyambut kita, kita bukan siapa-siapa. Tuhan tidak melihat latar belakang pendidikan ataupun level sosial ekonomi kita. Karena Allah demikian maka kita juga harus seperti Tuhan dalam menerima dan menyambut orang lain. Sebagai orang Kristen, tanpa sadar, kita masih dibatasi kategori-kategori tertentu dalam menyambut dan menerima orang lain.
Konteks waktu itu dalam hal menerima dan menyambut orang lain, artinya, siapkan tempat di rumahmu untuk dia menumpang, makanan dan semua fasilitas lainnya untuk menampung dia, bukan hanya sekedar salam-salaman, tetapi membantu memenuhi kebutuhan dia, menolong dia. Orang Kristen memang harus punya spirit untuk menerima, tetapi harus bijaksana juga dalam menerima orang lain. Ada satu kasus di seorang jemaat membantu seseorang di gerejanya yang menyatakan bahwa dia sudah percaya Tuhan dan hidupnya begini dan begitu. Orang itu diberi pekerjaan, tetapi akhirnya malah menipu orang yang menolongnya.
Tetapi jangan dengan kasus seperti ini, kita menjadi kapok dan kemudian menarik satu batas dalam hal mempercayai orang lain.
Dalam kasus negatif, seringkali kita menutup hati, tidak mau menerima orang lain. Jika kita tidak menerima orang lain, kita yang akan jatuh dalam dosa kita sendiri.
Contoh: komentar dosen saya, pendeta Yung Tik Yuk tentang pengamen di Jakarta. Pengamen di Jakarta sudah menjadi pengamen yang terorganisir, yang membuat kita akhirnya tidak memiliki sense of mercy, perasaan belas kasihan pada mereka, sehingga setiap kita bertemu pengamen, kita tidak mau memberi. Beliau berkata, “Saya tahu mereka punya kelompoknya sendiri, tetapi jika karena itu saya tidak mendukung dia, saya tidak benar. Saya harus tetapi memelihara hati saya, tetap mendukung dia dengan memberi uang. Jika dia salah dalam menggunakan uang itu, dia yang bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Tetapi jika saya takut salah sehingga saya tidak berbuat baik, saya yang bertanggung jawab pada Tuhan.”
Karena kondisi sekitar, kita sering menjadi pasif. Pasif bukan sifat Christian community. Jangan karena pengaruh-pengaruh negatif, atau karena kategori-kategori tertentu membuat kita tidak mau terima dan menyambut orang lain. Kita ada dalam satu Tuhan, saudara seiman.
Roma 16:2b. Kita harus saling menerima dan mendukung Karena orang itu adalah orang yang betul-betul cinta Tuhan. Contohnya Febe, hatinya untuk Tuhan, sehingga membantu banyak orang dan membantu Paulus.
Roma 16:3-15, orang-orang yang diberi salam dan disebutkan namanya, selalu disertai dengan komentar dari Paulus. Paulus memberi penekanan bahwa orang itu telah bekerja giat, di rumahnya ada persekutuan rumah tangga, cinta Tuhan dsb, yang berkaitan tentang pelayanan.
Roma 16:17, kita harus hati-hati pada orang-orang yang menyebut diri mereka sebagai guru-guru yang mengajar dengan kebenaran, menyampaikan Firman Tuhan, tetapi ternyata mereka adalah orang-orang yang tidak benar di hadapan Tuhan.
Orang-orang ini adalah orang yang mempunyai status kehidupan kekristenan sebagai hamba Tuhan, bukan kaum awam.
Orang-orang yang disebut dalam Roma 16: 1-16, kaum awam.
Mengapa ayat 17 adalah tentang hamba Tuhan, karena memang ada kasus demikian yang terjadi. Paulus mengingatkan kita untuk berhati-hati terhadap guru palsu. Yesus sendiri juga pernah berkata hati-hati terhadap nabi-nabi dan rasul-rasul palsu.
Mengapa bagian ini perlu kita perhatikan, karena banyak sekali orang Kristen, menyetarakan hamba Tuhan dengan malaikat surgawi. Sehingga tanpa berpikir, langsung mendukung orang tersebut, misalnya memberikan bantuan dana. Memang banyak hamba Tuhan, tetapi dalam memberi bantuan kita harus hati-hati dan menguji terlebih dahulu. Kita sering lebih cinta gereja atau hamba Tuhan daripada pekerjaan Tuhan, sehingga tidak dapat memahami dengan baik, mengoreksi ataupun melihat dengan baik. Hamba Tuhan tetap manusia, jika melihat uang dalam jumlah banyak, bisa tergoda dan akhirnya tidak bertanggung jawab dalam hal keuangan. Banyak orang-orang yang suka memberi uang pada hamba Tuhan.
Jika kita salah beri uang, kita juga bertanggung jawab terhadap penyalahgunaan uang tersebut. Apalagi kalau kita sudah tahu hamba Tuhan itu kurang bertanggung jawab tetapi kita tetap memberi uang itu, menutup mata.
Kita tidak boleh sembarangan memberi, harus bergumul, menguji dan memberi dengan penuh tanggung jawab.
Paulus punya konsep seperti itu, harus hati-hati dalam arti bijaksana, jangan sampai terjebak.
Roma 16:25-27, salam dari Allah. Ini merupakan ciri khas dari seluruh kitab-kitab pada umumnya.
Ketika Allah memberi salam pada kita, ini harus jadi satu warna dalam setiap salam kita, warna dalam christian community.
Salam dari Allah merupakan bagian yang penting. Orang berpikir, berkat tidak penting, yang penting hanya Firman Tuhan.
Berkat yang kita terima di akhir setiap kebaktian, berarti ada pengharapan akan kekuatan dari Tuhan, seperti di-charge supaya kita masuk dalam christian community dan bisa punya sikap untuk menerima dan menyambut orang lain.
Pasal 16 berisi:
1. Salam kepada satu sama lain.
2. Salam dari Paulus dan rekan-rekannya .
3. Salam dari Allah.
Ketika kita hidup bersalam-salaman seperti ini dalam ciuman kudus, dengan hati yang sungguh-sungguh mau menerima, membantu dan menolong orang lain tanpa melihat kategori. Kita menjadi christian community yang membawa mutual relationship (keuntungan satu sama lain).
Ada orang yang datang ke persekutuan untuk mencari koneksi. Kita boleh saling menguntungkan, tetapi spirit-nya harus tetap Christian community. Jangan datang dengan spirit untuk saling menguntungkan satu sama lain.
Marilah hidup dalam christian community.
Tambahan dari moderator:
Kita sudah selesai bahas surat Roma melalui pembahasan selama kurang lebih 6 bulan. Apa yang kita dapat dari keseluruhan surat Roma? Apa konsep dan pengertian yang kita dapat? Waktu pertama kita mulai baca Roma, kita sebut surat Roma adalah surat yang sangat penting.
Perjanjian Baru dimulai dengan kitab Injil yang berbicara tentang Yesus. Kemudian dilanjutkan denga Kis yang menuliskan bagaimana gereja bertumbuh dan tangan Tuhan tidak pernah meninggalkan gereja. Dalam surat Roma dituliskan tentang orang yang sudah diselamatkan, tetapi pikirannya masih pikiran lama. Roma 1: dimulai dengan Kristus. Roma 16, diakhiri dengan jemaat-jemaat. Dimulai dengan Kristus dan diakhiri dengan jemaat-jemaat
Roma 1:1-7. mulai dari Kristus.
Roma 1:16-17, berbicara tentang injil, sama dengan membicarakan tentang Kristus Yesus.
Kristus dan injil memiliki kekuatan Allah yaitu untuk menyelamatkan. Apa yang harus diselamatkan?
Roma 1-3, cerita bagaimana Allah menyatakan bahwa semua orang adalah orang berdosa. Tidak ada satupun yang tidak berdosa.
Orang Yahudi, dosanya juga disoroti. Orang Yahudi menuding orang kafir berdosa, tetapi mereka juga penuh dengan dosa.
Roma 1:18-19, semua manusia berdosa dan menolak Allah. Kita tidak mau mendengar Allah.
Roma 3:21- Roma 4, manusia dengan iman, melihat pada Tuhan, tidak bersandar pada diri sendiri. Jika kita melihat diri sendiri, tidak bersandar pada Tuhan, jika masalah timbul akan menjauhkan diri kita dari Tuhan. Orang yang beriman, tidak melihat diri sendiri, tetapi melihat Tuhan.
Dalam diri kita ada dosa warisan dari Adam dalam bentuk kejahatan, keborokan, kebusukkan dan hal-hal yang tidak berkenan pada Allah.
Roma 5-8, berbicara tentang teologi keselamatan. Dosa tidak hanya sekedar perbuatan. Tetapi dosa adalah suatu kuasa. Dalam pasal ini dosa bukan dalam arti jamak lagi, tetapi dosa dalam arti singular. Ada satu kuasa dibalik dosa itu, yang merencanakan untuk menguasai kita, sehingga kita terbelenggu dan tidak dapat lepas dari itu, yang menguasai mengikat dan membeli kita dan kita sudah menjual diri pada kuasa dosa, kita sudah takluk pada dosa itu dan menjadi budak dosa. Dosa adalah suatu kuasa yang terus menerus ingin menguasai kita, menghancurkan kita dan merebut kita, menjauhkan kita dari Tuhan.
Roma 8:31-39, apa yang sudah Kristus lakukan di kayu salib, nama kita semua ada dalam hatiNya dan Dia menebus dosa kita.
Tuhan sudah menyelamatkan kita, dan tidak ada apapun yang dapat memisahkan kita dari Tuhan.
Roma 9-11, rencana Allah terus bekerja sepanjang sejarah. Tuhan yang berkuasa, terus bekerja dan sesuai dengan rencanaNya dan dalam rencanaNya, sejarah ada ditanganNya. Bagaimana Tuhan melakukan semuanya pada orang Yahudi , orang kafir dan orang pilihan.
Roma 11:25, rencana itu bukan hanya untuk kita, tetapi untuk orang lain juga. Sampai jumlahnya penuh, Kristus akan datang kembali. Sejarah dimulai dan akan diakhiri oleh Tuhan.
Roma 11:33, semua yang terjadi sepanjang sejarah under His control merupakan pekerjaan dan rencanaNya. Dia penuh hikmat dan kadang-kadang kita tidak mengerti mengapa Allah menentukan seperti itu. Tangan Allah tidak pernah meninggalkan dunia ini, terutama tubuh Kristus.
Roma 11:36, segala sesuatu berasal dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia. Kita harus bersandar pada Dia, kembali pada Dia dan hita hanya memberikan kemuliaan pada Allah.
Roma 1-11 berisi doktrin.
Kita sudah diselamatkan, sehingga kita mulai berpikir harus bagaimana? Roma 12-16, aplikasi. Hal-hal yang praktis, bagaimana mengaplikasikan iman kita dalam seluruh hidup kita. Roma 12:1, mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup dan berkenan kepada Allah.
Sesudah Kristus mati di kayu salib, korban mati sudah tidak berlaku, yang berlaku adalah korban hidup yaitu diri kita sendiri, seluruh hidup kita. Kita harus punya persekutuan two way, kita bisa minta sesuatu dari Tuhan dan mendapat berkat, dan Kristus berhak untuk menggunakan waktu dan talenta kita, pelayanan kita. Persembahan yang hidup: relasi pribadi kita, persekutuan kita yang indah dengan Kristus.
Apakah kita adalah orang yang beragama, tetapi hati kita jauh dari Kristus?
Jika kita berasal dari Allah, harus bersandar pada Dia sehingga harus mempertanggungjawabkan hidup kita pada dia.
Surat Roma dimulai dengan Kristus, injil yang kokoh, kekuatan Allah dan diakhiri dengan jemaat-jemaat (gereja).
Aplikasi iman dalam hidup kita, dalam hidup kita kita harus membangun tubuh Kristus, jemaat, gereja.
Seringkali dalam hidup kita hanya jadi orang Kristen yang sudah selamat, pegang tiket ke surga, tunggu di waiting room, tunggu dipanggil. Kita harus membangun tubuh Kristus, bangun gereja, hidup kita harus bermanfaat, tidak hanya menunggu saja.
Kita harus aktif bergereja. Jangan hanya sekedar menjalankan aktivitas agamawi.
Kita sudah selesai bahas Roma, kita harus learn something, sehingga ada perubahan dalam hidup kita.
Keselamatan dari Tuhan penting untuk membangun tubuh Kristus, karena tubuh Kristus adalah ekspresi dari Tuhan supaya orang mengenal Kristus, melalui apa yang kita katakan, lakukan, perbuatan kita.
Saat kita baca Roma 16, kita tidak dapat terpisah dari jemaat. Orang yang “membuka” rumahnya untuk membangun suatu jemaat.
Jemaat tidak harus selalu gereja dalam bentuk fisik. Jemaat paling sederhana adalah keluarga, unit gereja yang paling kecil.
Roma 16:17, peringatan agar kita teguh berdiri di atas firman. Dasar kita harus firman Tuhan.
Ada orang-orang yang bisa membawa kita jauh dari firman Tuhan, menyesatkan kita, menggoda kita.
Roma 16:25-27, rahasia Tuhan adalah Kristus dan gereja.
Pembahasan minggu depan: Surat Korintus. Diawali dengan Kis 18:1-17 kemudian dilanjutkan dengan surat Korintus.
No comments:
Post a Comment